Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Varian Delta dari India Terus Merebak di Indonesia
Oleh : Redaksi
Selasa | 15-06-2021 | 14:36 WIB
A-VARIAN-DELTA.jpg Honda-Batam
Ilustrasi varian delta yang sudah masuk Indonesia. (Foto: Ist)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, varian B.1.617.2 atau Delta yang pertama kali ditemukan di India mendominasi terjadinya lonjakan kasus di sejumlah daerah di Indonesia, seperti di Kudus, DKI Jakarta, dan Bangkalan. Varian tersebut diketahui memiliki daya tular yang lebih cepat.

"Kami sedikit menambahkan, melaporkan juga ke beliau mengapa ini penting. Karena beberapa daerah, seperti Kudus, DKI Jakarta, dan Bangkalan memang sudah terkonfirmasi varian Deltanya atau B.1.617.2 atau juga varian dari India mendominasi," ujar Menkes saat konferensi pers di Kantor Presiden, Senin (14/6/2021).

Ia menyebut, penularan dari varian Delta ini lebih cepat dibandingkan varian lainnya. Meskipun demikian, varian ini tak lebih mematikan.

"Bapak Presiden menekankan sekali lagi bahwa protokol kesehatan harus dijalankan dengan disiplin sesuai dengan aturan PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat) mikro yang sudah ada," kata Budi.

Presiden Jokowi pun menginstruksikan panglima TNI dan kapolri agar memastikan pelaksanaan prokes di lapangan sesuai dengan aturan yang telah disusun dalam kebijakan PPKM mikro.

"Banyaknya klaster keluarga yang terpapar Covid-19 saat ini disebabkan oleh aktivitas mudik, pariwisata, dan kegiatan makan bersama. Sehingga beliau meminta agar ketiga aktivitas di mana kesempatan untuk membuka maskernya tinggi, ini benar-benar diperhatikan," kata Menkes.

Varian B.1.617.2 diketahui menyebabkan lonjakan penularan di India dua bulan belakangan. Lonjakan kasus di India beberapa kali mencapai rekor harian lebih dari 300 ribu.

Selain itu, kematian di India juga beberapa kali memecahkan rekor harian sedunia, yang terkini melampai 6.000 jiwa per hari. Lonjakan kasus itu membawa India ke posisi kedua sedunia dengan hampir 30 juta kasus dan 374 ribu kematian.

Varian Delta mula terdeteksi masuk Indonesia di Banten pada awal Mei 2021 lalu. Varian itu juga menjangkiti sejumlah awak kapal di Cilacap dan menulari sejumlah tenaga kesehatan pada akhir Mei.

Dalam rekap sekuens variant of concern yang dilansir Kemenkes, dari total 1.989 sekuens telah terdeteksi 145 mutasi baru. Di antaranya 36 varian B.1.1.7 (asal Inggris), 5 varian B.1.351 (asal Afrika Selatan), dan 104 varian B.1.617.2 dari India.

Sekuens Delta terbanyak terdeteksi di DKI Jakarta (20 sekuens); serta wilayah Brebes, Cilacap, Kudus, di Jawa Te ngah (75 sekuens). Selain itu, terdeteksi juga masing-masing tiga sekuens Delta di Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, dan Sumatra Selatan. Sementara, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menyatakan, sebanyak 62 sekuens varian Delta terdeteksi di Kudus.

Jumlah yang dilansir Kemenkes tersebut juga belum menunjukkan angka sebenarnya. Di Jawa Timur, misalnya, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa baru mengumumkan kemarin ada tiga warganya yang terpapar varian Delta.

"Pagi tadi saya dapat info dari Pak Rektor (Rektor Universitas Air langga M Nasih) dari 24 sekuensing, pagi tadi keluar tiga. Dari tiga ini terkonfirmasi ada mutasi B.1.617.2 berarti ini strain India. Dua posisi Surabaya, satu Bojonegoro," ujar Khofifah di Surabaya, Senin (14/6/2021).

Ketua Pokja Genetik FKKMK UGM dr Gunadi mengatakan, dari kasus yang terjadi di Kudus menunjukkan kemungkinan besar adanya transmisi lokal varian Delta. Pihaknya sebelumnya ikut melakukan whole genome sekuensing terhadap sejumlah sampel dari Kudus. "Tidak menuntup kemungkinan juga keluar Kudus," kata Gunadi, Senin (14/6/2021).

Varian Delta ditetapkan WHO menjadi variant of concern (VoC) pada 31 Mei 2021 karena berdampak besar terhadap kesehatan global. Varian itu memenuhi satu atau lebih dari tiga dampak yang ditimbulkan, daya transmisi, keparahan pasien, dan pengaruh kepada sistem imun.

Dia menerangkan, varian Delta terbukti lebih cepat menular serta mampu memengaruhi respons sistem imun manusia. "Varian Delta bisa menurunkan respons sistem imun kita terhadap infeksi Covid-19, baik respons imun yang ditimbulkan infeksi alamiah maupun vaksin," ujar Gunadi.

Mengingat dampak yang ditimbulkan cukup serius, Gunadi meminta masyarakat tetap disiplin menjalankan prokes pencegahan Covid-19. Hal ini berlaku bagi seluruh masyarakat, termasuk yang telah melakukan vaksinasi karena reinfeksi masih bisa terjadi.

"Prokes harus diperketat. Meski sudah vaksin, prokes tidak boleh longgar," kata Gunadi.

Sumber: Republika
Editor: Dardani