Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Aksi Brutal KST Papua Banyak Sengsarakan Rakyat
Oleh : Opini
Rabu | 21-12-2022 | 08:41 WIB
A-SPARATIS-PAPUA_jpg2.jpg Honda-Batam
Ilustrasi pergerakan Kelompok Sparatis dan Teroris (KST) Papua. (Foto: Ist)

Oleh Rebecca Marian

KELOMPOK Separatis dan Teroris (KST) Papua makin mengganas, karena melakukan serentetan tindak kejahatan hingga mengancam nyawa orang lain. Kekejian KST membuatnya pantas untuk ditindak tegas, karena mereka telah menyengsarakan rakyat Papua.

KST Papua adalah salah satu sayap militer di bawah OPM (organisasi Papua Merdeka). Mereka bertugas untuk mensukseskan cita-cita OPM, demi kejayaan Papua Barat. Keinginan ambisius mereka untuk memerdekakan Papua berubah menjadi aksi teror, sehingga KST berubah seperti monster yang mengerikan dan mengerahkan segala cara agar Republik Federal Papua Barat berdiri dan lepas dari Indonesia.

KST telah banyak menyengsarakan rakyat dan melakukan beberapa kali penyerangan selama Desember 2022. Mereka telah membunuh 3 tukang ojek di kawasan Pegunungan Bintang. KST juga menyerang iring-iringan polisi di Kepulauan Yapen hingga seorang warga sipil yang berada di sana meninggal dunia karena tembakan kelompok tersebut.

Wakil Ketua Satgas Humas Operasi Damai Cartenz AKBP Arif Irawan menyatakan bahwa pihaknya tengah menjadikan atensi terhadap rangkaian serangan KST pada Desember 2022. Terlebih, mereka nekat menyerang di Kepulauan Yapen yang sebelumnya tidak pernah ada penembakan sama sekali. Saat ini Satgas Damai Cartenz menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, mulai dari lingkungan terkecil.

Dalam artian, serangan brutal KST sangat menyengsarakan rakyat Papua. Masyarakat mengecam serangan KST karena mereka nekat menembaki warga sipil yang berprofesi sebagai tukang ojek. Ia dituduh menjadi mata-mata aparat padahal statusnya adalah rakyat biasa.

Tuduhan mata-mata selalu jadi alasan KST untuk menyerang warga sipil. Mereka juga pernah menembak tukang ojek karena dicurigai intel polisi. Namun tuduhan-tuduhan ini tak bisa dibuktikan karena pihak kepolisian menyangkalnya. Mereka menembak orang lain sembarangan, padahal statusnya sama-sama orang Papua, hanya karena kecurigaan akan adanya mata-mata di sekitarnya.

Oleh karena itu KST memang harus diberantas karena tidak mendapatkan simpati sama sekali oleh masyarakat. Mereka tidak mau diajak untuk membelot karena setia dan cinta kepada NKRI. Bagaimana bisa mendapat simpati kalau pekerjaannya menyerang dan membunuh dan yang jadi korban adalah sesama rakyat Papua?

Terlebih, KST juga menembak mati seorang pagawai bank bernama Darius Yamame di Distrik Sinak, Kabupaten Puncak. Keluarga korban menuntut denda adat sebesar Rp1.000.000.000 ke Pemerintah Kabupaten Puncak.

Kapolres Puncak, I Nyoman Punia, menyatakan bahwa penembakan terjadi di Pasar tradisional Sinak, Kampung Gigobak, Distrik Sinak. Saat pelaku (anggota KST) beraksi, korban sedang berbelanja di pasar. Lantas muncul orang tak dikenal dan menembak bagian kepala korban hingga ia meninggal dunia.

Masyarakat makin geram karena di bulan Desember, KST berkali-kali melakukan penembakan terhadap rakyat sipil. Tanggal 1 Desember OPM (Organisasi Papua Merdeka) berulang tahun dan mereka merayakannya dengan penyerangan. Sungguh suatu cara memperingati hari kelahiran yang sangat gila, karena KST tidak pandang bulu dalam melakukan penembakan.

Seluruh rakyat Papua sudah antipati terhadap KST karena melakukan penyerangan. Bahkan ketika ada penembakan, warga sipil tega dijadikan tameng hidup untuk melindungi mereka dari peluru. Sungguh kejam dan tidak berkemanusiaan.

Rakyat juga semakin sengsara karena saat ada penyerangan KST, aktivitas berhenti sejenak disebabkan masyarakat takut ada penembakan berikutnya. Yang dirugikan adalah warga Papua yang berjualan di pasar karena tidak bisa berdagang seperti biasanya, padahal pendapatannya tergantung dari hasil penjualan hari itu.

Rakyat menderita baik secara ekonomi maupun psikis karena KST juga menyebarkan video-video haks dan propaganda di WA dan media sosial. Mereka sengaja melakukan serangan di dunia maya agar rakyat merasa terteror, lalu ketakutan dan akhirnya menuruti keinginan KST. Selain mengajak terus untuk merdeka, KST juga sering meminta makanan dan uang rakyat Papua.

Oleh karena itu Warga sipil di Bumi Cendrawasih mendukung penangkapan KST karena mereka sudah lelah dengan berbagai teror yang dilakukan oleh kelompok separatis tersebut. Selain ada teror secara fisik (yang membuat takut kena peluru nyasar) juga ada teror secara mental, baik di dunia nyata maupun dunia maya. Sungguh meresahkan.

Pemberantasan KST terus dilakukan, tujuannya agar masyarakat Papua bisa melangsungkan hidup dengan aman tanpa teror. Keselamatan rakyat harus diutamakan. Jangan sampai mereka menjadi korban saat penyerangan atau terkena peluru nyasar. Oleh karena itu jika ada rencana penambahan personel TNI di Papua, masyarakat menyetujuinya, karena tentara adalah sahabat rakyat.

Serangan KST langsung dikecam oleh masyarakat Indonesia, khususnya warga Papua, karena sangat ngawur dan menyengsarakan rakyat. Mereka tidak bisa beraktivitas dengan bebas karena takut jadi korban penyerangan KST. Oleh karena itu kelompok separatis itu terus diburu agar tidak lagi mengacaukan perdamaian di Bumi Cendrawasih.*

Penulis adalah Mahasiswa Papua tinggal di Jakarta