Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

KPU - Bawaslu Kompak Bantah Ada Kecurangan di Balik Ledakan Suara PSI
Oleh : Redaksi
Selasa | 05-03-2024 | 09:40 WIB
psi.jpg Honda-Batam
Ilustrasi (Foto: Istimewa)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Bawaslu kompak menyatakan tak ada penggelembungan suara dalam lonjakan drastis Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di real count Sirekap.

Komisioner KPU Idham Holik mengakui jika ada peluang kesalahan data yang ditampilkan sirekap. Idham menjelaskan sirekap menggunakan teknologi Optical Character Recognition (OCR), sehingga ada potensi Sirekap salah membaca foto formulir C-hasil.

"Tidak ada terjadi penggelembungan suara, yang ada adalah ketidakakuratan teknologi OCR dalam membaca foto formulir mode C.HASIL plano," kata Idham, Senin (4/3/2024).

Senada, Bawaslu juga menyebut tidak ada indikasi penggelembungan suara untuk PSI di Pemilu 2024. Ketua Bawaslu Rahmat Bagja mengklaim hal itu berdasarkan verifikasi langsung ke lapangan yang dilakukan oleh pihaknya di beberapa wilayah.

"Ada beberapa yang kami verifikasi tidak terbukti. Kami verifikasi ke lapangan, misalnya ada di Cilegon, terselesaikan, ada di sosial mediakan?" kata Bagja kepada di Kantor KPU, Jakarta Pusat, Senin (4/3/2024) malam.

"Ada juga di Jawa Tengah yang sudah selesai secara berjenjang, sudah diselesaikan," imbuhnya.

Bagja menduga potensi kesalahan dapat terjadi dari pembacaan Sirekap terhadap formulir C-Hasil yang diunggah. Namun demikian, dia menyebut penghitungan suara yang dibacakan nantinya merupakan penghitungan yang dilakukan secara berjenjang.

Dia mengungkapkan sejauh ini, hasil dari formulir C Plano atau formulir hasil penghitungan suara di sejumlah TPS di beberapa daerah menunjukkan hasil sama dengan formulir hasil di tingkat kecamatan atau D Plano.

"Untuk di Sukoharjo, kecamatan Gatak, terus kelurahan Geneng, TPS berapa nih? Jadi hasil laporan teman-teman demikian. Itu untuk Gatak. Untuk Cilegon juga demikian. Jadi tidak benar," katanya.

Ledakan suara
Sejumlah pihak menyoroti kenaikan suara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di real count KPU yang terjadi secara eksponensial. Sorotan itu datang dari koalisi sipil hingga pengamat politik dari berbagai kampus.

Kenaikan drastis suara PSI mulai terlihat sejak Sabtu (3/3). Perolehan suara Partai yang diketuai Kaesang Pangarep, anak Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu merangkak naik hingga mencapai 3,13 persen atau 2.403.013.

Perolehan itu hampir mendekati ambang batas parlemen (parliamentary threshold) 4 persen. Jika PSI berhasil menembus angka 4 persen, maka mereka bisa masuk Senayan.

Padahal, hasil real count data dari 530.776 TPS per Senin (26/2), suara PSI hanya sebesar 2.001.493 suara atau 2,68 persen.

Koalisi Masyarakat Sipil. Mereka menilai lonjakan suara PSI ini tidak masuk akal. PSI disebut satu-satunya partai yang mengalami lonjakan suara tajam dalam kurun waktu dan rentang persentase suara masuk yang sama.

Koalisi menyoroti bagaimana suara PSI di tingkat nasional melesat dalam enam hari terakhir.

"Partai yang dipimpin anak bungsu Presiden Jokowi itu mendulang nyaris 400 ribu suara dalam waktu sangat cepat. Sampai saat Siaran Pers ini ditulis pada Sabtu (2/3) jam 13.00 WIB, total suara PSI sudah mencapai 3,13 persen, mendekati ambang batas parlemen sebesar 4 persen," dikutip dari pernyataan tertulis koalisi, Minggu (3/3/2024).

"Bagi Koalisi Masyarakat Sipil yang sangat akrab dengan data riset serta terbiasa membaca tren dan dinamika data, lonjakan persentase suara PSI di saat data suara masuk di atas 60 persen itu tidak lazim dan tidak masuk akal," lanjutnya.

Koalisi sudah menduga penggelembungan suara akan terjadi bersamaan dengan penghentian penghitungan manual di tingkat kecamatan dan penghentian Sirekap KPU.

Sejak Minggu (18/2/2024) silam, KPU sempat menghentikan pleno terbuka rekapitulasi suara secara manual di tingkat kecamatan oleh Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK).

Guru Besar Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Burhanuddin Muhtadi juga menyoroti ledakan perolehan suara PSI baru-baru ini.

Hal itu diungkapkannya via akun media sosial X (dulu Twitter) menyambut perbincangan yang juga mempertanyakan mengenai dugaan anomali lonjakan suara PSI di rekapitulasi Sirekap atau real count Komisi Pemilihan Umum (KPU).

"PKB naik turun suaranya smooth sejak awal. Demikian juga dg partai2 lain. Sementara perolehan suara PSI "meledak" hanya dlm beberapa hari terakhir saja. Biasanya kalau data masuk di Sirekap sudah besar dan proporsional, suara partai-partai tidak akan sedinamis ini," tulis Burhanuddin merespons perbincangan salah satu netizen dengan nama akun Ferry Koto, Sabtu (2/3/2024).

Kemudian, Direktur Eksekutif Indonesian Public Institute (IPI) Karyono menilai ledakan suara PSI patut dicurigai, meskipun kenaikannya belum sampai 4 persen.

"Tetapi, jika melihat pola loncatnya tidak lazim karena data masuk ke data real count KPU sudah mencapai 65, 80 persen", kata Karyono.

Karyono mengingatkan, sejauh ini hasil perhitungan cepat atau quick count selalu presisi karena selisih antara hasil penghitungan KPU dengan quick count sangat tipis, yaitu selisihnya 0,1 sampai 1 persen asalkan dilakukan sesuai kaidah survei yang benar.

Menurut Karyono, jika merujuk data quick count dari sejumlah lembaga survei, PSI diprediksi tidak lolos parlemen karena perolehan suaranya berada di kisaran antara 2,6 sampai 2,8 persen. Sementara margin error 1 persen dengan sampel 3000 TPS.

"Perolehan suara PSI versi quick count paling tinggi 2,8, katakanlah naik 1 persen itu baru 3,8 persen jadi tidak sampai 4 persen," ujarnya.

Kecurigaan yang sama juga datang dari Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah dan Pengamat politik Universitas Andalas, Asrinaldi. Keduanya mengaku heran suara PSI naik secara signifikan. Mereka pun mencurigai adanya kecurangan dan dugaan penggelembungan suara

Sumber: CNN Indonesia

Editor: Surya