Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Mengungkap Dampak Bencana Nuklir Fukushima
Oleh : redaksi/hijauku
Kamis | 19-07-2012 | 18:36 WIB

LONDON, batamtoday - Penelitian terbaru dari Stanford University yang diterbitkan Selasa (17/7/2012) lalu mengungkap dampak kesehatan bencana nuklir Fukushima.


Hasil penelitian yang dilakukan oleh John Ten Hoeve dan Professor Mark Z. Jacobson ini telah diterbitkan dalam jurnal “Energy and Environmental Science”. Penelitian ini adalah yang penelitian pertama meneliti secara detail dampak kesehatan dari bencana nuklir Fukushima secara global.

Radiasi yang dihasilkan oleh bencana nuklir di Fukushima Daiichi, Jepang menurut para peneliti bisa menimbulkan korban antara 15 hingga 1.300 orang dan menyebabkan 24 hingga 2500 kasus penyakit kanker terutama mereka yang tinggal di sekitar wilayah bencana.

Walau memiliki cakupan kemungkinan yang sangat lebar, perkiraan ini mematahkan klaim sebelumnya yang menyatakan bahwa bencana Fukushima tidak berdampak pada kesehatan.

Angka perkiraan korban ini merupakan tambahan dari 600 korban yang meninggal setelah bencana kebocoran nuklir, tsunami dan gempa bumi terjadi pada Maret, 2011. Sebagian besar dari 600 korban tersebut adalah mereka yang telah berusia lanjut yang meninggal akibat kelelahan akut dan sakit pada saat evakuasi berlangsung.

Kebocoran nuklir di Fukushima Daiichi adalah bencana nuklir terbesar setelah Chernobyl. Radiasi yang dikeluarkan dalam peristiwa ini menyebabkan “zona mati” seluas beberapa ratus kilometer di sekitar PLTN dan efek radiasi tingkat rendah ditemukan hingga wilayah Eropa dan Amerika Utara.

Sebagian besar bahan radioaktif dari PLTN Fukushima dibuang ke samudra Pasifik – hanya 19% dari material radioaktif yang disimpan di dalam tanah – sehingga dampak radiasi terhadap populasi relatif kecil. “Namun ada sejumlah pihak yang menyatakan bencana ini tidak berefek pada kesehatan,” ujar Jacobson.

Klaim ini yang kemudian menjadi obyek penelitian Ten Hoeve dan Jacobson menggunakan model atmosfer global 3-Dimensi, yang telah dikembangkan selama 20 tahun untuk memrediksi distribusi bahan radioaktif dan dampaknya terhadap kesehatan manusia.

Kedua peneliti memerkirakan, perkiraan terbaik korban yang jatuh akibat bencana ini mencapai 130 orang. Sementara mereka yang berisiko terkena kanker pasca bencana Fukushima mencapai 180 orang.

Sebagian besar korban adalah warga Jepang. Jumlah korban di Amerika Serikat diperkirakan mencapai antara 0 hingga 12 kematian, sementara mereka yang berisiko terkena kanker antara 0 hingga 30 korban. Dampak radioaktif di wilayah Asia tidak banyak ditemukan.

Pemerintah Jepang mengevakuasi penduduk yang tinggal dalam radius 20-kilometer di sekitar pabrik dan memberikan tablet iodine untuk mencegah dampak radiasi. Mereka juga melarang masyarakat memanen dan mengonsumsi makanan yang ada dalam wilayah yang terkena radiasi.

Langkah-langkah ini mendapatkan pujian dari kedua peneliti yang menyatakan tindakan evakuasi tersebut berhasil mencegah jatuhnya lebih banyak korban (245 korban tambahan) akibat radiasi.