Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Putri Pare Setiawati

Dialektika dari Timur, Merawat Tradisi Merajut Keberagaman
Oleh : Redaksi
Jum\'at | 27-10-2023 | 10:24 WIB

NAMA INI lahir pada tahun 2007. Dengan konsep yang berfokus pada Rancang Ulang Kebaya Kuno dan di desain dalam berbagai model dalam Dasa Brata Warna dan menggubah Kain Batik Tulis khususnya motif Parang Barong dan Poleng.

Tentang Pemilik, Pendiri dan Perancang

Nunuk Setiawati Susanto, lebih dari seperempat abad menghabiskan waktu untuk
memperjuangkan 'Kota Tua Batavia' agar menjadi Heritage yang penuh makna bagi bangsa
Indonesia ke depan. Bersama beberapa koleganya, ia terus mencari jalan agar 'Kota Tua'
tersebut direvitalisasi agar dapat memberikan ruang dengan suasana kreatif bagi penduduknya, Jakarta khususnya.

Akan tetapi, tidak membuahkan hasil setelah menempuh sekian panjangnya waktu. Pemerintah daerah dan pusat hanya kagum atas ide yang sudah sangat lengkap itu, maka
kandaslah.

Sehingga tahun 2007, akhirnya dengan segala suka dan duka pengalaman di berbagai bidang
usaha, ia harus memutuskan sesuatu yang mungkin di masa depan akan berguna bagi banyak orang. Pilihannya yaitu memutuskan untuk membuat Kebaya Putri Pare, sebagai Ageman untuk Perempuan Nusantara.

Seiring berjalannya waktu, Nunuk Setiawati Susanto terus melahirkan dan mengembangkan
karya-karya Batik Tulis, terutama motif Parang Barong dan Poleng, dengan motif yang di
gubahnya sendiri. Seperti halnya pada proses kreatif penggubahan Kebaya Kuno ke dalam
sebuah tafsir baru, yang merupakan pengalaman spiritual, bukan hanya mengandung pelajaran bagaimana menaklukan ego pribadi tetapi juga sebuah perjalanan ke alam kreatifitas tanpa batas.

Kini, karya Kebaya dan Batiknya telah menjadi tongkat wasiat untuk membongkar sejarah, yaitu Sejarah 'Ageman' Nusantara.

Koleksi Putri Pare Setiawati telah banyak diminati oleh banyak Perempuan di berbagai bidang profesi. Sebut saja salah satunya, Ibu Negara Republik Indonesia, Ibu Negara Republik Rakyat Tiongkok, hingga beberapa pejabat penting Indonesia, para ibu rumah tangga dengan pemikiran hebat, para pecinta mode sampai ke pemerhati warisan Nusantara.

Putri Pare Setiawati membawa pengaruh pada tradisi memakai ageman atau busana tradisional yang telah menerobos dalam ruang kekinian.

Bahwa nilai yang ingin di sampaikan yaitu bahwa yang berbau tradisi itu tidak kuno, tetapi justru membawa keagungan masa lampau yang bukan hanya penuh pertimbangan dalam hal desain, motif, latar tapi juga keindahan itu sendiri.

Sebuah simbol yang membawa nilai fungsionil bagi siapapun pemakai atau pecintanya sekarang.

Tentang Koleksi
Tema yang di luncurkan oleh Jakarta Fashion Week 2024 'Kebaya Nusantara', pada hari ini Kamis, 26 Oktober 2023, di City Hall Pondok Indah Mall 3, pukul 21.00-22.00 WIB.

Putri Pare Setiawati meluncurkan koleksi dengan nuansa warna Lembayung. Terdapat model
unggulan Kebaya Krah Tumpang dengan aksen lengan tanpa kerung, sebagai koleksi utama yang di usungnya. Dengan 15 gaya yang dibawakan oleh Muse; Maudy Koesnaedi, Adinia Wirasti dan para model profesional yang menampilkan potongan Kebaya gaya Solo Kuno, kebaya Panjang dengan detil pada dada aksen khas Jogja, kemben/kutu baru yang terinspirasi dari kebaya Ibunya, juga Kebaya berkerah yang dinamai Kebaya Rembang (kota lahir RA Kartini), kebaya kerah beskap, bervariasi dari model kebaya asimetris, panjang pendeknya kebaya berbeda hingga kebaya tanpa lengan.

Tema warna lembayung ini sesuai namanya, berpalet ungu tua sampai muda, di tambahkan dengan warna merah ati yang klasik hingga warna wortel (oranye stabilo) yang kekinian. Keseluruhan koleksi Kebaya terbuat dari bahan Sutera dan untuk Ageman Kain dan Selendangnya, melalui proses Batik Tulis di atas bahan sutera crep dan katun terbaik, yang secara spesial mengangkat motif Parang Barong dan motif Poleng sebagai ciri khas Putri Pare Setiawati. Adapula motif jagoan lain seperti dengan motif Candi Borobudur, Roro Jonggrang, Ratu Boko, sentuhan motif lurik, kawung, bunga srengenge dan burung cendrawasih kembar.

Kain batik tulis ini menggunakan warna alam seperti sogan dan indigo yang di ambil dari alam semesta ini, sebagai tanda kejayaan Nusantara untuk di wariskan ke generasi penerus untuk dirawat dan juga di kenakan.

Menyempurnakan tampilan dari 15 looks ini, rambut di tata tanpa poni, dahi terlihat seperti para perempuan di era kerajaan Majapahit dan tanpa aksesoris untuk mengekspos Kecantikan Perempuan ciptaan Tuhan. Sifatnya kebaya Putri Pare Setiawati hanya sebagai canvas. Tanpa perhiasan sederhana, polos. Perempuan sudah cantik bagaikan perhiasan itu sendiri. Melengkapi gaya ini dengan selop-selop tertutup gaya jaman dulu, berwarna nuansa Lembayung, sederhana dan berwarna polos, berhak datar namun juga ada hak yang tak lebih dari 5 cm guna mengikuti perkembangan jaman sekarang.

Editor: Gokli