Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

KRRp, Uang Rupiah Khusus Kepulauan Riau Membendung Dolar dan Ringgit di Kepri
Oleh : Aldy
Sabtu | 18-11-2023 | 13:44 WIB
Rupiah-Kepri.jpg Honda-Batam
Di tahun 1963, Bank Indonesia pernah mencetak mata uang Rupiah Kepualauan Riau (KRRp). (Foto: Aldy)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Masyarakat Kepulauan Riau, wajib berbangga karena punya sejarah tersendiri dengan mata uang Rupiah. Sebab, di tahun 1963, Bank Indonesia pernah mencetak mata uang Rupiah Kepualauan Riau (KRRp).

KRRp ini sengaja dibuat untuk membendung peredaran mata uang asing seperti Dolar Singapura dan Ringgit Malaysia, yang sempat menjadi alat tukar sehari-hari masyarakat Kepulauan Riau.

Kisah ini terungkap saat Bank Indonesia mengajak sejumlah awak media berkunjung ke Ruang Khazanah Museum Bank Indonesia (MUBI), Jakarta Barat, Kamis (16/11/1/2023). Di sana, KRRp menjadi salah satu koleksi yang terbingkai apik bersama sejumlah mata uang Rupiah dari tahun ke tahun.

Dalam bingkai yang rapi itu, terdapat pecahan-pecahan yang menarik perhatian, seperti 1 Rupiah berwarna merah dengan gambar Presiden Indonesia dan seorang penari yang cantik nan memikat.

Sementara itu, pecahan 10 KRRp juga berwarna merah dengan menampilkan sosok Presiden Indonesia pertama Soekarno dengan penari yang menari elegan di belakangnya.

Museum Bank Indonesia tidak hanya menjadi penyimpan keindahan uang ini, tetapi juga memberikan keterangan kepada pengunjung tentang sejarahnya. Pengunjung dapat mengetahui bahwa Provinsi Kepulauan Riau pernah memiliki uang khusus, sebuah bukti keberagaman dan sejarah ekonomi Indonesia.

Pada 1 Juli 1964, KRRp ditarik dari peredaran, digantikan oleh uang yang berlaku umum di seluruh wilayah Republik Indonesia, kecuali di Irian Barat.

Krisno, salah seorang Edukator Museum Bank Indonesia (MUBI), mengungkapkan kebijakan ini diambil karena kesadaran bahwa Rupiah ini tidak dapat disebarkan di seluruh Indonesia. "Untuk mengimbangi peredaran Dolar dan Ringgit yang berbatasan langsung dengan Singapura dan Malaysia, diciptakanlah uang daerah di Provinsi Kepri, dengan kurs yang berbeda namun diizinkan karena dekat dengan Malaysia yang masih bersatu dengan Singapura," kata Kris.

Terkait Belakang Padang

Pulau Belakang Padang kala itu tidak hanya terdiri dari satu etnis, namun Melayu dan Tionghoa dan beberapa suku perantau lainnya hidup berbaur di pulau yang hanya berjarak 12 mil dari lepas pantai dengan Singapura. Setelah Pulau Sambu dan Pulau Batam dibangun Pemerintah Indonesia era Presiden Soeharto, penduduk Belakang Padang mulai berkembang.

Tokoh Melayu asal Pulau Belakang Padang, Musa bin Jantan (85) menceritakan, jika dari pulau ini cikal lahirnya Pulau Batam yang kini menjadi kota industri. Kemudian pada 1957, Pulau Belakang Padang resmi menjadi sebuah kelurahan. Masuk dalam Kecamatan Tanjungpinang, Kabupaten Kepulauan Riau dengan jumlah penduduk sekitar 30 Kepala Keluarga.

Kala itu, warga masih menggantungkan hidupnya kepada Negara Jiran. Sebagai daerah terdepan dan susah diakses masyarakat Riau Daratan, kebutuhan hidup warga Pulau Belakang Padang bergantung pada hasil laut dan kebun yang dijual ke Singapura.

"Belakang Padang merupakan kecamatan yang kedua, dari Pulau Buluh pindah kecamatan ke Pulau Belakang padang pada tahun 1957 sebelum Indonesia merdeka masyarakat sudah ada di Pulau Buluh. Kemudian terus berkembang," kenang Musa yang akrab disapa Pak Haji oleh masyarakat sekitar.

Musa menjelaskan, hubungan emosional antara warga Belakang Padang dengan Singapura tetap terjalin. Kondisi tidak terpengaruh konflik kedua negara (masa konfrontasi). Itu karena banyak keluarga warga Belakang Padang dulu juga banyak hidup di Singapura.

"Kehidupan kami tergantung pada Singapura. Pakaian, makanan karena hubungan kami dulu, dari Jakarta tak pernah dekat karena terbatas. Melalui Pekanbaru, Tanjungpinang," jelas Musa.

Saat itu, harga hasil laut dan hasil kebun warga dijual 50 sen hingga 3 Dolar Singapura per keti (ukuran berat 750 gram per 1 keti ). Kerap barang itu ditukar dengan barang kebutuhan sehari-hari.

Pada awalnya, warga Pulau Belakang Padang belum familiar dengan mata uang Rupiah. Setelah masa konfrontasi, barulah warga mengenal alat tukar atau mata uang yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia khusus Provinsi Riau.

Salah satunya yaitu mata Uang KRRp (Kepulauan Riau Rupiah). Semenjak itu masyarakat Belakang Padang mengenal Rupiah dan kemudian KRRp beralih menjadi uang Rupiah. Namun walaupun Rupiah resmi menjadi alat tukar di Belakang Padang dan pulau-pulau sekitarnya, pada tahun 1990-an, Dolar Singapura masih tetap beredar di kalangan masyarakat nelayan yang berada di pulau-pulau terpencil.

Editor: Gokli