Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Daya Saing Provinsi Kepulauan Riau
Oleh : Opini
Sabtu | 25-12-2021 | 13:04 WIB
A-DAYA-SAING-KEPRI.jpg Honda-Batam
LN. Firdaus, Guru Besar Universitas Riau dan Alumni Lemhannas RI. (Foto: Ist)

Oleh L.N. Firdaus

SUMBER Daya Manusia (SDM) adalah penentu kekuatan daya saing. Pengungkitnya adalah nilai tambah. Yang dipersaingkan itu hanya dua, produk dan jasa.

Meskipun mutu produk dan jasa yang dihasilkan oleh manusia buatan manusia (robot) setakad ini jauh melampaui mutu yang dihasilkan oleh manusia buatan Tuhan, namun robot itu kan hasil buatan manusia juga?

Walhasil, manusia juga yang menjadi mesin utama kekuatan transformasi semua sektor pembangunan. Secara nasional, perkembangan IPM Indonesia 2010-2020 melambat di masa Pandemi Covid-19. IPM rerata Nasional 71,94. Pertumbuhan IPM di tengah pandemi COVID-19 melambat di seluruh provinsi.

Dari sisi posisi, perbandingan IPM antarprovinsi tidak mengalami banyak perubahan, meskipun IPM Provinsi Kepri tetap di atas rerata nasional. Dalam kurun sepuluh tahun terakhir (2010-2020), IPM Kota Batam tetap yang tertinggi.

Sedangkan Kabupaten Lingga tetap bangga dengan capaian IPM terendah selama satu dasawarsa berdasarkan Laporan IPM yang diterbitkan BPS RI April 2021. Seberapa kuat daya saing Provinsi Kepulauan Riau? Apakah nilai IPM Kabupaten/Kota yang tinggi menentukan IDSD?

Bank Indonesia mendefinisikan daya saing daerah sebagai kemampuan perekonomian daerah dalam mencapai tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap terbuka pada persaingan domestik dan internasional.

Pada Desember 2020, Direktorat Sistem Inovasi Kemenristek/Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) melakukan pengukuran Indeks Daya Saing Daerah (IDSD) yang menggambarkan kondisi dan kemampuan suatu daerah dalam mengoptimalkan seluruh potensi yang dimilikinya melalui peningkatan produktivitas, nilai tambah dan persaingan, baik domestik maupun internasional.

Ada empat aspek penentu IDSD, yaitu aspek Penguat (enabling environment), Modal Insan (human capital), Pasar (market), dan Ekosistem Inovasi. Nilai IDSD 3,76 – 5 (Sangat tinggi), 2,51-3,75 (Tinggi), 1,26-2,5 (Sedang), dan

Alhamdulillah, berdasarkan komponen dan kriteria tersebut, IDSD Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2020 tergolong tinggi (3,2079), meskipun tidak merata antarkabupaten/kota.

Keempat komponen penentu IDSD Provinsi Kepri semuanya tergolong tinggi: aspek Penguat (3,5913), Modal Insan (3,0982), Pasar (2,8333), dan Ekosistem Inovasi (3,3086).

Bintan tergolong tinggi bahkan tertinggi (2,9788) dibandingkan dengan Kabupaten/Kota lainnya di Provinsi Kepri. Tanjungpinang (2,0231) dan Natuna (1,8445) tergolong sedang. Sementara IDSD Batam (1,8445) dan Karimun (0,1071) keduanya tergolong rendah.

Yang kurang sedap dibaca adalah Lingga dan Anambas. Kedua kabupaten yang hampir bersamaan dimekarkan ini tidak memiliki data (-). Apa pasal?

Meskipun capaian IDSD Provinsi Kepri tahun 2020 tergolong tinggi, namun kekuatan pasar harus mendapat prioritas peningkatan karena merupakan aspek pengungkit yang paling rendah diantara tiga aspek lainnya.

Tanjungpinang dan Natuna dengan IDSD kategori sedang usah lekas berpuas ini dengan capaian yang sedang-sedang saja. Perlu ikhtiar lebih berkesan agar bisa naik kelas.

Batam dengan rekor IPM tertinggi dalam kurun sepuluh tahun berturut-turut hendaknya berfikir lebih mendasar untuk menemukan kekuatan penggerak (will power) disehingga modal insannya lebih kreatif dan cerdas melahirkan gagasan inovatif untuk transformasi Kota Batam menjadi Bandar Madani yang cemerlang.

AZAM Karimun harus lebih diperkasa untuk mengungkit IPM dan IDSD ke taraf yang lebih tinggi dan kompetitif melalui insan bernilai tambah tinggi. Tanpa itu orang kampung tetap lah menjadi kuli yang tak mampu memahat batu granit menjadi produk berharga tinggi di pasaran dunia.

Terakhir, Lingga dan Anambas mesti lekas insaf dan berlari lintang pukang jika tak sudi tertinggal atau ditinggal lebih jauh dan terkebelakang dalam kancah pembangunan daerah dan nasional.

Ubahlah paradigma lapuk pembangunan yang hampir dua abad berbasis sumberdaya alam menuju pembangunan yang menjulang modal insan yang cemerlang, gemilang , dan terbilang.

Bukan Gunung Daik dan Gunung Bintan yang harus ditaklukkan, melainkan ego Peneraju Provinsi Kepri.*

Penulis adalah Guru Besar Universitas Riau dan Alumni Lemhannas RI