Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kemenhut Ungkap Internet Jadi Media Perdagangan Harimau Sumatera
Oleh : ant/pr/si
Jum'at | 24-08-2012 | 11:16 WIB
harimau-sumatera01.jpg Honda-Batam

Harimau Sumatera (Panthera Trigis Sumatrae)

JAKARTA, batamtoday - Perdagangan dan perburuan satwa liar seperti Harimau Sumatera di kawasan konservasi dan hutan lindung di Indonesia dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan internet, demikian Direktur Jenderal Perlindungan Hutan Konservasi Alam (PHKA) Kementerian Kehutanan (Kemenhut) Darori di Jakarta kemarin.



Dia mengatakan komplotan ini berpindah lokasi mulai dari Bandung, Jakarta, hingga Sumatera.  "Mereka sudah menggunakan alat teknologi canggih seperti internet dan telepon satelit supaya nomer mereka tidak terlacak," kata dia.

Modus operandi perdagangan illegal satwa liar dilindungi ini melalui jaringan internet, yakni penjual memasang foto satwa yang diperdagangankan dan memuat No HP penjual serta harganya.

Pembeli terlebih dahulu mentransfer sejumlah uang, kemudian satwa liar yang dibeli dikirim melalui jasa pengiriman barang atau diambil langsung pada tempat yang ditentukan sepihak oleh pedagang secara tertutup.

Darori mengatakan perburuan satwa liar seperti harimau banyak dilakukan karena kulitnya laku dijual dengan harga mahal.

"Karpet dan hiasan dinding dari kulit harimau bisa laku dengan harga Rp26 juta per buah," kata dia.

Sementara Kepala Humas Kementerian Kehutanan Sumarto mengatakan penangkapan pelaku perdagangan satwa ilegal dilakukan secara tersembunyi melalui penyidikan di beberapa tempat seperti bandara dan tempat transaksi perumahan elit.

"Mereka membuat jaringan kluster perdagangan ilegal sehingga sulit terlacak," kata dia.

Secara terpisah, Direktur Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi Jambi, Rakhmad Hidayat di Jambi, mengatakan jumlah populasi harimau Sumatra di Provinsi Jambi diperkirakan antara 250-300 ekor yang dilansir www.harimausumatra.com. Harimau Sumatra merupakan satu dari enam sub-spesies harimau yang masih bertahan hidup hingga saat ini dan termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah.

"Dari jumlah itu 125 ekor di antaranya berada di kawasan taman nasional Kerinci Seblat (TNKS) yang membentang antara Provinsi Jambi, Sumatra Selatan dan Bengkulu," ujarnya.

Dalam data yang dilansir CNN yaitu “Conservation successes and failures” Harimau Sumatra merupakan satu dari lima yang gagal dari progam konservasi. Menurutnya hilangnya habitat itu diakibatkan perburuan oleh manusia dan fragmentasi geografis yang lebih besar dari spesies, diperkirakan menjadi alasan utama di balik kejatuhan kucing besar itu.

Terkena pembukaan lahan hutan, pembunuhan akibat konflik manusia dengan harimau dan perburuan liar untuk perdagangan bagian tubuh mereka yang mengakibatkan harimau ini berada pada posisi kritis.

“Populasi harimau sumatera diperkirakan kurang dari 400 sampai 500. Tidak perlu ahli matematika untuk bekerja di luar bahwa Harimau Sumatera akan hilang seperti harimau Jawa dan Bali jika perburuan dan perdagangan terus berlanjut, " kata Julia Ng, Program Officer with Traffic Southeast Asia dan penulis utama laporan “The Tiger Trade Revisited di Sumatera, Indonesia” yang dilansir reuters.