Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Sulit Dapat Ikan, Nelayan Tanjung Balok Bintan Cari Rumput Laut di Batu Karang untuk Cukupi Kebutuhan Keluarga
Oleh : Harjo
Minggu | 11-09-2022 | 11:32 WIB
rumput_laut_bintan.jpg Honda-Batam
Nelayan Kampung Tanjung Talok Bintan memanfaatkan rumput laut jenis rangkam (Foto: Harjo)

BATAMTODAY.COM, Bintan - Ekonomi masyarakat nelayan Kampung Tanjung Ralo, Desa Teluk Sasah, Kecamatan Serikuala, Lobam, Bintan semakin sulit imbas dari pandemi Covid-19.

Selain kesulitan dalam melaut, karena mahalnya harga BBM, nelayan Kampung Tanjung Ralo juga semakin sulit mendapatkan ikan di laut. Mereka kini beralih profesi menjadi pencari rumput laut jenis Rangkam.

Warga setempat Saparudin alias Lapuk, kepada BATAMTODAY.COM, Sabtu (10/9/2022) mengatakan, nelayan saat ini mencari rumput laut jenis rangkam untuk dijual kepenampungnya yang ada di Batam. Hal tersebut, karena ada saat ini semakin sulitnya memperoleh ikan di laut.

"Mencari rangkam, untuk dijual tentu jadi pilihan nelayan, untuk memenuhi kebutuhan. Hal tersebut tentunya sekaligus membersihkan bagian perairan, karena kalau rangkam terlalu banyak justru menganggu," katanya.

Dijelaskan, 1 kilogram rumput laut jenis rangkam yang sudah kering dihargai oleh penumpang seharga Rp 1800 perkilonya.

Sejak ada penampung sekitar beberapa bulan lalu, sebagian nelayan sudah memanfaatkan rangkam selain menjadi nelayan sepeeti biasanya.

"Informasinya, rumput Rangkam ini sebagai bahan dasar kosmetik dan untuk pupuk. Namun rincinya kita tidakengetahuinya," imbuhnya.

Sementara itu, Kepala Dusun Desa Teluk Sasah, Yudi, mengatakan terkait aktivitas warga nelayan, yang menjadikan rumput laut jenis rangkam untuk menambah sebagai mata pencaharian tambahan.

"Sejak ada penampungnya dari Batam, sekitar 6 bulan lalu. Sebagian nelayan sudah mulai memanfaatkan rangkam dari laut, selanjutnya dijemur hingga kering dan dijual kepenampungnya," terangnya.

Sampai sejauh ini, kata Yudi, dimanfaatkannya rumput laut jenis rangkam oleh nelayan, apakah benar-benar memberikan keuntungan untuk jangka panjang atau sebaliknya.

Karena rumput tersebut tumbuhnya di batu karang, biasanya saat musim angin utara selalu dibawa arus laut kepantai dan memang mengotori pantai.

Tentu dari sisi ini, jelas sangat memberikan keuntungan, larena selain membersihkan laut juga mendapatkan hasil.

Sebaliknya, keberadaan ekosistem yang ada, apa bila rumput tersebut masih berada dikarang sudah diambil dan dimanfaatkan, apakah hal terssebut tidak merusakan ekosisten laut.

"Dalam hal ini, jelas butuh kajian dan campur tangan pemerintah, karena jelas semua berharap agar adanya keuntungan jangka panjang, tanpa merusak ekosistem di laut," katanya.

Editor: Surya