Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Konsolidasi Aksi Penting Atasi Perubahan Iklim
Oleh : dd/hc
Sabtu | 25-08-2012 | 10:55 WIB

BATAM, batamtoday - Kekeringan di sejumlah wilayah dunia semakin parah. Diperlukan konsolidasi aksi untuk atasi ancaman perubahan iklim.


Perubahan iklim tidak hanya menimbulkan ancaman pada keamanan pangan, namun juga pada ketersediaan air dan energi. Menurut Michel Jarraud, Sekretaris Jenderal World Meteorological Organization (WMO), negara perlu beralih dari pendekatan situasional menuju ke kebijakan yang lebih terintegrasi guna mengatasi risiko kekeringan dan perubahan iklim.

WMO, UN Convention to Combat Desertification (UNCCD), bersama dengan lembaga PBB yang lain berencana akan menggelar pertemuan pada 11 hingga 15 Maret 2013, guna membahas strategi yang lebih terkoordinasi dan proaktif guna mengatasi risiko kekeringan melalui kebijakan yang lebih baik.

Dalam konferensi pers di Jenewa, Swiss, Selasa (21/8), Dr. Mannava Sivakumar, Direktur Divisi Adaptasi dan Prediksi Iklim WMO menyatakan, seperempat wilayah Amerika Serikat saat ini dilanda kekeringan parah, sementara seluruh negara dilanda kemarau terpanjang sejak tahun 1895. Dr. Mannava Sivakumar juga memeringatkan dampak kekeringan di Amerika Serikat terhadap harga kedelai, jagung dan harga pangan.

Selain di Amerika Serikat, kondisi di Asia juga hampir serupa. Di India misalnya, menurut Dr. Sivakumar, curah hujan turun hingga 17% di bawah normal. Sementara di Punjab yang menjadi lumbung pangan negara tersebut, curah hujan turun hingga 70% di bawah normal.

Menurut data WMO, kekeringan parah juga melanda wilayah Afrika Timur pada akhir 2010 dan berlanjut sepanjang tahun 2011. Wilayah yang terkena dampaknya adalah Kenya bagian timur dan utara, Somalia bagian barat dan wilayah perbatasan Ethiopia bagian selatan. Kekeringan tahun 2010 memicu bencana kelaparan di Wilayah Tanduk Afrika.

“Krisis kekeringan yang terjadi di wilayah Sahel dan Amerika Serikat adalah bukti baik negara maju maupun negara berkembang sama-sama berisiko,” ujar Luc Gnacadja, Sekretaris Eksekutif UNCCD, sebagaimana dikutip dalam berita PBB. “Perlu kebijakan dan perencanaan pembangunan jangka panjang guna mengatasi dampak kekeringan dan kerusakan lahan secara efektif,” tambahnya lagi.