Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Taati Prokes Demi Lawan Lonjakan Kasus Covid-19
Oleh : Opini
Sabtu | 22-05-2021 | 15:20 WIB
A-Covid-19.jpg Honda-Batam
Ilustrasi Covid-19. (Foto: Ist)

Oleh Putu Prawira

LONJAKAN kasus corona akhir-akhir ini muncul dari beberapa klaster baru. Padahal pandemi belum selesai, tetapi masyarakat mulai mengabaikan protokol kesehatan, sehingga klaster terbentuk. Mulailah dari diri sendiri baru keluarga dan orang lain, untuk menaati protokol dan mengkampanyekan 3M.

Jelang lebaran terjadi kerumunan di Pasar Tanah Abang dan pasar lain, karena masyarakat ingin membeli baju lebaran. Kerumunan ini sangat mengkhawatirkan, karena mereka seolah-olah lupa dengan penyakit corona. Padahal pandemi masih melanda Indonesia dan negara-negara lain di dunia, tetapi mereka mengabaikan protokol kesehatan demi nafsu berbelanja.

Masyarakat juga harus tahu fakta bahwa saat ini jumlah pasien corona masih lebih dari 4.000 orang per hari. Jangan sampai angka ini bertambah karena ada klaster pasar, hanya karena menghabiskan THR dengan shopping dan bersenang-senang. Namun kemudian berakhir di ranjang Rumah Sakit.

Jika ada yang beralasan bahwa ia belanja memakai masker, maka ia lupa bahwa protokol kesehatan bukan hanya itu. Menurut Peter Gulick, Profesor kesehatan dari Michigan University, mengenakan masker tidak bisa mencegah penularan corona jika manusia tidak menjaga jarak. Dalam artian, menghindari kerumunan harus dilakukan agar tetap aman dari virus covid-19.

Memakai masker belum 100% melindungi dari bahaya virus covid karena ternyata fungsi masker adalah melindungi orang lain, bukan melindungi diri sendiri. Jadi, lebih baik menjaga jarak dan menghindari kerumunan walau sudah mengenakan masker, daripada beresiko kena corona. Karena menurut penelitian WHO, virus covid-19 bisa menular lewat udara yang kotor dan pengap, seperti yang ada di kerumunan.

Alasan kedua adalah tidak semua masker yang dikenakan orang bisa melindungi dari droplet. Karena faktanya, banyak masker yang dijual di pasaran ternyata tidak sesuai dengan standar WHO. Misalnya masker buff yang tidak bisa menahan droplet secara efektif. WHO lebih menyarankan untuk memakai masker kain dan masker sekali pakai, yang lebih efektif dalam menahan laju droplet.

Jangan tergiur dengan harga masker berbahan buff yang murah-meriah tetapi tidak efekti dalam melawan corona. Lebih baik beli masker sekali pakai dalam jumlah lusinan untuk stok di rumah, jika Anda merasa tidak punya cukup waktu dan tenaga untuk mencuci masker kain. Lebih baik membeli banyak masker daripada malas memakainya karena pelit untuk membelinya, lalu kena corona.

Pemakaian masker juga harus sesuai standar dan menutupi hidung, mulut, dan dagu. Jangan malah melorot karena sama saja bohong. Karena masih banyak yang mengenakan masker hanya formalitas, agar tidak ditegur oleh aparat, tetapi ketika keadaan sepi malah dilonggarkan ke arah dada.

Selain itu, masker maksimal dipakai dalam waktu 4 jam saja. Jangan memakai ulang masker disposable dengan alasan menghemat, karena jika masker itu kotor, akan tidak efekti dalam menahan virus covid-19. Bawalah masker cadangan di dalam tas Anda dan pakai ketika masker pertama sudah dikenakan selama 4 jam atau habis bersin.

Saat mengganti masker juga harus diperhatikan. Bersihkan tangan dengan hand sanitizer lalu ambil masker dari dalam tas. Sebelumnya, masker itu harus dibungkus dalam plastik yang bersih, agar tetap steril. Lalu buanglah masker disposable tetapi sobeklah terlebih dahulu. Tujuannya agar tidak ada oknum pemulung nakal yang mencuci lalu menjualnya kembali.

Semua proteksi ini juga diiringi dengan anjuran mencuci tangan dengan sabun antiseptik, karena cara ini lebih efektif untuk menjaga higienitas, daripada memakai hand sanitizer. Buatlah wadah cuci tangan di depan rumah agar para tamu bisa mencuci tangannya terlebih dahulu sebelum masuk ke teras.

Proteksi terhadap diri sendiri harus dilakukan dengan menaati protokol kesehatan. Jangan keblinger dan belanja ini-itu di pasar dan mengabaikan kerumunan yang ada. Lebih baik belanja di online shop daripada beresiko kena corona di tengah banyak orang di dalam pasar.*

Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini Jakarta