Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Transformasi FKIP Indonesia
Oleh : Opini
Selasa | 07-12-2021 | 10:30 WIB
A-PROF-LN-2.jpg Honda-Batam
L.N. Firdaus adalah Guru Besar FKIP Universitas Riau. (Foto: Ist)

Oleh L.N. Firdaus

TIDAK ada keraguan sedikit pun soal kekuatan Guru dalam membangun peradaban sebuah Bangsa. Fundamental masalahnya adalah bagaimana kekuatan transformatif yang dahsyat itu dapat diupayakan sehingga menjadi lokomotif transformasi modal insan Indonesia.

Sekarang kita tegak di pelantar Abad 21 (1 Januari 2001- 30 Desember 2100 M). Tersedia waktu 79 tahun lagi dari sekarang. Seperti apa wajah Arsitektur Pendidikan Guru Indonesia yang telah kita siapkan untuk menegakkan bangunan peradaban Indonesia di penghujung Abad 21 itu? Saya pun belum dapat menjawab pertanyaan gelisah ini.

Kendati demikian, sosok insan yang hendak dibina oleh Mas Menteri Nadiem Anwar Makarim melalui teraju kepemimpinannya selama empat tahun ke depan (Renstra Kemdikbud R.I. 2020-2024) adalah Pelajar Pancasila. Generasi Emas Indonesia itu diharapkan memiliki karakter yang beriman, bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.

FORKOPIM FKIP

Menghadapi cabaran itu, maka Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) Indonesia harus melakukan transformasi. Jika tidak, maka Pelajar Pancasila yang diidam-idamkan akan layu sebelum berkembang.

Terobosan Program Pendidikan Guru Penggerak (PPGP) melalui kemasan pelatihan daring, lokakarya, konferensi, dan pendampingan selama 9 bulan bagi calon guru penggerak harus dapat meyentuh ke dasar relung hati Guru peserta PPGP agar muncul kekuatan dalaman (will power) yang dahsyat, tidak sekedar Open Mind dan Open Heart (Scharmer, 2018). Kekuatan transformasi itu dapat dirajut melalui kemitraan efektif dengan Forum Komunikasi Pimpinan FKIP Negeri se-Indonesia (FORKOPIM FKIP se-Indonesia).

Forum ini diharapkan mampu menghimpun pemikiran genial para Pimpinan FKIP Negeri se-Indonesia untuk menggagas, mengkomunikasikan, dan merekomendasikan kebijakan strategis kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I guna menjamin Standarisasi Penyelenggaraan Pendidikan Guru dan Pendidikan Profesi Guru yang bersekutu dengan Asosiasi Profesi Guru.

Mencermati dinamika lingkungan strategis nasional, FORKOPIM FKIP se-Indonesia memiliki legitimasi yang kuat karena telah berstatus Berbadan Hukum serta Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga organisasi.

Kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka dan Transformasi Perguruan Tinggi Indonesia melalui Harmonisasi Indikator Kinerja Utama PTN se-Indonesia Tahaun 2020-2024 merupakan instrumen penguat bagi mengoptimalkan seluruh potensi Sumberdaya FKIP se-Indonesia yang melimpah.

Kekuatan tersebut diharapkan secara optimal dapat mengungkit daya kreativitas dan inovasi FKIP Negeri se-Indonesia. Untuk itu amat dibutuhkan sinergitas melalui penguatan partnership dan networking.

Reorientasi FKIP

Pertemuan Puncak FORKOM FKIP Negeri se-Indonesia yang berlangsung 2-5 Desember baru saja berakhir dengan cemerlang. Tantangan selanjutnya tentu saja mengaktualisasikan agenda-agenda strategis yang telah disepakati bersama melalui kekuatan sinergitas 32 FKIP Negeri se-Indonesia.

Reorientasi Pengembangan FKIP se Indonesia dari Output-based Education menuju Outcome-based Education dirasa mendesak agar dapat berpartisipasi dalam kancah Akreditasi maupun Sertifikasi tingkat Regional dan Internasional yang selaras dengan kebijakan strategis MBKM. Saat ini Program Studi di FKIP se-Indonesia yang mampu berpartisi dalam Program Sertifikasi dan Akreditasi tingkat dunia masih relatif amat terbatas.

Meskipun secara hakiki, tujuan Pendidikan adalah membangun modal insan yang paripurna (learning to be), namun perkara keterampilan guru juga harus diasah lebih tajam (learning to do).

Sigihan McKinsey Intitute (2020) mempelihatkan adanya kesenjangan yang lebar antara keterampilan Guru dan Murid seluruh Dunia. Perioritas utama penajaman keterampilan Guru pada tahun 2030 harus fokus pada literasi, berfikir kritis, numerasi, kepekaan sosial, komunikasi, kesadaran diri, dan kolaborasi.

Sedangkan untuk siswa, harus difokuskan pada keterampilan digital, kreativitas, intra dan interpersonal skills, pemahaman interkultural dan etikal, serta manajemen diri.

Lebih merisaukan lagi bila kita mencermati World Bank Report (2018). Pada skala dunia, sekolah saat ini dinilai gagal memberikan pembelajaran. Disinyalir ada empat punca penyebab kegagalan itu.

Pertama, anak-didik yang tidak memiliki kesiapan untuk belajar. Kedua, Guru kebanyakan tidak terampil (lack of skills) dan motivasi untuk menjadi guru yang efektif. Ketiga, input sekolah yang gagal menjangkau ruang kelas atau tidak secara langsung memengaruhi proses belajar mengajar.

Keempat, rendahnya keterampilan dalam manajemn dan tata Kelola (school governance) sehingga tidak secara efektif memengaruhi proses belajar mengajar. Divergensi fokus sekolah, guru dan keluarga terhadap pembelajaran dipicu oleh gabungan dua kekuatan kunci, yaitu teknis dan kekuatan politis.

Menghadapi semua cabaran itu, FORKOM FKIP Negeri se-Indonesia harus berfikir strategis-futuristik melakukan transformasi institusi menjadi platform komunikasi digital yang Aspiratif, Komunikatif, Responsif, Adaptif, dan Berwibawa.

Jika tidak, maka peluang emas yang ditawarkan oleh Revolusi Indutri 4.0 niscaya menjadi lahan tidur yang minus nilai tambah. Wajah Arsitektur Pendidikan Guru Indonesia sudah harus segera didandan lebih elegan dan berkelas agar bonus demografi 70,72 persen Penduduk Indonesia Usia Produktif Tahun 2020 tidak menjadi petaka demografi dan tenggelam ke dasar samudera kehidupan di peradaban pasca digital Society 5.0.

Penulis adalah Guru Besar FKIP Universitas Riau