Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Agama Berperan Penting Jawab Ragam Persoalan Kemanusiaan Global
Oleh : Irawan
Minggu | 05-02-2023 | 15:32 WIB
bamsoet_kerukunan_agama_b.jpg Honda-Batam
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengatakan dunia kontemporer saat ini cenderung dinarasikan dengan suara sumbang. Institute for Economics and Peace mengungkap dalam kurun waktu 14 tahun terakhir, indeks perdamaian global terus memburuk dan menurun hingga 3,2 persen.

Dari aspek keadilan global, lanjut Wakil Ketua Umum Partai Golkar ini, World Justice Project mencatat dari 140 negara yang disurvei, sebagian besar (61 persen) mengalami penurunan tingkat kepatuhan terhadap supremasi hukum. Penghormatan terhadap hak asasi manusia pun semakin melemah.

"Dari aspek kesejahteraan, catatan akhir tahun 2022 menyajikan data krisis pangan yang memilukan. Diperkirakan, sekitar 345 juta orang penduduk dunia mengalami kelaparan akut. Di mana 19.700 orang di antaranya, meninggal dunia setiap harinya. Artinya, setiap empat detik, tercatat satu orang meregang nyawa karena kelaparan," ujar Bamsoet, Minggu (5/2/2023).

"Berbagai gambaran kondisi global tersebut mengisyaratkan bahwa dibutuhkan keberpihakan, komitmen, dan kontribusi kolektif dari segenap pemangku kepentingan, termasuk dari entitas keagamaan. Mengingat entitas keagamaan memiliki peran penting dan strategis dalam menjawab berbagai persoalan kemanusiaan global," tambahnya.

Pesan itu disampaikannya pada perayaan Hari Persaudaraan Kemanusiaan Internasional dan Pekan Kerukunan Antar Umat Beragama Sedunia di Gedung Nusantara IV, Komplek MPR RI, Jakarta.

Lebih lanjut Bamsoet menjelaskan entitas keagamaan memiliki kemampuan untuk menginspirasi, memotivasi, dan memobilisasi umat yang memiliki loyalitas tanpa batas. Nilai-nilai moralitas keagamaan juga mengajarkan kepedulian dan kepekaan sosial, serta menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan sebagai sarana dan jalan pengabdian kepada Tuhan.

Di sisi lain, lanjutnya, pada dasarnya semua agama menjunjung tinggi dan memuliakan nilai-nilai persaudaraan dan kerukunan. Kedua hal ini merupakan kristalisasi gagasan yang telah menjadi bahasa universal, sehingga dapat diterima oleh semua golongan tanpa memandang perbedaan latar belakang sosial, budaya, dan agama.

"Bahwa, setiap manusia diciptakan berbeda. Itu adalah fitrah kemanusiaan yang daripadanya kita dituntun untuk saling mengenal, berinteraksi, dan bekerja sama," jelas Bamsoet.

"Komitmen untuk hidup berdampingan dalam keberagaman, bekerja sama dalam ikatan kemanusiaan inilah yang telah mendorong lahirnya deklarasi 'Persaudaraan Insani untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama' yang ditandatangani bersama oleh Paus Fransiskus dan Imam Besar Al Azhar Ahmed el-Tayeb pada 4 Februari 2019," lanjutnya.

Kemudian, Bamsoet menerangkan deklarasi tersebut di satu sisi dapat dimaknai sebagai manifestasi dari kesadaran sosial sekaligus kesadaran transendental dalam membangun semangat persahabatan dan persaudaraan antar umat beragama.

Di sisi lain, deklarasi ini juga merepresentasikan keinginan kuat umat beragama untuk membangun sinergi dan kolaborasi serta berkontribusi aktif dalam mewujudkan dunia yang damai.

Terlebih, deklarasi tersebut bisa diartikan sebagai kritik atas paradigma dan realitas global yang masih dipenuhi berbagai konflik. Di mana konsepsi kehidupan dunia yang damai, adil, dan sejahtera masih sebatas utopia.

"Semangat persaudaraan insani dan kerukunan umat beragama tidak boleh berhenti hanya pada sebuah rumusan deklarasi. Spirit ini harus senantiasa hadir dan mengemuka pada setiap ruang publik yang harus dimaknai dan diterjemahkan secara aktual pada berbagai langkah kebijakan, serta menjadi referensi implementasi bagi dimensi pembangunan mental-spiritual yang merata dan berkesinambungan," pungkasnya.

Pada kesempatan tersebut, turut hadir para Wakil Ketua MPR RI Jazilul Fawaid, Hidayat Nur Wahid, dan Arsul Sani. Lalu hadir para Duta Besar negara sahabat antara lain, Duta Besar Rusia Lyudmila Georgievna Vorobieva, Duta Besar Republik Demokratik Timor Leste Filomeno Aleixo da Cruz, Wakil Duta Besar Mesir Osama Ibrahim, Konselor Kedutaan Besar Singapura Aaron Chee.

Selain itu, hadir pula Ketua Pusat Dialog dan Kerjasama Antar Peradaban yang juga Ketua Kehormatan Presidium Inter Religious Council Indonesia Prof. Din Syamsuddin, utusan khusus Presiden RI untuk Dialog dan Kerja Sama Antar-Agama dan Peradaban Prof. Syafiq A. Mughni.

Kemudian, ada juga Ketua Umum Persekutuan Gereja Indonesia Pendeta Gomar Gultom, Ketua Umum Wali Gereja Indonesia Romo Paulus Christian Siswantoko, Ketua Umum Parisada Hindu Dharma Indonesia Mayjen (Purn) Wisnu Bawa Tenaya, Ketua Umum Persatuan Umat Buddha Indonesia Prof. Philip K. Widjaja, dan Ketua Umum Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia XS. Budi Santoso Tanuwibowo.

Editor: Surya