Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Jelang Puasa, Wakil Bupati Anambas Sidak Pasar
Oleh : Emmi/Dodo
Rabu | 18-07-2012 | 17:24 WIB
Wakil-Bupati-KKA-Abdul-Harr.gif Honda-Batam
Wakil Bupati Anambas, Abdul Haris.

ANAMBAS, batamtoday - Menjelang tibanya bulan puasa, Wakil Bupati Anambas Abdul Haris bersama Dinas Kesehatan dan Disperindagkop Anambas melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke beberapa pasar di Tarempa untuk mengantisipasi kenaikan harga sembako.


"Biasanya setiap menjelang dan saat puasa hingga lebaran harga sembako di Anambas terjadi kenaikan dan kita berharap walaupun terjadi kenaikan harga jangan terlalu memberatkan masyarakat ," kata Abdul Haris kepada sejumlah wartawan saat sidak, Selasa(17/7/2012) kemarin.

Selain itu Wakil Bupati juga meminta agar Disperindagkop secara rutin melakukan pengawasan dan kontrol harga pasar. Diharapkan Disperindag  selalu mengontrol harga pasar dan tentunya turut memperhatikan stok sembako karena seperti biasa menjelang puasa hingga perayaan lebaran sering terjadi kenaikan harga sembako yang terlalu tinggi sehingga memberatkan masyarakat.

Dalam sidak kali ini Wakil Bupati juga menghimbau agar para pedagang tidak menggunakan bahan pengawet makanan seperti formalin dan boraks.

Dia juga minta Dinas Kesehatan melakukan pengawasan terhadap makanan yang mengandung zat pengawet atau formalin karena pengawet tersebut tidak diperbolehkan.

"Tolong Dinas Kesehatan agar melakukan pengawasan terhadap makanan yang mengandung zat pengawet dan jika ditemukan langsung ditindak karena hal ini sangat merugikan konsumen dan tentunya juga mejaga kesehatan warga, jadi sekali lagi saya minta agar makanan berpengawet agar ditertibkan dan jika ditemukan langsung dimusnahkan," katanya.

Sementara salah satu pedagang sembako Pasar Tarempa, Yuni mengaku jika kenaikan harga sembako pasti akan terjadi karena hal itu tergantung dari harga beli barang.

"Jika dari Tanjungpinang harga barang naik secara otomatis kita juga akan menaikkan harga karena tidak mungkin kita rugi misalnya dari Tanjungpinang sudah kita beli dengan harga Rp5 ribu tidak mungkin kita jual Rp4.500," katanya.