Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kisah Sedih Pengabdian Bidan Tumiur Simbolon

Dibenci Kawan Sejawat, Dirindu Masyarakat
Oleh : Tunggul Naibaho
Minggu | 20-02-2011 | 14:35 WIB
senayang.jpg Honda-Batam

Warga Desa Senayang, kecamatan Senayang, Kabupaten Lingga, yang terpaksa harus ditinggalkan bidan Tumiur Simbolon, karena dia terlalu kritis, moralis, dan disukai masyarakat. (Foto: Ist).

Lingga, batamtoday - Bidan Tumiur Simbolon merasa sudah mengabdi dengan sepenuh tenaga dan sepenuh hati bagi masyarakat, namun oleh para koleganya di Puskesmas Senayang, Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau, diajukan ke Dinas Kesehatan untuk diusir dari Lingga. Ada apa?

Sebanyak 20 orang tenaga medis, paramedis, dan adminstrasi di puskesmas tersebut menandatangani surat pernyataan sebagai pernyataan sikap bahwa mereka tidak menginginkan Tumiur Simbolon bekerja di Puskesmas Senayang. Mengapa?

Dalam surat tersebut ada 5 catatan buruk Tumiur yang disampaikan yaitu: sering menjelek-jelekan kolega kepada pasien, suka menjual obat sendiri (bukan obat puskesmas) kepada pasien, suka merayu pasien agar berobat ke rumahnya sendiri, suka merubah resep dokter, dan terakhir tidak disiplin dalam hal absensi. Apa benar?

Surat tersebut telah ditandatangani dan dikirim ke Dinas Kesehatan Lingga tertanggal 10 Juli 2010 atau sekitar 5 bulan setelah Tumiur bekerja di Puskesmas tersebut. Tumiur adalah bidan dari Kabupaten Karimun yang diperbantukan ke Dinas Kesehatan Lingga.

Bidan Tumiur yang dihubungi batamtoday per telepon Minggu 20 Februari 2011 juga menyatakan kekecewaanya atas Surat Pernyataan tersebut, namun dirinya mengaku mengetahui apa yang menjadi latarbelakang semua itu.

Jika dikatakan saya menjelek-jelekan kolega saya kepada pasien atau masyarakat Senayang, itu tidak betul. Yang benar adalah, masyarakat suka menjelek-jelekan pelayanan para dokter dan paramedis di Puskesmas Senayang, dan saya selalu membela kolega saya dengan mengatakan, mungkin bapak dan ibu itu sedang pusing, percayalah mereka baik-baik. Tidaklah mungkin saya menjelek-jelekan, sedangkan saya orang baru di Senayang, saya tidak tahu apa-apa. Masyarakat yang lebih tahu, masyarakat tahu satu persatu para dokter dan paramedis di Puskesmas Senayang, tegas Tumiur.

Dan ketika ditanyakan bagaimana sebenarnya kinerja para petugas di Puskesmas Senayang, Tumiur mengatakan, silahkan tanyakan saja kepada masyarakat, mereka yang berhak menilai karena mereka yang mengtahui dan merasakan, tandas Tumiur.

Lalu disebutkan saya menjual obat sendiri kepada pasien puskesmas, kata Tumiur, terutama obat suntik bulanan buat KB, itu tidak betul bantah Tumiur, yang betul adalah saya menegur kolega saya yang menjual obatnya sendiri kepada pasien. Mungkin karena saya tegur, mereka sakit hati, dan kemudian memfitnah, ujar Tumiur.

Soal saya dikatakan merayu para pasien puskesmas agar berobat ke rumah saya itu juga fitnah, saya tidak pernah lakukan itu. Puskesmas kan tidak buka pada hari Sabtu dan Minggu, masak masyarakat saya larang kalau datang mau berobat pada hari libur atau malam-malam ketuk rumah saya. Bagaimana saya buka praktek di rumah, saya kan setiap hari masuk kerja dan melayani pasien di puskesmas, terang Tumiur.

Ini juga terkait dengan abensi, saya selalu masuk kerja, dan kalau kebetulan ijin, paling saya ijin karena pulang kampung karna ada urusan keluarga yang sangat penting. Saya ijin bukan untuk senang-senang atau cari objekan lain, kata Tumiur.

