Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Indonesia Butuh 12 Juta Talenta Digital di Tahun 2030
Oleh : Redaksi
Rabu | 11-09-2024 | 14:44 WIB
IMDI-2024.jpg Honda-Batam
Indeks Masyarakat Digital Indonesia (IMDI) Tahun 2024. (Kominfo)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Kementerian Komunikasi dan Informatika merilis Indeks Masyarakat Digital Indonesia Tahun 2024. Indeks ini merupakan ukuran tingkat kompetensi dan keterampilan masyarakat indonesia dalam menggunakan teknologi digital.

Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Kominfo, Hary Budiarto, menyatakan IMDI 2024 menunjukkan data kebutuhan talenta digital nasional tahun 2030 mencapai 12 juta orang.

"McKinsey atau WEF di Tahun 2015, menyampaikan kebutuhan talenta digital kita itu sembilan juta. Setelah kami turun langsung mengukur dengan IMDI, kebutuhan kita adalah 12 juta pada Tahun 2030," ungkapnya, dalam peluncuran Hasil Pengukuran Indeks Masyarakat Digital Indonesia 2024, di Jakarta Selatan, Selasa (10/09/2024), demikian dikutip laman Kominfo.

Menurut Hary Budiarto, banyak pihak di Indonesia yang masih mengacu kepada penelitian dari McKinsey atau WEF tahun 2015. Padahal, saat ini teknologi digital makin berkembang dan banyak peluang profesi baru di bidang digital.

"Di IMDI, Kementerian Kominfo melakukan pengukuran berbasis data-data Badan Pusat Statistik dan Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi," tegasnya.

Berdasarkan data yang diolah dalam IMDI 2024, perguruan tinggi di Indonesia mampu menyediakan sampai sembilan juta talenta digital. Oleh karena itu, masih ada kekurangan tiga juta talenta digital pada tahun 2030. "Kami ukur dari para lulusannya. Kami tidak bicara tentang kualitas penduduk tetapi kuantitasnya. Kuantitas mereka bisa menyediakan sampai sembilan juta, jadi pekerjaan rumah kita di Kominfo adalah tiga juta," jelas Kepala BPSDM Kementerian Kominfo.

Menurut Hary Budiarto, lewat IMDI, Kementerian Kominfo telah memetakan kebutuhan untuk masing-masing provinsi, kabupaten dan kota. "Jika kita tarik mundur, maka per tahun Indonesia harus melatih sebanyak 500.000 kira-kira talenta digital untuk memenuhi gap. Untuk itu, Kominfo sudah membuat gambaran untuk masing-masing provinsi. Ada provinsi yang over supply, artinya ketersedian ini banyak sekali sampai melimpah tetapi ada provinsi yang sangat kurang," tuturnya.

Upskilling dan Resklling

Saat memberikan keynote speech, Menkominfo Budi Arie Setiadi menyoroti adanya peningkatan kebutuhan talenta digital di tingkat global. Hal itu dipicu dengan berkembangnya 149 juta pekerjaan digital baru di dunia pada Tahun 2025.

"Di Indonesia sendiri, sekitar 27 juta hingga 46 juta pekerjaan baru diprediksi muncul akibat otomatisasi hingga tahun 2030," tuturnya.

Menteri Budi Arie mengingatkan tantangan terbesar berkaitan dengan kesenjangan keterampilan talenta digital akibat kehadiran teknologi baru. Oleh karena itu, Menkominfo mendorong upskilling dan reskilling guna merespons perkembangan yang dinamis.

"Talenta digital membutuhkan keterampilan teknologi di tingkat menengah dan mahir yang mampu mendisrupsi cara kerja dan melahirkan inovasi baru. Juga perlu memiliki keterampilan kognitif seperti pola pikir analitis dan kreativitas, yang akan membantu mereka menciptakan inovasi baru dan mendisrupsi cara kerja konvensional," tandasnya.

Melalui IMDI, Menkominfo mengharapkan akan dapat memperkuat daya saing talenta digital Indonesia di tingkat global. Selain itu dapat memaksimalkan potensi ekonomi digital yang diproyeksikan mencapai USD 220 Miliar hingga USD 360 Miliar pada Tahun 2030.

"IMDI akan menjadi dasar dalam pengambilan kebijakan nasional terkait pengembangan talenta digital, sebagai bagian dari Visi Indonesia Emas 2045. IMDI bukan hanya sekadar indeks, tetapi juga pedoman yang dapat membantu kita dalam mewujudkan ekosistem digital yang inklusif dan berkelanjutan," ungkapnya.

Editor: Gokli