Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Bintan Kaya Bahan Baku Pupuk Organik, Petani Minta Dukungan Pemerintah untuk Maksimalkan Potensi
Oleh : Harjo
Selasa | 03-12-2024 | 15:24 WIB
cabe-bintan.jpg Honda-Batam
Tanaman cabai Kelompok tani Bahagia di Desa Sebong Pereh, dengan memanfaatkan pupuk organik. (Foto: Harjo)

BATAMTODAY.COM, Bintan - Kabupaten Bintan memiliki potensi besar untuk pengembangan pupuk organik berkat melimpahnya bahan baku dari limbah hewan dan biota laut.

Kelompok Bahagia Tani di Desa Sebong Pereh telah membuktikan bahwa lahan bekas tambang bauksit dapat diubah menjadi area produktif untuk menanam palawija dan cabai menggunakan pupuk organik. Namun, pengembangan lebih lanjut membutuhkan dukungan pemerintah.

Ketua Bahagia Tani, Budi Susilaputra, menjelaskan bagaimana kelompoknya memanfaatkan limbah hewan dan biota laut untuk menciptakan pupuk organik yang hemat biaya dan ramah lingkungan.

"Awalnya kami ragu, tetapi setelah mencobanya, hasilnya sangat memuaskan. Bahkan, untuk lahan bauksit seperti di Bintan, pupuk organik lebih efektif dibanding pupuk kimia," ujarnya, Senin (2/12/2024).

Budi dan timnya telah berhasil mengolah lahan bekas tambang bauksit menjadi kebun produktif yang menghasilkan cabai, tomat, dan berbagai tanaman palawija. Menurutnya, pupuk organik memberikan hasil maksimal di lahan yang sebelumnya dianggap kurang subur.

Namun, ia mencatat bahwa pemanfaatan limbah biota laut sebagai pupuk masih belum maksimal di kalangan petani setempat. "Proses pengolahan limbah biota laut lebih kompleks dibanding limbah kotoran hewan, sehingga petani jarang menggunakannya. Jika ada pendampingan dari pemerintah, potensi ini bisa dikembangkan dengan lebih baik," tambahnya.

Budi mengungkapkan sejumlah tantangan yang dihadapi petani lokal, termasuk keterbatasan sumber air saat musim kemarau dan kurangnya pendampingan dari pemerintah. Ia juga menyoroti pentingnya peran pemerintah dalam membantu petani mengolah bahan baku pupuk organik dalam skala besar serta mengatasi masalah pemasaran hasil panen.

"Harga pasar sering ditentukan oleh tengkulak, sehingga walaupun hasil panen maksimal, petani sulit meningkatkan taraf hidup. Perlu ada pengawasan harga agar petani mendapat keuntungan yang adil," jelasnya.

Budi optimistis lahan di Bintan memiliki potensi besar untuk pengembangan pertanian, terutama jika didukung oleh pendampingan teknis, pembinaan, dan pengkajian dari pemerintah. Selain tanaman palawija, kelompoknya juga menanam pohon durian dan alpukat yang kini dalam tahap pertumbuhan.

Dengan bahan baku pupuk organik yang melimpah, Bintan memiliki peluang menjadi pusat pertanian berkelanjutan di wilayahnya. Dukungan pemerintah dalam mengatasi kendala teknis dan ekonomi akan menjadi kunci untuk mewujudkan potensi ini.

"Kolaborasi antara petani dan pemerintah sangat diperlukan agar sektor pertanian di Bintan bisa berkembang lebih maksimal," tutup Budi.

Editor: Gokli