Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Ajang W20 di Papua Barat Tingkatkan Partisipasi Perempuan
Oleh : Opini
Rabu | 09-02-2022 | 13:20 WIB
A-AJANG-G20.png Honda-Batam
Ilustrasi ajang G20. (Foto: Ist)

Oleh Moses Waker

AJANG Woman of Twenty (W20) yang akan diselenggarakan di Papua Barat memiliki banyak manfaat, salah satunya adalah meningkatkan partisipasi perempuan. Dengan adanya kegiatan tersebut, diharapkan program pemberdayaan perempuan di Papua akan semakin optimal.

Indonesia terpilih sebagai tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT G20). Selain G20, side eventnya yakni W20 otomatis juga diselenggarakan di Indonesia, tepatnya di Papua Barat. Penunjukan provinsi tersebut adalah sebuah kehormatan besar karena dipercaya sebagai tuan rumah bagi ajang berkelas internasional.

Pada saat W20 berlangsung maka yang jadi pembicara adalah perempuan, yakni istri-istri kepala negara dari anggota G20, yakni Jill Biden, ibu negara Amerika Serikat, Michelle Bolsonaro, ibu negara Brasil, dan lain sebagainya.

Juga ada perwakilan dari negara ASEAN dan Asia pasifik. Mereka akan mengarakan rapat mengenai perempuan dan pemberdayaannya, juga akan bekerja sama, sesuai dengan tema G20 tahun ini: recover together, recover stronger.

Chair Woman W20 Handriani Uli Silalahi menyatakan, ada banyak permasalahan perempuan di Papua dan harus diperhatikan saat KTT W20. Hal itu ia simpulkan setelah mengadakan rapat bersama Ketua PKK Papua, Yulce Enembe (istri Gubernur Papua Lukas Enembe). Terutama yang paling mengejutkan adalah masih ada perempuan di Bumi Cendrawasih yang buta huruf.

W20 akan membahas bagaimana pemberantasan buta huruf pada kaum perempuan di Papua, yang bisa jadi sudah berusia lanjut dan tidak sempat mengenyam bangku sekolah.

Selain itu, akan dibahas pula partisipasi perempuan dalam berbagai bidang, agar ada penyetaraan antara laki-laki dan perempuan sebagai azas keadilan. Perempuan adalah tiang keluarga jadi ia harus mendapatkan haknya secara utuh.

Penyetaraan perempuan memang menjadi isu hot, dan di event W20 akan dibahas dengan matang. Para pembicara dari negara lain akan memberikan usulan dan pemikiran, sehingga pasca penyelenggaraan event ini ada implementasi yang benar-benar dilakukan. Dalam artian W20 tidak sekadar omong-omong para ibu tetapi memberikan impact positif pada tiap pesertanya.

Penyetaraan perempuan wajib dilakukan agar mereka mendapatkan haknya. Untuk memberantas buta huruf maka bisa diberikan lagi beasiswa kepada para putri Papua, selain dari beasiswa otonomi khusus. Sehingga mereka bisa sekolah tanpa takut biayanya. Sementara untuk para ibu dan nenek yang belum bisa membaca bisa didatangi oleh pengajar agar pembelajarannya lebih efektif.

Selain itu, partisipasi perempuan juga wajib ditingkatkan lagi, terutama di bidang ekonomi. Perempuan bisa berdaya dan membantu suami untuk mencari nafkah. Walau di tengah pandemi tetapi mereka semangat untuk mendapatkan rezeki yang halal. Niat yang suci ini bisa dibantu oleh W20 dengan bantuan modal sebagai pertolongan agar mereka memulai bisnis sendiri. Terutama karena susah untuk mendapatkan kredit ketika tak ada agunan.

Partisipasi perempuan dari W20 juga bisa ditingkatkan di bidang politik. Saat ini sudah ada politisi perempuan dari negara-negara anggota W twenty dan menjadi inspirasi bagi perempuan Papua, bahwa mereka juga bisa berpolitik dan menyelamatkan masa depan bangsa. Para menteri dan duta besar juga banyak yang perempuan, dan menunjukkan kecerdasan mereka.

Ajang W20 yang akan diadakan di Papua Barat menjadi momen penting untuk meningkatkan partisipasi perempuan, terutama di Bumi Cendrawasih. Perempuan Papua juga bisa berdaya, menunjukkan kecerdasan, dan kepiawaian dalam berbisnis.

Perempuan wajib diberi kesempatan yang sama dengan laki-laki agar lebih maju lagi. Jangan sampai ada ketidakadilan karena seharusnya perempuan juga diberi hak yang sama.*

Penulis adalah mahasiswa Papua bermestautin di Gorontalo