Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

PPDB Kota Batam 2012

PSB Online di Batam Harus Direvisi
Oleh : Gokli/Dodo
Jum'at | 06-07-2012 | 10:16 WIB
tomas-sagulung.gif Honda-Batam
Para tokoh masyarakat Sagulung yang meminta sistem PSB online direvisi agar tidak merugikan banyak pihak.

BATAM, batamtoday - Puluhan tokoh masyarakat Kecamatan Sagulung meminta kepada pemerintah supaya penerimaan siswa baru (PSB) secara online segera direvisi. Hal ini mereka sampaikan lantaran banyak warga yang merasa resah, dimana ratusan anak yang tak lulus seleksi terancam tak dapat melanjutkan sekolah.


"Atas nama tokoh masyarakat Sagulung berharap kuota penerimaan siswa melalui sistem online tersebut direvisi. Banyak warga yang mengeluh karena anaknya tak lolos seleksi masuk sekolah negeri. Untuk masuk sekolah swasta, tidak mungkin semua mampu," kata Saipul Badri Lubis, tokoh masyarakat dari RT03/ RW17 Pasar Mandalay, Sagulung. 

Adapun hal-hal yang perlu direvisi dalam penerimaan sistim online tersebut seperti jumlah atau kuota. Penetapan kuota 160 siswa untuk empat rombongan belajar (rombel) membuat sebagian besar anak tersisih dan terancam tak dapat sekolah. 

Padahal wajib belajar sembilan tahun sudah menjadi ketentuan di negara Indonesia. Namun, pada prinsipnya penerimaan siswa baru sistim online tersebut membatasi ketentuan tersebut. 

Memang, siswa yang tak lulus seleksi online masih dapat melanjutkan di sekolah swasta, tapi hal ini hanya bisa dilakukan sebagian masyarakat yang mempunyai ekonomi menengah keatas. Sehingga, masyarakat yang ekonomi lemah atau yang tergolong tak mampu akan tersingkir dari dunia pendidikan. 

"Katanya wajib belajar sembilan tahun, begitu mendaftar tak lolos seleksi. Lagian gimana mau lolos, yang dibutuhkan hanya sedikit, pendaftar membludak. Otomatis yang nilainya rendah akan tercampak," kesalnya. 

Ditambahkan Baryono, penerimaan siswa baru dengan sistim online ini tidak mengakomodir warga sekitar lingkungan sekolah. Dimana, pendaftar dari daerah lain yang mungkin mempunyai nilai bagus akan tertampung, sementara anak yang tinggal di lingkungan sekitar sekolah akan tersisih mungkin karena nilai.  

"Bagaimana perasaan masyrakat yang tinggal di sekitar sekolah seumpamanya yang masuk di sekolah itu warga dari tempat lain. Sementara, anaknya menjadi tersisih, makanya perlu dilakukan revisi supaya tidak membuat resah," papar Baryono yang diamini puluhan tokoh masyarakat lainnya.