Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Literasi Samudera dan Pedagogi Maritim
Oleh : Opini
Rabu | 05-01-2022 | 14:52 WIB
A-FIRDAUS-KEPRI.jpg Honda-Batam
L.N. Firdaus, guru besar FKIP Unri. (Foto: Ist)

Oleh L.N. Firdaus

LITERASI Samudera (Ocean Literacy) merupakan tema sentral dua puluh tahun ke depan. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menetapkan kurun 2021-2030 sebagai dekade ilmu kesamuderaan untuk pembangunan berkelanjutan.

Perspektif itu mencuatkan pemikiran tentang urgensi Provinsi Kepulauan Riau sebagai salah satu pancang transformasi Indonesia menjadi Poros Maritim Dunia melalui Literasi Samudera.

Literasi Samudera didefinisikan oleh Payne & Marrero (2021) sebagai suatu pemahaman tentang pengaruh timbal balik antara Samudera (ocean) terhadap kehidupan kita dan pengaruh kita terhadap sustainabilitas samudera.

Literasi Samudera akan menemukan artikulasinya, tidak saja untuk kepentingan pembangunan Provinsi Kepulauan Riau, melainkan juga untuk transformasi Indonesia menjadi Poros Maritim Dunia sebagaimana yang diimpikan.

Ada tujuh prinsip esensial dari Literasi Samudera sebagaimana dideskripsikan oleh Payne & Marrero. Pertama, bumi yang kita diami ini hanya memiliki satu Samudera yang besar dengan aneka fitur.

Kedua, Samudera dan kehidupannya membingkai fitur-fitur Bumi. Ketiga, Samudera sangat berpengaruh terhadap cuaca dan iklim global. Keempat, Samudera pula yang menyebabkan Bumi menjadi dapat kita huni.

Kelima, Samudera jua yang menopang keanekaragaman yang begitu besar dalam kehidupan dan ekosistem. Keenam, Samudera dan Manusia saling terhubung (interconnected) secara tak terpisahkan. Ketujuh, sebagian besar Samudera kita belum tereksplor.

Manusia yang celik Samudera (ocean-literate person) adalah mereka yang: 1) memahami prinsip-prinsip dan konsep-konsep dasar tentang Samudera, 2) dapat mengkomunikasikan ikhwal keSamuderaan dengan penuh makna (meaningful way), dan 3) mampu membuat keputusan-keputusan yang tepat dan bertanggung jawab mengenai kesamudraan dengan segala kekayaan sumber dayanya.

Pedagogi Maritim dalam perspektif Literasi Samudera menurut hemat saya sangat penting, menarik dan mendesak untuk kita dibincangkan secara akademik maupun non-akademik melalui aneka pelantar percakapan.

Kekuatan berfikir 'PLTO' (Pembangkit Listrik Tenaga Otak) itu berserak harai di 59 Perguruan Tinggi yang ada di Provinsi Kepulauan Riau; 2 Perguruan Tinggi Negeri, 1 Perguruan Tinggi Kedinasan, 21 Perguruan Tinggi Swasta, dan 25 Perguruan Tinggi Agama Islam.

Secara ontologis dan aksiologi, keberadaan perguruan tinggi diharapkan memberikan kontribusi positif bagi pembangunan daerah dimana perguruan tinggi itu berada. Dia harus menjadi mitra berfikir solutif bagi laju dan proses Maritime Governance (Roe, 2021) melalui gagasan-gagasan cemerlang untuk pembangunan Provinsi Kepri yang berkelanjutan.

Pergi dan carilah ke kampus-kampus kreator peradaban Kepri itu. Bentangkan Karpet Merah untuk para cerdik pandai kampung sendiri jikalau tak kuat berfikir sendiri.

Dalam ranah Pendidikan dan Keguruan yang saya urus, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Maritim Raja Ali Haji dapat menjadi fakultas peneraju untuk memulai perbincangan Literasi Samudera tersebut dari aneka perspektif.

Payne & Marrero(2021) menawarkan tujuh pendekatan yang bisa kita pakai dalam mengeksplor Literasi Samudera, yaitu pendekatan: 1) saintifik, 2) historis, 3) geografis, 4) kesetaraan gender, 5) nilai-nilai, 6) budaya, dan 7) sustainabilitas.

Perbincangan itu juga dapat diupayakan secara kolaboratif dengan FKIP di perguruan tinggi lainnya yang ada di Provinsi Kepri maupun dengan 32 FKIP se-Indonesia dalam mengeksplor gagasan-gagasan bernas bagi mengemas Pendidikan Sains Maritim (Koutsopoulos & Stel, 2021).

Mengambil perspektif Ilmu Keguruan sebagai ilustrasi, paling tidak ada tujuh domain pengetahuan kesamuderaan yang dapat dielaborasi melalui Pendekatan TPACK (Technological Pedagogical Content Knowledge):

1) materi pembelajaran, 2) proses dan strategi pembelajaran, 3) teknologi informatika pembelajaran 4) tautan pedagogi-materi, 5) tautan teknologi-materi, 6) tautan teknologi dan pedagogi, 7) tautan teknologi-pedagogi-materi pembelajara kemaritiman.

Meraih kemajuan melalui sebuah perubahan memang butuh waktu. Akan tetapi dengan keterbukaan hati dan pikiran seorang Pemimpin yang visioner dan pembelajar, maka pembelajaran memungkinkan Provinsi Kepri memiliki kecepatan berpikir dan bertindak dalam merespon beragam perubahan yang semakin lesat, pesat dan disruptif.

Jika tidak berangkat, pasti kita tidak akan pernah sampai.

Pikir-pikirlah. *

Penulis adalah guru besar FKIP Universitas Riau, Wakil Rektor 1 Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang 2014-2016