Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Tingkatkan Kerjasama Diberbagai Bidang

RI dan Singapura Sepakat Jaga Stabilitas Kawasan ASEAN
Oleh : si/ant
Kamis | 25-10-2012 | 19:29 WIB

JAKARTA, batamtoday - Staf Khusus Presiden Bidang Hubungan Internasional, Teuku Faizasyah, mengatakan, Indonesia dan Singapura satu persepsi menjaga stabilitas kawasan melalui kesepakatan ASEAN tentang kode perilaku (CoC) penyelesaian sengketa Laut China Selatan.


 
"Kalau kita mencatat, dengan Singapura tentu ada kesepakatan bahwa kita bukan negara yang mengklaim tapi kita ingin memastikan ASEAN bisa menyepakati dan bisa dinegosiasikan dengan negara lain," katanya di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Kamis (25/10/2012), saat ditanyakan terkait perkembangan CoC.

Hal ini, menurut dia, merupakan salah satu hal yang sempat diutarakan Menteri Luar Negeri Singapura, K Shanmugam,  saat diterima Presiden Susilo Yudhoyono, di Kantornya, Jakarta.

Menurut Faizasyah, menjelang KTT ASEAN di Kamboja, November mendatang, Singapura dan Indonesia memiliki persamaan persepsi agar persoalan China Selatan tidak menjadi konflik di ASEAN. Gangguan terhadap stabilitas kawasan akan membuat gejolak yang dapat berpengaruh pada perekonomian di kawasan.

Indonesia, menurut dia, memahami untuk mencapai kesepakatan CoC, masih diperlukan berbagai konsultasi dan proses yang cukup panjang. Namun demikian, proses itu harus terus berlangsung untuk menemukan solusi terbaik.

"Proses itu kan kita berharap cepat yang kita bayangkan. Proses CoC itu tidak dalam satu ruangan yang vakum (hampa) tapi dalam lingkungan yang berkembang," katanya.

Isu Laut China Selatan yang melibatkan Viet Nahm, Malaysia, Filipina, dan Brunei Darussalam di ASEAN sempat menciptakan "sejarah" baru dalam penyelenggaraan KTT ASEAN selama ini. Untuk pertama kalinya, dalam KTT ASEAN di Kamboja, beberapa waktu lalu, gagal melahirkan satu komunike bersama tentang satu isu pokok.

Pengamat menilai pengaruh China --pihak yang mengklaim hampir seluruh wilayah Laut China Selatan-- atas beberapa negara ASEAN memberi kontribusi penting atas kegagalan pencapaian komunike bersama dalam KTT ASEAN di Kamboja itu.

Kegagalan ini membuat Menteri Luar Negeri Indonesia, Marty Natalegawa, melakukan lobi diplomasi ke berbagai negara untuk dapat meloloskan kesepakatan bersama.

Diplomasi tersebut berbuah manis dengan melahirkan enam prinsip ASEAN terhadap sengketa Laut China Selatan (ASEAN's Six-Point Principles on the South China Sea). Deklarasi enam prinsip tersebut menjadi oasis ditengah kegagalan komunike bersama.

Enam prisnip itu, di antaranya mengafirmasi deklarasi sikap terhadap permasalahan Laut China Selatan. Penerapan bersama Code of Conduct (CoC) juga jadi hal penting, selain menghargai hukum internasional yang berlaku, yakni United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982.

Tingkatkan kerjasama
Pada kesempatan itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan kerjasama antara Indonesia dan Singapura hendaknya tidak hanya terfokus pada bidang ekonomi namun juga meliputi bidang lainnya

"Saya bahwa ini akan terus ditingkatkan. tidak hanya meningkatkan hubungan kita di bidang ekonomi namun juga tapi juga di bidang lain," kata Presiden.

Kepala Negara mengatakan kerjasama Indonesia dan Singapura di bidang ekonomi sangat baik dan bisa terus dikembangkan.

Kepala Negara juga mengatakan kerjasama Indonesia dan Singapura juga dapat mendorong perkembangan ASEAN.

"Di kerjasama ASEAN saya percaya ASEAN bisa menjadi salah satu organisasi yang maju. Semangatnya sangat tinggi, ASEAN plus bahkan APEC, bekerja sama semakin dekat menjadi bagian dari solusi masalah global sekaligus membangun ekonomi kita," katanya.

Presiden saat bertemu dengan Menlu Singapura didampingi Menlu Marty Natalegawa, Mensesneg Sudi Silalahi dan Seskab Dipo Alam.

Sebelumnya Menlu K Shanmugam bertemu dengan rekannya Menlu Marty Natalegawa dalam rangka Joint Commission for Bilateral Cooperation RI-Singapura.

Usai pertemuan yang berlangsung di Yogyakarta pada (24/10) Menlu Marty mengatakan hingga saat ini Singapura tetap sebagai investor terbesar di Indonesia.

"Singapura saat ini tetap sebagai sumber investasi terbesar di Indonesia," katanya usai menyambut Menteri Luar Negeri Singapura Shanmugam di Yogyakarta, Rabu.

Data Kementerian Luar Negeri RI menyebutkan pada 2011 nilai investasi Singapura mencapai 5,1 miliar dolar AS, sedangkan pada kuartal III tahun 2012 nilai investasi Singapura di Indonesia telah mencapai 3,5 miliar dolar AS.

Marty mengatakan nilai investasi yang terus meningkat di Indonesia itu, mengindikasikan bahwa hubungan Indonesia dan Singapura semakin membaik dan menguat.

"Hubungan Indonesia dan Singapura saat ini semakin menguat, hal ini tercermin dengan semakin meningkatnya investasi negara tersebut di Indonesia," katanya.