Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Darurat Moralitas pada Wartawan Indonesia
Oleh : Opini
Rabu | 12-10-2022 | 15:20 WIB
ilsutrasi-pers.jpg Honda-Batam
Ilustrasi.

Oleh: Nibras Adilah Ramadhaniah Ruseva

Dalam menghasilkan karya jurnalistik terutama berita tentu setiap wartawan mempunyai tujuan dan latar belakang mengangkat berita tersebut. Namun, ketika berita tersebut sudah dipublikasikan terkadang terdapat pro dan kontra. Pro dan kontra biasanya berkaitan pada tujuan media dalam mengangkat pemberitaan tersebut.

Sejatinya terdapat tiga unsur ideal dalam manajemen media massa yaitu idealisme, komersialisme dan profesionalisme. Idealisme berkaitan prinsip yang dipegang oleh jurnalis, komersialisme berkaitan dengan ekonomi atau pendapatan yang ingin dicapai suatu industri media, dan profesionalisme berkaitan dengan kemampuan jurnalis menjalankan kerja jurnalistiknya dengan baik.

Tuntutan media pada jurnalis sangat besar dan berat, untuk menghidupi industri tersebut maka mereka dituntut menghasilkan berita sebanyak-banyaknya dalam waktu yang singkat. Dan pemberitaan tersebut tidak berlandaskan pada etika jurnalistik, baik dari kebeneran berita tersebut hingga nilai yang terdapat pada berita itu sendiri.

Wartawan jika memberitakan sesuatu yang tidak berdasarkan etika, maka sudah dipastikan berita yang diangkat akan menuai kontra. Pada akhirnya masyarakat lah yang akan menilai baik atau buruknya pemberitaan tersebut.

Moralitas seorang jurnalis berlandaskan pada hati nurani. Ketika berita tersebut akan mendatangkan pundi-pundi uang tetapi berlawanan dengan idealis seorang jurnalis maka hati nuraninya lah yang akan bermain. Hati nurani sangat menentukan nilai dari seorang wartawan itu sendiri, sebagai manusia sudah pastinya kita mempunyai hati nurani. Jika seorang jurnalis tidak mempunyai hal tersebut sudah sepastinya dunia pers sangat berada di jurang dan kepercayaan masyarakat akan berkurang pada pers itu sendiri.

Hal yang ditakutkan tersebut, tampaknya sudah tergambar pada kondisi pers di negara kita sendiri. Wartawan yang mementingkan segi komersial dan tidak memakai hati nuraninya, wartawan yang terlalu menggoreng suatu isu atau peristiwa yang semestinya dapat diredam. Kemudian pemberitaan mengenai isu yang merugikan publik atau masyarakat tampaknya tidak digemparkan oleh wartawan dan media yang ada, seperti korupsi.

Pers hadir sebagai kontrol sosial, ketika negara tanpa pers sudah pastinya korupsi, pengangguran, nepotisme, dan segala bencana akan menerpa tanpa henti. Peran pers untuk memberitakan hal tersebut agar dapat menekan dan menimalisir kasus-kasus tersebut, namun pemberitaan seperti ini tidak menjadi prioritas media dan wartawan karena adanya kepentingan yang bermain di belakang.

Wartawan sebagai profesi yang sudah diakui dan menjadi pembeda dengan yang bukan wartawan sudah seharusnya memakai hati nurani dalam pemberitaan. Pemberitaan yang memakai hati nurani pastinya akan mengarah pada kebenaran. Jika pemberitaan yang mengarah pada kebenaran dipublikasikan maka masyarakat akan memercayai media dan juga wartawan.

Penulis adalah Mahasiswi Universitas Andalas.