Soal tuduhan menambahkan resep, ujar Tumiur. mungkin itu dikaitkan dengan seorang pasien yang kebetulan anggota Polri, dia mengalami sakit gatal-gatal yang tidak juga sembuh-sembuh setelah berobat di Puskesmas berbulan-bulan, lalu dia mendesak saya untuk diberikan obat lain.

Lalu saya suruh dia membeli satu jenis obat, dan sembuh. Saya tidak pernah merubah resep dokter, hanya menanbahkan, dan itu juga hanya pada satu kasus itu saja, dan obat yang saya sarankan juga memang obat yang sudah biasa dipakai dokter untuk penyakit seperti itu.

"Tetapi sudahlah, saya tahu apa alasan mereka ([penandatangan, red) tidak menginginkan saya lebih lama lagi bekerja di Puskesmas Senayang. Tetapi saya juga tahu, masyarakat sangat senang kalau saya tetap bisa bertugas di Senayang. Kolega saya tidak butuh saya, tetapi masyarakat Senayang butuh saya. Yaa, sudahlah, saya tahu mereka cemburu, mengapa masyarakat suka kepada saya, padahal saya baru bertugas disini," keluh Tumiur dalam-dalam.

Rencananya, Senin 21 Februari 2011 Tumiur akan meninggalkan Senayang dan kembali ke Kabupaten Karimun. Tidak jelas, apakah ada kaitanya dengan surat pernyataan tersebut ataukah memang masa tugas Tumiur sudah habis.

 

Yang Bermoral yang Terusir

Ketua LSM Lentera Lingga, Iskandar, yang mengetahui kasus bidan Tumiur tersebut, lewat batamtoday menyatakan kekecewaanya karena Lingga harus ditinggalkan seorang paramedis yang begitu tulus mengabdi seperti Tumiur.

"Saya sungguh sedih. Dan masyarakat Senayang jauh lebih sedih dan merasa kehilangan," ujar Iskandar per telepon Minggu 20 Februari 2011.

Iskandar yang memang fokus pada masalah pendidikan dan kesehatan di Kabupaten Lingga mengatakan, selama bertugas di Lingga bidan Tumiur telah bertugas dengan baik dan penuh pengabdian.

"Dia tidak dibayar oleh kabupaten Lingga, dia tidak minta dibayar sepeserpun. yang menggaji dia tetap Pemda Karimun," ungkap Iskandar. Makanya tidak heran kalau BKD Kabupaten Karimun marah kepada BKD Lingga, ketika soal surat pernyataan tersebut sampai ke pemerintah Karimun, dan meminta Lingga agar mengembalikan saja bidan Tumiur ke Karimun, karena Karimun juga masih membutuhkanya.

Terbersit kabar, kalau bidan Tumiur suka bersikap kritis kepada Kepala Puskesamas Raja Heri, SPM, terutama dalam penggunaan dana BOK (Bantuan Operasional Kesehatan) yang nilainya ratusan juta per tahun tetapi hanya dipakai untuk penyemprotan nyamuk sebanyak 2 kali dalam setahun. Dan dana BOK langsung masuk ke rekening pribadi Raja Heri.

"Setahu saya, masyarakat Senayang sangat menyukai ibu Tumiur, dan semua menilai baik, baik tingkah laku, pelayanan, hingga profesionalismenya sebagai paramedis," kata Iskandar.

Tetapi, begitulah, mas, dalam birokrasi yang sedang mengalami krisis moral, maka siapa saja yang mencoba menunjukan sikap jujur, kritis dan moralis, maka menjadi musuh institusi, ujar Iskandar.

"Saya tahu persis, para penandatangan itu di bawah tekanan. Para penandatangan yang cuma CPNS, tentu tidak berani dengan atasanya, resikonya, tau sendiri, mas," tegas Iskandar.

Selalu saja begini kejadianya, abdi yang bekerja tulus terusir, sementara yang korupsi tetap bertahan dan tidak ingin diusik, pungkas Iskandar.