Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pemuda Katolik Kencam Bentrok Aparat Gabungan dengan Masyarakat Rempang
Oleh : Irwan Hirzal
Sabtu | 09-09-2023 | 13:56 WIB
Yohannes-Adi.jpg Honda-Batam
Ketua Bidang Advokasi dan Bantuan Hukum Pemuda Katolik Komda Kepri, Yohanes Adi Putra. (Ist)

BATAMTODAY.COM, Batam - Pemuda Katolik Komda Kepri mengecam penembakan gas air mata oleh aparat gabungan saat bentrok dengan masyarakat Rempang pada Kamis (7/9/2023). Akibat gas air mata itu, sejumlah anak sekolah dan beberapa warga lainnya harus dilarikan ke rumah sakit.

Terkait peristiwa itu, Pemuda Katolik Komda Kepri menyatakan beberapa poin pernyataan sikap, sebagai beriikut:

  1. Kami selaku organisasi masyarakat mendukung atas upaya pemerintah untuk kemajuan ekonomi khususnya di wilayah Kepulauan Riau, namun dalam pelaksanaannya jangan sampai mengorbankan masyarakat, di mana seharusnya masyarakat ikut ditarik sebagai bagaian pengembangan ekonomi;
  2. Kami menyayangkan atas penembakan gas air mata yang mengakibatkan korban anak-anak, di mana seharusnya aparat sebelum melakukan penembakan gas air mata mengukur lebih dahulu dampak yang akan terjadi;
  3. Seharusnya aparat lebih bisa mengedepankan sikap humanis dan tidak terkesan arogan dalam melaksanakan pengamanan di Rempang; dan
  4. Kami menuntut agar dilakukan evaluasi agar hal serupa tidak terulang kembali.

"Negara dalam hal ini perlu lebih mendengarkan hal-hal yang menjadi aspirasi masyarakat agar pengembangan ekonomi juga dapat berjalan lebih baik dan elegan," kata Ketua Bidang Advokasi dan Bantuan Hukum Pemuda Katolik Komda Kepri, Yohanes Adi Putra, dalam keterangan tertulis, Sabtu (9/9/2023).

Lanjutnya, Pemerintah Daerah sebagai perpanjangan tangan negara juga harus bertanggung jawab bagi korban atas bentrok yang terjadi khsusnya korban anak-anak. Tidak hanya tanggung jawab atas kesehatan raga para korban namun perlu juga memberikan penyembuhan secara psikis bagi korban anak-anak yang mana tentunya mengalami trauma mendalam atas kejadian ini.

"Lebih baik kita mengorbankan waktu sedikit lebih banyak untuk berdiskusi mencari solusi dengan kepala dingin dari pada kita memaksakan percepatan yang mengakibatkan korban dari masyarakat khususnya korban anak-anak," tutup Adi.

Editor: Gokli