Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Iduladha Momentum Satukan Elit Politik Wujudkan Pemilu Damai
Oleh : Opini
Rabu | 28-06-2023 | 09:33 WIB
A-ilustrasi-PEMILU_jpg2156.jpg Honda-Batam
Ilustrasi Pemilu damai 2024. (Foto: Ist)

Oleh Ridwan Putra Khalan

PERTEMUAN Capres Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan saat pelaksanaan Ibadah Haji di Tanah Suci Mekkah membawa pesan kesejukkan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Semua pihak, termasuk elit politik maupun masyarakat pun diharapkan dapat meneladani semangat persatuan di momentum Idul Adha tersebut demi mewujudkan Pemilu damai.

Pemilu 2024 sudah di depan mata. Pemilu kali ini sangat mendebarkan dan masyarakat penasaran, karena akan menentukan presiden selanjutnya. Sebelum pencoblosan, masa kampanye juga membuat masyarakat khawatir karena rawan konflik, padahal seharusnya mereka menjaga agar situasi selalu kondusif dan membuat Pemilu damai.

Dalam mewujudkan Pemilu damai maka masyarakat bisa memanfaatkan momentum Idul Adha. Hari raya yang membahagiakan ini tak hanya digunakan untuk berkumpul bersama keluarga dan bersilaturahmi dengan kerabat. Namun juga pas untuk digunakan dalam rangka mewujudkan Pemilu damai. Perdamaian juga harus dijaga, baik di masa kampanye maupun di hari raya Idul Adha.

Idul Adha adalah momen yang pas untuk mewujudkan Pemilu damai. Tekad untuk berdamai harus dijaga agar tidak terjadi kekacauan. Para pendukung pun diharapkan tidak saling bertengkar apalagi hingga melakukan black campaign. Padahal hal ini jelas dilarang oleh KPU (Komisi Pemilihan Umum).

Para elit politik juga memanfaatkan momen Idul Adha dalam mewujudkan Pemilu damai. Seperti ketika dua calon presiden (Capres) yang bertemu di Mekkah ketika sama-sama menunaikan ibadah haji. Mereka adalah Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan.

Ketua DPP PPP, Achmad Baidowi menyatakan bahwa pertemuan terjadi saat Anies dan Ganjar sama-sama makan siang bersama di Mina Hospitality Palace, salah satu fasilitas kerajaan di Mina. Foto Ganjar saat bertemu Anies sedang populer di media sosial, dan mereka saat itu sama-sama mengenakan kain ihram (putih).

Sementara itu, politisi Herzaky Putra Mahendra mengaku menyambut baik pertemuan tersebut. Dia berharap pertemuan antara bakal capres itu bisa membawa kebaikan dan manfaat bagi negeri. Semoga pertemuan ini bisa membawa manfaat dan kebaikan untuk negeri ini. Pengingat kalau berbeda pilihan, bukan berarti harus bermusuhan dan tidak berkomunikasi.

Dalam artian, para elit politik ketika bertemu tetap mengobrol dengan baik, meski berasal dari partai yang berbeda. Walaupun Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo sama-sama berstatus capres tetapi saat bertemu juga santai saja dan tidak bermusuhan.

Seharusnya masyarakat meniru para elit politik yang tetap berdamai ketika bertemu dan tidak menunjukkan persaingan sengit. Sebagai pendukung maka harus mewujudkan Pemilu damai dan tidak saling bermusuhan, apalagi saling memaki di media sosial.

Masyarakat, tokoh agama, dan elite politik wajib berperan agar tidak ada residu pemilu yang menimbulkan permusuhan dan kebencian, sehingga merugikan negara. Jika elite politik berdamai dan saling silaturahmi maka akan diikuti oleh masyarakat.

Seluruh warga Indonesia mampu berperan besar untuk menciptakan pemilu yang damai. Pemilu adalah ajang untuk memilih pemimpin dan calon legislasi baru. Jangan dijadikan tempat peperangan atau permusuhan sengit karena terlalu mendukung partai politik atau capres tertentu.

Sementara itu, Ketua MPR RI Puan Maharani bertemu dengan politisi Agus Yudhoyono atau yang akrab disapa dengan panggilan AHY. Puan Maharani menyatakan bahwa dalam pertemuan selama 1 jam mereka sangat akrab seperti kakak dan adik. Dalam pertemuan tersebut mereka memperbincangkan mengenai politik dan masa depan bangsa, dan tekad untuk sama-sama memajukan Indonesia.

Dalam artian, meski Puan dan AHY adalah politisi dari partai yang berbeda tetapi tetap mewujudkan Pemilu damai. Mereka menunjukkan bahwa pilihan partai politik boleh berbeda, tetapi perdamaian harus dinomorsatukan, terutama saat Pemilu.

Pemilu harus berlangsung dengan damai karena masyarakat harus berkaca dari pengalaman 2 pemilu lalu (tahun 2014 dan 2019). Saat itu persaingan antar pendukung capres sangat sengit. Padahal sang tokoh biasa-biasa saja. Namun para pendukungnya ada yang cinta berlebihan sampai menjelek-jelekkan pihak lain.

Situasi makin berbahaya karena satu pihak menghina pihak lain dengan sebutan yang kurang pantas. Mereka melakukan black campaign di media sosial dan membuat tagar (hashtag) khusus. Peperangan ini tentu membuat rasa tidak nyaman bagi pengguna media sosial lain. Penyebabnya karena mereka tidak fanatik, dan malas melihat perang status tiap hari.

Oleh karena itu KPU meminta seluruh lapisan masyarakat, termasuk mahasiswa, untuk mewujudkan pemilu 2024 yang damai. Jangan sampai situasi buruk beberapa tahun lalu terjadi kembali. Pemilu harus damai agar masyarakat bersatu-padu dan rela melihat siapapun presidennya, meski bukan jagoannya.

Untuk itu, KPU memastikan pemilu 2024 berlangsung dengan damai dan hal ini dibuktikan dengan penandatangan deklarasi perdamaian di kampus. Tempatnya memang sengaja di sana karena mahasiswa diharap ikut jadi pengawas agar pemilu berlangsung dengan damai, tanpa kericuhan.

Idul Adha adalah momentum untuk mewujudkan Pemilu damai dan masyarakat bisa bersilaturahmi sembari menyatukan perbedaan. Ketika ada perbedaan pilihan politik maka tidak perlu ada permusuhan. Perdamaian saat Pemilu harus dinomorsatukan.*

Penulis adalah kontributor Ruang Baca Nusantara