Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Boyongan Kapal
Oleh : Opini
Senin | 11-09-2023 | 08:52 WIB
111_dahlan-iskan_0-2029347341.jpg Honda-Batam
Wartawan senior Indonesia Dahlan Iskan. (Foto: Ist)

Olah Dahlan Iskan

PENDAFTARAN calon presiden dimajukan: tanggal 10 Oktober. Anda sudah tahu. Berarti tinggal menghitung hari.

Waktu pendaftaran pun dipersingkat. Hanya enam hari. Ditutup 16 Oktober 2023. Anda juga sudah tahu itu. Berarti Pilpres jadi diadakan.

Ada yang masih berpikir keras mencari pasangan: siapa yang akan menjadi calon wakil presiden.

Ada yang merenung: siapa capres yang mau memilihnya jadi pasangan.

Berarti tahun depan adalah tahun terakhir kepresidenan Pak Jokowi.

Momentum terbesar yang akan terjadi bukan serah terima jabatan presiden, tapi boyongan ke ibu kota baru IKN di Kaltim. Itu akan terjadi tanggal 17 Agustus 2024.

Saya membayangkan seperti apa gemparnya acara boyongan itu nanti. Selama era Pak Jokowi apa pun dibuat gempar.

Meriah.

Spektakuler.

Menakjubkan.

Pembukaan SEA Games dan Asian Games sangat hebat.

MotoGP di Mandalika luar biasa.

Penutupan KTT G-20 di Bali menakjubkan.

Pun acara perkawinan Gibran. Meriah dan hebatnya tidak kalah dengan perkawinan Lady Di di London.

Bayangkan saja akan seperti apa boyongan ibu kota negara itu nanti. Kisi-kisinya sudah dibocorkan oleh Menteri PUPR Basuki Hadimuljono. Sabtu lalu. Di pembukaan acara Nusantara Sail.

Boyongan ke IKN tahun depan akan dilakukan dengan kapal! Berarti akan ada pesta kapal. Parade kapal.

Jangan-jangan dari seluruh pelabuhan baru yang dibangun di zaman Pak Jokowi: Kali Baru (Priok), Patimban (Subang), Kuala Tanjung (Sumut), Angrek (Gorontalo), Sorong (Papua Barat), dan banyak lagi.

Boyongan pakai kapal itu, menurut Basuki, sebagai simbol bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa pelaut.

"Laut, bagi Indonesia bukan sebagai pemisah pulau tapi sebagai jembatan antar pulau," katanya.

Kelihatannya Menteri Basuki yang jadi ketua panitia boyongan. Basuki adalah menteri yang paling hebat di kabinet Jokowi.

Apa saja dibangun: jalan, jembatan, pelabuhan, embung, dan tentu juga IKN.

Ia adalah menteri yang banyak kerja sedikit bicara. Sesekali main band. Luhut Binsar Pandjaitan dan Basuki adalah dua bintang utama di tim kabinet Presiden Jokowi.

Boyongan dengan kapal itu pasti unik. Mungkin akan ada siaran langsung dari kapal 1, kapal 2, kapal 3, dan seterusnya. Hari itu gelombang laut agak tinggi, kalau tidak ada anomali cuaca. Januari-Februari dan Juli-Agustus adalah bulan-bulan banyak gelombang.

TNI-AL pasti menjadi instansi yang paling sibuk: bagaimana mengamankan boyongan lewat laut itu.

Sebagai salah satu persiapan, Menteri Basuki mengadakan kegiatan "pemanasan": Nusantara Sail.

Kali ini acara "Serial Sail" tidak lagi dilakukan di Indonesia Timur. Anda sudah tahu, pernah ada Sail Wakatobi, Sail Bitung, Sail Halmahera dan seterusnya. Kian lama acara "Sail..." itu kurang bergema.

Maka kali ini bentuknya "Nusantara Sail": kapalnya berangkat dari tiga atau empat lokasi. Ada yang dari Mandar (Sulsel), Makassar (Sulsel), dan Jakarta. Ada juga yang berangkat dari Sandakan (Sabah), lewat imigrasi Nunukan (Kaltara).

Kapal mereka akan bertemu di satu titik: IKN di Kaltim. Yakni tanggal 25 September depan.

Kapal-kapal itu akan tambat di dermaga Balikpapan Super Block.

Ada yang dijadwalkan tiba tanggal 22 September. Ada juga yang 23 September.

Mereka punya waktu menikmati dulu kota Balikpapan. Keesokan harinya mereka berangkat bersama-sama menuju Teluk Balikpapan untuk menambatkan kapal di jembatan Pulau Balang.

Dari sini mereka naik mobil menuju IKN. Menteri Basuki kembali menyambut mereka di IKN. Semua peserta Nusantara Sail harus menanam pohon di IKN.

Tentu boyongan ibu kota ke IKN (dengan kapal) beda dengan boyongan rumah pakai truk.

Saya masih belum bisa membayangkan apa saja yang diangkut dengan kapal. Tentu bukan meja-kursi, apalagi peralatan pantry.

Yang jelas boyongan ini akan menjadi acara terbesar dalam masa pemerintahan Presiden Jokowi.

Boyongan pun sudah direncanakan. Maka jangan lagi ada yang tetap berspekulasi apakah Pemilu tetap jadi ada.*

Penulis adalah wartawan senior Indonesia