Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Menlu Retno Desak Penghormatan Hak Perempuan Afghanistan di Sidang Majelis Umum PBB
Oleh : Redaksi
Selasa | 24-09-2024 | 12:04 WIB
Menlu-Retno4.jpg Honda-Batam
Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, dalam Sidang Majelis Umum PBB ke-79 pada 23 September 2024. (Kemlu)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, menyoroti situasi perempuan Afghanistan yang semakin memprihatinkan, terutama terkait hak akses pendidikan.

Dalam pertemuan High-Level Side Event bertajuk Inclusion of Women in the Future of Afghanistan yang berlangsung di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB ke-79 pada 23 September 2024, Retno menyampaikan bahwa UNESCO mencatat setidaknya 1,4 juta anak perempuan Afghanistan dilarang mengakses pendidikan menengah pada tahun 2024.

"Kondisi yang mengkhawatirkan ini perlu menjadi perhatian kita bersama," ujar Retno, demikian dikutip laman Kemlu.

Dalam pertemuan yang digelar di Markas Besar PBB, New York, Indonesia bertindak sebagai tuan rumah bersama Irlandia, Qatar, Swiss, dan Women Forum on Afghanistan.

Retno mengungkapkan keprihatinannya sebagai seorang perempuan, ibu, nenek, dan Muslim. "Namun saya memiliki kebebasan, akses terhadap hampir semua hal. Bagaimana dengan perempuan Afghanistan? Apakah mereka memiliki hak yang sama dengan saudara laki-laki mereka?" tanya Retno kepada para peserta.

Retno juga menjelaskan langkah konkret Indonesia dalam membantu perempuan Afghanistan. Sepanjang 2024, Indonesia bekerja sama dengan LSM lokal di Afghanistan untuk melaksanakan proyek psikososial yang melibatkan 400 perempuan.

Indonesia juga siap mendukung pengembangan model bisnis microfinance syariah guna mendorong penciptaan lapangan kerja bagi perempuan Afghanistan. "Kita perlu menggunakan segala cara untuk menyuarakan aspirasi perempuan Afghanistan," tegas Retno.

Pertemuan ini juga dihadiri oleh Sekretaris Jenderal PBB, Presiden Swiss, dan Menteri Luar Negeri Irlandia dan Qatar. Selain itu, aktivis perempuan Afghanistan seperti Fawzia Koofi dan Habiba Sarabi, serta Rosemary DiCarlo, Under-Secretary-General PBB untuk Politik dan Bina Damai, turut berpartisipasi. Diskusi mengangkat pentingnya akses pendidikan dan kesempatan kerja bagi perempuan Afghanistan, termasuk dalam posisi kepemimpinan.

Sekretaris Jenderal PBB menyampaikan, perempuan Afghanistan saat ini menghadapi tingkat kekerasan berbasis gender yang tinggi dan tingginya angka kematian ibu. Ia menekankan perempuan Afghanistan merasa tidak aman, terisolasi, dan tidak berdaya karena kehilangan kemampuan untuk menafkahi keluarga serta berkontribusi bagi masyarakat.

Sebagai bagian dari pertemuan, diputar film The Sharp Edge of Peace yang menyoroti peran pemimpin perempuan Afghanistan sejak 2021. Acara ini dibuka oleh aktris Meryl Streep, menambah bobot simbolik dari perjuangan perempuan di Afghanistan.

Editor: Gokli