Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kabur dari Tempat Penampungan, Dua TKI Diburu 10 Ekor Anjing
Oleh : kli/yp
Senin | 15-10-2012 | 14:43 WIB
Suhana-dan-Dewi-(TKI).gif Honda-Batam
Suhanna dan Dewi di Rumah Sakit Camatha Sahidya (RSCS) Mukakuning.


BATAM, batamtoday - Dua wanita asal Lampung yakni Suhanna (30) dan Dewi (20) yang akan dijadikan TKI ke Malasiya berhasil kabur dari tempat penampungan salah satu rumah mewah yang memiliki 10 ekor anjing peliharaan, Minggu (14/10/2012).


Usaha kedua wanita ini untuk kabur tak berjalan mulus. Pasalnya, majikan pemilik tempat penampungan sempat memergoki dan melepaskan 10 ekor anjing peliharaannya untuk memburu. Beruntung, kedua wanita itu diselamatkan sopir Bimbar dan dibawa ke Rumah Sakit Camatha Sahidya (RSCS) Mukakuning lantaran mengalami luka-luka, Minggu (14/10/2012) sore.

Informasi yang dihimpun di lapangan, kedua wanita ini sempat disekap selama satu bulan dan tak dikasih keluar oleh pemilik tempat penampungan. Tempat yang dijadikan penampungan itu tidak diketahui persis alamatnya. Namun disebut rumah mewah di daerah Batuaji yang memiliki 10 ekor anjing peliharaan.

Selama dalam penyekapan, kedua wanita ini disiksa dan dipaksa bekerja mulai pukul 04.00 WIB samapai 23.00 WIB setiap harinya. Merasa tak tahan lantaran kerap dikasih makanan sisa dan basi, keduanya nekat kabur saat sang pemilik penampungan lengah.

Ditemui wartawan di RSCS, kemarin kedua wanita itu menuturkan baru satu bulan di Batam. Awalnya, kedua wanita ini tak saling kenal, hanya saja mereka sama-sama mendaftar dari penyalur PT Karyaa Semesta Perkasa Tanjung Bintang Lampung.

"Kami kenalnya saat mendaftar di PT Karyaa Semesta Perkasa Tanjung Bintang Lampung. Di Batam ini baru satu bulan, itupun tak pernah dikasih keluar karena dikurung terus,"papar Dewi dengan nada gemetaran.

Ditambahkannya, alasan penyekapan itu untuk menunggu waktu pengurusan dokomen ke luar negeri. Namun, bukannya diperlakukan wajar malah keduanya ditekan dan diperbudak oleh pemilik penampungan yang biasa dipanggil nyonya dan tua.

"Nama pemilik rumah itu kami tak tahu, biasanya kami panggil tuan dan nyonya saja. Tapi, kami diperlakukan tak wajar seperti budak,"jelasnya.

Saat kabur, kedua wanita ini tidak mengantongi uang sepeser pun. Sehingga, untuk pengobatan luka yang mereka alami terpaksa dibayar oleh para petugas medis secara patungan.

"Jangankan diberikan gaji, untuk keluar rumah saja kami tak diizinkan. Kami bisa sampai di rumah sakit inipun karena ada sopir yang mau membantu,"sebutnya.

Setelah selesai menjalani pengobatan, kedua wanita itu berencana pulang kampung. Namun, terkendala uang yang tak punya untuk ongkos.

Senin (15/10/2012) pagi, di lokasi RSCS kedua wanita itu sudah tidak ada. Salah seorang pihak rumah sakit yang ditemui mengatakan kedua wanita itu tidak sempat dirawat inap.

"Mereka sudah keluar tadi malam, tapi saya tak tau pasti kemana tujuannya,"kata salah seorang petugas medis di lokasi.