Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Puluhan WNI Terjebak di Daerah Konflik Myanmar, Kemenlu RI Bergerak!
Oleh : Redaksi
Selasa | 10-09-2024 | 08:04 WIB
1009_WNI-TERJEBAK_02392388.jpg Honda-Batam
Kadek Agus Ariawan dan Nengah Sunarya berasal dari Buleleng, Bali yang viral disekap di Myanmar. (Foto: Net)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Sejumlah warga negara Indonesia (WNI) dilaporkan menjadi korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) di Myawaddy, Myanmar. Video yang beredar pada Minggu, 8 September 2024, menunjukkan para WNI tersebut sedang disekap dalam sebuah ruangan dan mengaku mengalami penyiksaan. Mereka diduga berada di Hpa Lu, sebuah area terpencil di Myawaddy yang kini dikuasai oleh pihak pemberontak.

Menanggapi situasi ini, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) segera melakukan koordinasi dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Yangon untuk merencanakan penyelamatan. KBRI Yangon kemudian menghubungi otoritas Myanmar dan melakukan komunikasi informal dengan jejaring yang ada di Myawaddy, sebagaimana disampaikan oleh Kemlu.

Kemlu melaporkan bahwa sejak tahun 2020 hingga Maret 2024, mereka telah menangani 3.703 kasus WNI yang terlibat dalam penipuan online. Pada tahun 2024, terdapat 107 pengaduan dari Myanmar, dan 44 WNI di antaranya berhasil dipulangkan ke Indonesia.

Kemlu juga mengimbau agar WNI berhati-hati dengan tawaran pekerjaan di luar negeri yang tidak dilengkapi dengan visa resmi dan kontrak kerja. Mereka disarankan untuk meminta informasi resmi tentang prosedur kerja ke luar negeri melalui Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker), BP2MI, atau Dinas Tenaga Kerja setempat.

Dari puluhan korban tersebut, dua di antaranya berasal dari Buleleng, Bali, yaitu Kadek Agus Ariawan dan Nengah Sunarya. Ketut Alit Suryawan, kakak dari Kadek Agus Ariawan, mengungkapkan bahwa kejadian ini bermula pada pertengahan Juli 2024. Agus dijanjikan pekerjaan di sebuah restoran di Thailand oleh seorang warga Desa Jinengdalem, Komang Budayasa. Namun, mereka malah berakhir bekerja di lokasi yang tidak jelas.

Informasi dari ORARI (Organisasi Amatir Radio Indonesia) menyebutkan bahwa para korban disekap, dipaksa bekerja 15 jam sehari tanpa gaji, dan mengalami penyiksaan jika tidak memenuhi target. Saat ini, pemerintah Indonesia masih berkoordinasi dengan otoritas Myanmar untuk menangani kasus ini. Kemlu menegaskan bahwa lokasi para korban berada di wilayah konflik bersenjata yang dikuasai pemberontak.

KBRI Yangon telah melanjutkan koordinasi dan komunikasi dengan otoritas Myanmar, termasuk komunikasi informal dengan jejaring di Myawaddy. Kemlu terus memantau dan menangani kasus tersebut bersama KBRI Yangon.

Sumber: CNN Indonesia
Editor: Dardani