Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Sebelum IKN Nusantara Benar-benar Jadi Ibu Kota Negara Indonesia
Oleh : Saibansah
Kamis | 18-05-2023 | 08:04 WIB
A-TITIK-NOL-IKN.jpg Honda-Batam
Wartawan BATAMTODAY.COM, Saibansah Dardani saat berada di titik nol IKN Nusantara. (Foto: Agung/J5NEWSROOM.COM)

PERLU perjuangan dan niat kuat untuk bisa sampai ke titik nol Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur. Tetapi, begitu sampai, perjuangan itu membuahkan rasa lega. Seperti apa perjuangan untuk sampai ke titik nol IKN Nusatara itu? Berikut catatan wartawan BATAMTODAY.COM, Saibansah Dardani.

Seusai menguji para wartawan Samarinda, Kalimantan Timur, yang mengikuti Uji Kompetensi Wartawan (UKW) gratis yang difasilitasi Dewan Pers di Hotel Swiss-bell Samarinda, Jumat-Sabtu, 12-13 Mei 2023, saya bersama dengan sesama assesor dari Lembaga Uji (LU) UKW (Uji Kompetensi Wartawan) Universitas Pembangunan Nasional 'Veteran' Yogyakarta (UPNVY), Susilastuti, Agung Prabowo, Arif Wibawa dan sekretaris Nurgianto, bergerak ke titik nol IKN Nusantara, Minggu (14/5/2023).

Perjalanan dari Samarinda kami tempuh menggunakan mobil sewaan. Rupanya, mobil yang laris direntalkan di Samarinda adalah Toyota Inova Venturer. Perjalanan menuju titik nol IKN Nusantara kami tempuh selama 3 jam. Lewat jalan tol. Dari ujung jalan tol, masih perlu waktu dua jam untuk sampai ke tujuan kami.

Akses hampir sepanjang jalan menuju Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur, adalah jalan cor. Sebagian kecil lainnya, jalan aspal. Tidak terlalu macet. Kecuali, ketika kita pas berada di belakang truk-truk besar. Maklum, Kalimantan Timur adalah kawasan eksplorasi sumber daya alam, baik itu kayu maupun bauksit.

BACA JUGA: Pergumulan Suasana Hati Ketika Pembangunan IKN Dikebut

Tetapi, dengan menaiki mobil Toyota Inova Venturer yang masih kinclong itu, perjalanan kami akhirnya sampai ke pintu masuk titik nol IKN Nusantara. Apalagi, driver kami saat itu, Mas Slamet, ramah dan berasal dari Blitar Jawa Timur. Sehingga, kami berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Jawa.

Ternyata, tidak sembarang orang boleh masuk kawasan IKN Nusantara. Karena sejak 15 Juli 2022 lalu, akses menuju lokasi titik nol IKN Nusantara ditutup untuk umum. Sampai dengan batas waktu yang belum ditentukan. IKN Nusantara berada di kawasan Hutan Tanaman Industri (HTI) yang saat ini masih menjadi hak kelola PT ITCI Hutani Manunggal (IHM).

Pemkab Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, menutup sementara titik nol IKN Nusantara untuk kunjungan wisata, karena sedang tahap pembangunan infrastruktur IKN. Pelaksana Camat Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Adi Kustaman, mengatakan, untuk sementara memang masih ditutup bagi kalangan umum, kecuali bagi yang berkepentingan, karena dikhawatirkan terjadi sesuatu, mengingat di lokasi itu sedang kegiatan konstruksi.

Jika kegiatan konstruksi di kawasan inti IKN Nusantara sudah selesai atau jalur menuju titik nol dirasa aman, maka diharapkan akses untuk umum akan dibuka kembali. Karena sejak ditetapkan menjadi IKN Nusantara menjadi destinasi wisata baru bagi warga Kalimantan maupun dari daerah lain di Indonesia.

