Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Tim Hisab Rukyat Kemenag Ungkap Posisi Hilal Masih di Bawah Kriteria
Oleh : Redaksi
Minggu | 10-03-2024 | 19:33 WIB
Cecep_Nurwendaya.jpg Honda-Batam
Anggota Tim Hisab Rukyat Kemenag, Cecep Nurwendaya saaat presentasi mengenai hilal awal Ramadan di Jakarta, Minggu (10/3/2024).(Foto: Istimewa)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Tim Hisab Rukyat Kementerian Agama (Kemenag) menyampaikan bahwa visibilitas hilal awal Ramadan masih di bawah standar baru MABIMS (Menteri Agama Brunei Indonesia, Malaysia, dan Singapura), sehingga kemungkinan tidak dapat diamati (rukyat).

"Di seluruh wilayah Indonesia, pada 29 Syakban 1445 H, posisi hilal sudah berada di atas ufuk. Namun demikian, masih berada di bawah kriteria imkanur rukyat MABIMS," ungkap anggota Tim Hisab Rukyat Kemenag, Cecep Nurwendaya, di kantor Kemenag dalam presentasi mengenai hilal awal Ramadan di Jakarta, Minggu (10/3/2024).

Kriteria baru MABIMS menegaskan bahwa secara astronomis, hilal dapat diamati jika bulan memiliki ketinggian minimal 3 derajat dan elongasinya minimal 6,4 derajat.

Menurut Cecep, saat magrib pada 10 Maret 2024, tinggi hilal di seluruh wilayah Indonesia berkisar antara - 0° 20' 01" (-0,33°) hingga 0° 50' 01" (0,83°) dan elongasi antara 2° 15' 53" (2,26°) hingga 2° 35' 15" (2,59°).

"Dari data tersebut, secara teoritis hilal menjelang awal Ramadan 1445 H pada hari rukyat ini diprediksi tidak akan teramati, karena posisinya masih di bawah kriteria Imkan Rukyat," ujar Cecep.

Oleh karena itu, Cecep menambahkan, jika data tersebut dikaitkan dengan potensi rukyatul hilal, secara astronomis atau hisab, kemungkinan awal bulan Ramadan jatuh pada Selasa, 12 Maret 2024. Hasil hisab ini kemudian akan diverifikasi melalui pengamatan hilal (rukyatulhilal).

"Rukyatulhilal adalah tahap konfirmasi. Jika ada yang dapat mengamati hilal, maka Ramadan dimulai esok hari. Namun, jika tidak ada yang teramati, maka bulan Syakban akan digenapkan menjadi 30 hari, sehingga 1 Ramadan dimulai pada 12 Maret 2024," tambah Cecep.

Hari ini, Kemenag mengadakan pemantauan hilal awal Ramadan di 134 lokasi di seluruh Indonesia. Rukyatul hilal dilaksanakan oleh kantor wlayah Kemenag dan di tingkat kabupaten/kota, bekerja sama dengan pengadilan agama, organisasi keagamaan Islam, dan lembaga lainnya di daerah masing-masing.

Sidang isbat untuk menetapkan awal Ramadan 1445 H dilakukan dengan mempertimbangkan informasi awal berdasarkan perhitungan astronomis atau hisab, serta hasil konfirmasi lapangan melalui mekanisme pemantauan hilal.

Di Bawah 1 Derajat
Sementara itu, Koordinator Bidang Tanda Waktu BMKG Himawan Widiyanto mengatakan, pengamatan hilal yang dilakukan BMKG per 10 Maret 2024 masih berada di bawah 1 derajat, yaitu -0,33 derajat di Jayapura, Indonesia Timur hingga 0,87 derajat di Tuapejat, Sumatera Barat. Pengamatan tersebut masih akan dibawa ke sidang isbat yang diadakan pemerintah.

"Sidang isbat ini mencocokkan hasil penghitungan ini dengan pengamatan langsung di lapangan per hari ini," kata Himawan.

Himawan mengatakan, BMKG tahun ini melakukan pemantauan di 33 lokasi di Indonesia. Pengamatan dilakukan selama dua hari yaitu 10-11 Maret 2024.

"Jadi dua kali pengamatan untuk BMKG, sedangkan untuk Kementerian Agama pengamatannya di 10 Maret yang bertepatan pada 29 Syakban, 1445 Hijriah," terangnya.

Himawan mengaku, pengamatan di lapangan tidak terlalu berjalan mulus karena faktor cuaca. Deputi bidang meteorologi BMKG memperkirakan terjadinya hujan ringan dan mendung di sebagian besar wilayah di Indonesia. Kondisi mendung, kata Himawan membuat visibilitas pemantauan hilal tertutup awan.

"Ketutupan awan itu sekitar 80% hingga 100%, jadi kemungkinan kecil untuk cuacanya bagus. Mudah-mudahan segera bisa terbuka awannya," ujarnya.

Meski demikian, BMKG tetap memiliki alternatif apabila cuaca tidak membaik. Himawan mengatakan ada enam tower pengamatan yang dimiliki BMKG yang tetap bisa berfungsi meski cuaca buruk.

"Kalau di tower itu aman walaupun hujan kita masih bisa melakukan pengamatan, begitu juga yang kementerian agama ada pos observatori bulan itu juga aman ketika ada hujan tetap bisa," jelasnya.

Editor: Surya