Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Menko Luhut Resmikan Free The Sea, Perusahaan Daur Ulang Plastik Bahan Baku Mesin Kopi
Oleh : Aldy Daeng
Kamis | 09-03-2023 | 16:21 WIB
IMG_20230309_141239.jpg Honda-Batam
Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Panjaitan meresmikan PT Free The Sea di Kawasan Industri Panbil, Batam. (Aldy/BTD)

BATAMTODAY.COM, Batam - PT Free The Sea anak perusahaan PT W.I.K yang bergerak di bidang daur ulang sampah botol plastik sebagai bahan baku pembuatan mesin kopi, resmi memulai operasionalnya di Kawasan Industri Panbil Batam, Kamis (9/3/2023).

Head of Free The Sea, Bahri Beyhan menyampaikan program daur ulang bagi mesin kopi berbahan baku sampah plastik ini turut mendukung kelestarian lingkungan di Kota Batam bila dilihat dari proses pembuatannya.

"Free The Sea ini memiliki tujuan mengumpulkan sampah plastik agar tidak mengalir dan mencemari laut. Sebab laut itu adalah aset penting terutama di Kota Batam," ujar Bahri.

Bahri juga menuturkan, kehadiran PT Free The Sea juga sebagai penyokong dengan bahan baku upcycling, dalam produksi mesin kopi yang dilakukan oleh PT W.I.K. menurutnya, bahan baku botol plastik didapat dari sampah-sampah rumah tangga masyarakat Kota Batam.

Adapun tipe sampah plastik yang diolah adalah polyethylene terephthalate (PET) bottle yang berwarna biru transparan. Sampah-sampah tersebut di daur ulang menjadi bahan baku plastik yang dibuat menjadi mesin kopi di PT W.I.K. Produk-produk mesin kopi ini kemudian di ekspor ke seluruh dunia, mulai dari Eropa, Amerika Latin, dan Asia Pasifik.

"Tahun lalu kami berhasil mengumpulkan sekitar 20 juta PET Bottle dari seluruh wilayah Batam. Selama dua tahun terakhir, kami sudah memproduksi sekitar satu juta mesin kopi menggunakan bahan baku upcycling ini," jelas Bahri.

Dalam mengumpulkan bahan-bahan baku ini, Free The Sea saat ini hanya mengandalkan sampah-sampah dari wilayah Batam, sebab dengan tingkat populasi yang cukup tinggi, saat sekitar 2 juta masyarakat Batam, bisa menghasilkan sampah botol plastik, artinya volume sampah botol plastik masih sangat besar di kota Batam. Dengan demikian, ketersediaan bahan baku sampah plastik untuk diolah dalam produksi masih cukup dari wilayah Batam.

Tidak hanya dari masyarakat perorangan, pasokan sampah botol plastik juga diterima Free The Sea dari sektor-sektor privat seperti perhotelan dan sekolah serta pabrik-pabrik secara sukarela, salah satunya melalui bank sampah.

Sebagai ganti penukaran sampah plastik ini, masyarakat memperoleh harga yang sesuai dengan kualitas sampah yang dikumpulkannya. Atau melalui program lain seperti pengadaan sembako sesuai dengan jumlah sampah botol plastik yang diterima.

Selain itu, Free The Sea juga menyejahterakan masyarakat dalam bentuk pembayaran BPJS Kesehatan, beasiswa pendidikan, pembagian sembako gratis, dan masih banyak lagi.

Selama ini, Free The Sea telah menghabiskan waktu dua tahun untuk melakukan pengembangan (development). Sementara, produksi masal pertamanya dimulai sejak awal 2022 lalu.

"Ke depannya kami juga sedang melakukan penelitian dan pengembangan untuk mengolah jenis sampah plastik lainnya, seperti botol shampo, gelas air mineral, dan lain sebagainya," sambung Bahri.

PT Free The Sea Batam diresmikan langsung oleh Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Panjaitan. Dalam sambutannya, Luhut menilai investasi yang sangat baik dan bermanfaat bagi kelestarian lingkungan ke depannya.

"Upaya PT W.I.K dalam mengumpulkan sampah plastik dan mengolahnya, ini harus diapresiasi, karena keberadaan mikroplastik sangat berbahaya jika mencemari lingkungan," kata Menko Luhut.

Menko Luhut menjelaskan, mikroplastik adalah partikel plastik atau fiber yang berukuran sangat kecil. Keberadaan mikroplastik ini sangat berbahaya jika mencemari laut, karena berpotensi dikonsumsi oleh ikan-ikan dan makhluk laut lainnya.

Apabila masyarakat kemudian menyantap ikan-ikan yang mengandung mikroplastik tersebut, maka dampaknya sangat fatal bagi kesehatan, contohnya dapat mengakibatkan kecacatan pada bayi jika dikonsumsi ibu hamil.

Untuk itu, ia juga mengimbau masyarakat agar tidak membuang sampah plastik sembarangan. Selalu buang sampah plastik pada tempatnya, agar dapat dilacak dan dikumpulkan untuk diolah menjadi bahan baku upcycling yang berdaya guna, contohnya mesin kopi.

"Jangan hanya melihat nilai investasinya. Investasi senilai USD 60 juta itu sudah cukup besar. Tapi lihat juga dari teknologi yang digunakan serta manfaatnya yang besar," paparnya.

Editor: Yudha