Beruntung, kami sudah mendapat akses untuk masuk setelah sehari sebelumnya meminta izin kepada petugas yang berwenang. Maka, setelah kami sampai Pos Sekuriti PT ITCI Hutani Mangunggal, kami hanya dimintai data. Setelah itu, diizinkan masuk.

Akses jalan masuk dari Pos Sekuriti sampai ke titik nol IKN Nusantara masih belum diaspal. Masih tanah dengan pengerasan batu. Kalau hujan, licin. Untungnya, saat kami tiba di lokasi, cuaca begitu panas. Tetapi, karena kawasan IKN Nusantara seluas 256.142 hektar itu sebagian masih ditumbuhi tanaman kayu dengan batang yang lurus-lurus. Sehingga, udara masih terasa dingin dengan terpaan angin dari 'paru-paru dunia' itu.

Akses menuju titik nol IKN Nusantara juga melewati beberapa anak jalan yang menuju kawasan tertentu. Kami tidak bisa masuk, karena tertutup untuk umum. Kecuali, menuju titik nol IKN Nusantara itu.

Begitu mobil kami sampai di parkiran titik nol IKN Nusantara, sudah ada sekitar 30 puluhan mobil pribadi yang sudah parkir rapi. Dan begitu saya menuruni anak tangga pertama menuju titik nol IKN Nusantara, sudah ramai dengan para wisatawan domestik. Ada pula rombongan klub sepeda motor dari Balikpapan yang melakukan touring, Balikpapan Streetfire Community.

Mereka bergantian foto bersama keluarga, sahabat atau kerabat. Sebagian lagi berswafoto atau mengambil video di lokasi. Sebelum benar-benar IKN Nusantara menjadi ibukota negara Republik Indonesia, setidaknya kita sudah lebih dulu menjadi saksi sejarah. Telah sampai di lokasi dan berfoto di situ. Dan di sinilah dulu, Presiden Joko Widodo melakukan ritual simbolisasi penyatuan tanah dan air dari 34 provinsi di seluruh Indonesia ke dalam sebuah wadah bejana berwarna emas, Bejana Nusantara.

Secara geografis, keseluruhan IKN Nusantara terletak di 117 derajat 0' BT dan 0 derajat 38' LS di bagian utara, 117 derajat 11' BT dan 1 derajat 15' LS di bagian selatan, 116 derajat 31' BT dan 0 derajat 59' LS di bagian barat, dan 117 derajat 18' BT dan 1 derajat 6' LS di bagian timur.

IKN Nusantara meliputi wilayah daratan seluas 256.142 hektar dan wilayah perairan laut seluas 68.189 hektar. Dari wilayah daratan tersebut, kawasan pusat IKN adalah seluas 56.180 hektar dan kawasan pengembangan IKN Nusantara seluas 199.962 hektar.

Mengapa saya menulis perlu perjuangan untuk bisa sampai ke titik nol IKN Nusantara? Setidaknya, kami harus membeli BBM sebesar Rp 500 ribu lebih, belum lagi bayar rental mobil dan drivernya. Totalnya, lebih dari satu juta rupiah. Kami juga sempat makan siang di Restoran Alam IKN, tidak jauh dari Pos Sekuriti di pintu masuk IKN Nusantara.

Sembari menunggu makanan tiba, kami sempat ngobrol singkat dengan pelayan restoran. Ternyata, restoran yang paling besar di sekitar lokasi IKN Nusantara itu milik seorang pengusaha asal Sumatera Selatan. "Tanah di sini sudah mahal mas, per meter bisa empat juta rupiah," ungkapnya.

Wow!

Padahal, sepanjang jalan utama menuju IKN Nusantara itu, masih sepi. Jarak antar rumah warga juga masih cukup berjauhan. Tetapi, bisa jadi, akses jalan ke IKN Nusantara inilah yang mungkin akan menjadi seperti jalan utama seperti Sudirkan-Thamrin di Jakarta.

Siapa tahu, iya kan?*