Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Indonesia Mampu Jadi Teladan Mengatasi Perubahan Iklim
Oleh : Opini
Sabtu | 06-11-2021 | 14:20 WIB
A-JOKOWI-PERUBAHAN-IKLIM.jpg Honda-Batam
Presiden Joko Widodo saat menyampaikan pidatonya di KTT Perubahan Iklim di Glasgow, Skotlandia, Minggu (31/10/2021). (Foto: Ist)

Oleh Edi Baskara

PEMERINTAH terus konsisten untuk mengatasi persoalan perubahan iklim salah satunya dengan menekan angka kebakaran hutan. Presiden Jokowi pun optimis bahwa Indonesia mampu menjadi teladan dalam menanggulangi permasalahan tersebut.

Apakah Anda menyadari beberapa minggu ini cuaca makin panas dan musim hujan bergeser waktunya? Memang suhu rata-rata harian naik 2-3 derajat celcius, dan ini adalah akibat perubahan iklim.

Ketika iklim bergeser, maka banyak yang pusing, salah satunya petani. Penyebabnya karena mereka jadi harus menjadwal ulang kapan bertanam dan kapan memanen.

Perubahan iklim menjadi concern pemerintah, dan ketika menghadiri KTT G20, Presiden Jokowi menyampaikan pidato berisi Indonesia menjadi teladan dalam mengatasi perubahan iklim. Ketika sesi kedua KTT, memang temanya perubahan iklim, energi, dan lingkungan hidup.

Presiden Jokowi menambahkan, ada banyak kebijakan pemerintah terkait perubahan lingkungan. Pertama, ada sinergi pengawasan titik api, di mana berkat program itu kebakaran hutan menurun hingga 82%.

Memang sempat ada kebakaran di hutan Sumatera dan Kalimantan, tetapi sudah ditekan dan semoga menurun sampai 100%. Sehingga iklim makin membaik dan penduduk juga selamat dari ancaman asap yang menyesakkan.

Strategi pemerintah Indonesia yang kedua adalah dengan menekan deforestasi, terutama di Borneo. Di sana dilakukan rehabilitasi 3 hektar lahan kritis, mulai tahun 2010-2019. Selain itu dibangun juga industri hijau dan minum karbon, sehingga lingkungan aman. Penanganan deforestasi menjadi titik terendah dalam 20 tahun terakhir.

Deforestasi juga kasus serius karena bisa merugikan warga sipil, setelah banyak pohon yang hilang maka mudah terjadi banjir dan bencana alam lain.
Penggundulan hutan (yang jelas ilegal) melanggar hukum, dan pelakunya akan ditindak. Pemerintah juga tidak mau kompromi, meski pelakunya ada di kelas atas, ia harus mendapatkan hukuman yang setimpal.

Presiden Jokowi menambahkan, penanganan perubahan iklim harus dilakukan dengan tindakan nyata dan kerja sama. Dalam artian, jangan hanya menjadi slogan atau tercetak di atas kertas, tetapi harus dipraktikkan di lapangan.

Pemerintah telah melakukan berbagai usaha agar tidak ada banjir akibat perubahan iklim, dengan reboisasi dan pembuatan bendungan-bendungan (terutama di luar Pulau Jawa).

Masyarakat juga bisa melakukan tindakan nyata, tidak harus menunggu disuruh oleh pemerintah. Ketika Presiden Jokowi sudah memberi teladan maka patut diikuti.

Contoh paling gampang adalah dengan membuang sampah pada tempatnya dan menanam berbagai tumbuhan di sekitar rumah, sehingga suhu udara sejuk walau tanpa AC atau kipas angin.

Ketika perubahan iklim diatasi dengan kerja sama, maka forum KTT G20 adalah wadah yang tepat. Pasalnya, pertemuan internasional ini bukan hanya membahas perekonomian global dan kerjasama bilateral, melainkan juga membicarakan tentang iklim dan lingkungan, sehingga diharap pemanasan global tidak akan menjadi parah.

Semoga pasca KTT G20 ada tindakan nyata yang dilakukan oleh banyak presiden atau wakil negara lain yang bekerja sama dalam mengatasi perubahan iklim dunia.

Nantinya tidak akan ada pencairan es di kutub atau pergeseran musim, yang membuat semuanya kacau-balau. Untuk mengatasi masalah serius seperti ini, memang harus dilakukan oleh banyak pihak dan selalu kompak.

Dalam KTT G20 Presiden Jokowi berpidato tentang perubahan iklim, dan Indonesia siap menjadi teladan dalam mengatasi berbagai permasalahan mengenai lingkungan.

Pemerintah tidak hanya omong doang tetapi da tindakan nyata untuk menyelamatkan hutan di Borneo, sebagai paru-paru dunia. Dengan bekerja sama maka perubahan iklim bisa diatasi dengan baik.*

Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute Jakarta