Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Utang Menumpuk Hingga Rp 70 T, Garuda Bakal Pangkas Setengah Armada Pesawat
Oleh : Redaksi
Senin | 24-05-2021 | 11:24 WIB
masker-garuda2.jpg Honda-Batam
Ilustrasi.

BATAMTODAY.COM, Jakarta - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dikabarkan akan memangkas jumlah armada pesawat mereka dari sekitar 142 pesawat menjadi 70 pesawat. Hal ini terjadi karena bisnis perusahaan tertekan dampak pandemi covid-19 dan tumpukan utang Rp 70 triliun.

Kabar ini muncul ke publik saat rekaman pidato Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra kepada jajaran karyawan bocor ke Bloomberg. Dalam rekaman tersebut, Irfan menyatakan perusahaan perlu merestrukturisasi bisnis secara penuh dengan pengurangan armada.

"Kami harus melalui restrukturisasi yang komprehensif. Kami memiliki 142 pesawat dan perhitungan awal kami tentang bagaimana kami melihat pemulihan ini telah berjalan, kami akan beroperasi dengan jumlah pesawat tidak lebih dari 70," ujar Irfan, seperti dikutip dari Bloomberg pada Senin (24/5/2021).

Saat ini, Garuda hanya mengoperasikan sekitar 41 pesawat akibat pandemi. Perusahaan pelat merah itu tak bisa menerbangkan lebih banyak armada karena pembayaran belum dilakukan kepada perusahaan leasing. Namun hal ini hanya berlaku untuk layanan penerbangan Garuda saja, tidak termasuk anak usahanya, Citilink Indonesia.

Selain karena soal pembayaran leasing yang tertunda, maskapai negara itu juga tengah terlilit utang mencapai US$4,9 miliar atau setara Rp 70 triliun. Utang itu akan meningkat lebih dari Rp 1 triliun per bulan karena terus menunggak pembayaran.

Arus kas perusahaan juga tercatat negatif. Sementara ekuitas atau modal minus Rp 41 triliun. Ia mewanti-wanti bahwa kondisi ini bisa membuat bisnis perusahaan berhenti di tengah jalan bila langkah restrukturisasi gagal.

CNNIndonesia.com telah berusaha mengonfirmasi secara langsung ke Irfan atas kabar itu. Namun, hingga berita ini diturunkan, Irfan belum juga membalasnya.

Sebelumnya, Garuda Indonesia mengumumkan penawaran pensiun dini bagi karyawannya. Hal ini merupakan kebijakan dalam rangka mengefisienkan biaya operasional maskapai.

Tercatat BUMN penerbangan itu memiliki 15.368 karyawan. Jumlahnya tak sepadan dengan volume penerbangan yang justru anjlok hingga 66 persen sejak 2020 lalu.

Sumber: CNN Indonesia
Editor: Yudha