Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Indahnya Seragam Warna Cokelat & Menyikapi Stigma 'Parcok'
Oleh : Redaksi
Sabtu | 30-11-2024 | 10:24 WIB
AR-BTD-5362-Sisno-Adiwinoto.jpg Honda-Batam
Mantan Kadivhumas Polri Irjen Pol (Purn) Sisno Adiwinoto. (Foto: Net)

Oleh Irjen Pol (Purn) Sisno Adiwinoto

WARNA merupakan sarana komunikasi yang menyampaikan citra tertentu kepada publik. Warna seragam Polisi Republik Indonesi (Polri) adalah warna coklat. Warna tersebut memiliki makna filosofis dalam melambangkan tanah, kemakmuran dan pijakan manusia.

Warna seragam cokelat juga menggambarkan kedekatan dengan alam dan masyarakat, menonjolkan nilai kebersahajaan, kehangatan dan kejujuran.

Selain itu, warna ini juga diartikan menciptakan persepsi stabilitas, keanggunan serta dan ?menambah rasa percaya dan respek dari masyarakat.

Betapa indahnya warna cokelat, namun ada yang menyalahartikan, dengan adanya tudingan rumor “Partai Cokelat (ParCok)”, walaupun tidak perlu ditanggapi. Tetap “dalam internal kita sesama warga negara”, tidak ada salahnya sedikit kita ulas, karena tentu kita turut prihatin atas keadaan yang membuat para pihak tidak merasa nyaman.

Adapun yang dimaksudkan “rumor ParCok” tidak perlu diklarifikasi ke publik, karena tidak ada gunanya, sebab bila semakin membela diri atas tudingan (apalagi rumor) biasanya akan semakin menjadi-jadi.

Belum ada ilmu (yang saya kuasai), yang secara baik dapat meredam persepsi publik atau opini publik dan atau tudingan rumor atau stigma yang tidak pas untuk dapat dicegah atau diminimalisir.

Pengamatan kami, Kapolri Jendral Listyo Sigit Prabowo sudah berkali-kali bicara netralitas Polri di-setiap kesempatan, namun setiap tahun politik Polri selalu jadi bulan-bulanan. Juga diserang oleh kelompok politik: kalau tidak mau berpihak kemereka disebut “ParCok” dan kalau berpihak tidak dianggap “ParCok.”

Polri adalah abdi negara yang diberi tanggungjawab menjaga dan memelihara stabilitas keamanan. Selama ini Polri fokus kerja untuk mengamankan Pilpres dan Pilkada, hal ini agar bisa berjalan aman, tertib, lancar dan damai.

Selama ini polri adalah institusi negara dan bukan partai, dan yang bisa masuk politik praktis hanya yang sudah purnawirawan atau yang mundur dari dinas Polri.

Diharapkan semua pihak lebih baik sama-sama berbuat kebaikan untuk negara dan bangsa, hal itu jauh lebih baik daripada ikut kelompok “mereka” yang selalu menyerang dan bicara negatif tentang Polri. Kalau tidak bisa ikut menjaga negara, jangan malah memperkeruh situasi yang ada.

Tudingan rumor atau stigma “ParCok” itu memang menyakitkan bagi warga Polri, apalagi langsung diamini oleh bebagai kalangan khususnya bagi “mereka yang merasa kecewa” dengan kondisi sekarang ini.

Namun kita patut bersyukur dan memberikan apresiasi kepada Polri, pengamanan Pilkada di seluruh Indonesia berlangsung aman, tertib dan lancar.

Biarlah yang mersa kecewa mencari kambing hitam atas kekecewaannya, termasuk dengan mengambing hitamkan Polri.

Bagi Polri yang penting perlu terus melakukan konsolidasi dan memperkuat pengamanan interna. Bagi kita semua perlu introspeksi dan pembenahan diri masing-masing.*

Jakarta, 29 November 2024

Penulis adalah Pengamat Kepolisian.