Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Cara Zionis Yahudi Menghancurkan Media
Oleh : Opini
Sabtu | 15-05-2021 | 14:52 WIB
A-YAHUDI-BUNGKAM-MEDIA.png Honda-Batam
Buku karya Henry Ford tentang manuver Yahudi. (Foto: Ist)

Oleh Asro Kamal Rokan

JAMES Gordon Bennet tak pernah takluk melawan dominasi zionis Yahudi. Surat kabarnya, New York Herald, berupaya bertahan dari tekanan dan isolasi komunitas Yahudi, meski pada akhirnya surat kabar independen itu mati pada 1920. Tapi, Bennet tetap dikenal sebagai pemimpin surat kabar yang independen -- terutama terhadap pengaruh dan tekanan zionis Yahudi.

Cerita pergulatan Bennet ini ditulis Henry Ford. Pendiri perusahaan mobil Ford ini paham betul bagaimana jaringan Yahudi internasional menguasai Amerika Serikat. Dalam bukunya The International Jew, yang telah diterjemahkan dalam 16 bahasa, termasuk diterbitkan dalam bahasa Indonesia oleh Mizan, Ford membongkar gerakan Yahudi untuk menguasai Amerika Serikat, sejak kedatangan mereka pada 1492.

Ford yang meninggal pada April 1947 bahkan menyimpulkan bahwa ancaman sesungguhnya bagi Amerika Serikat adalah orang-orang Yahudi tepelajar.

Buku The International Jew ini terbit pada 1977. Sempat menjadi buku terlaris, terjual lebih dari 10 juta copy, namun tekanan yang sangat kuat dari komunitas Yahudi, membuat Ford menghentikan peredaran buku ini. Apalagi kalangan Yahudi memborong buku ini, membakarnya, merazia toko-toko buku, dan bahkan mencurinya di perpustakaan untuk dimusnahkan.

Hendry Ford memulai bukunya dengan mengutip Protokol VII dari The Protocols of Zion hasil Kongres Zionis Pertama di Swiss pada 1897. Protokol VII ini berbunyi: Kita harus memaksa pemerintah-pemerintah non-Yahudi untuk mengambil langkah-langkah sesuai dengan rencana-rencana kita yang mulai mendekati keberhasilan, dengan membidikkan tekanan terhadap opini publik yang diorganisir secara rahasia oleh kita dengan bantuan "kekuatan besar" pers. Dengan beberapa pengecualian yang tidak berarti, keberhasilan itu sudah ada di tangan kita.

Setelah mengutip Protokol VII Zionis Yahudi itu, Hendry Ford kemudian menceritakan berbagai fakta tentang gerakan Yahudi menguasai politik, ekonomi, dan pers Amerika Serikat. Menurut Ford, The New York Herald, surat kabar terbesar saat itu, menjadi korban Yahudi. James Gordon Bennet, pemilik Herald, berjuang mati-matian untuk tetap independen, terutama dari pengaruh Yahudi, namun kalah.

Ketika itu kalangan Yahudi mendatangi editor koran-koran untuk meredam berita-berita negatif tentang Yahudi. Namun, mereka tak berdaya berhadapan dengan Bennet.

Gagal merayu Bennet, pemasang iklan—mayoritas perusahaan-perusahaan yang dimiliki Yahudi—menyurati Bennet dan mengancam untuk tidak lagi memasang iklan di Herald apabila koran ini tidak bersahabat dengan Yahudi. Bennet tak peduli, meski halaman korannya tanpa iklan. Bahkan, Bennet memuat surat ancaman itu di korannya.

Dalam menguasai media, kalangan Yahudi itu, menurut Ford, menggunakan cara-cara sesuai karakter mereka: dominasi atau hancurkan!

Setahun setelah Bennet meninggal, 1920, The New York Herald pun menemui ajalnya. Ini terjadi ketika Frank A Musey, yang menjadi pemilik baru koran tersebut, mengganti nama The New York Herald menjadi New York Sun. Tamatlah riwayat koran yang tak hendak didikte Yahudi ini.

Dalam bukunya, Henry Ford — yang oleh Yahudi dituduh rasis dan membiayai gerakan Nazi di Jerman — menyebut The New York Herald sebagai benteng pertahanan terakhir New York terhadap serbuan Yahudi, yang semakin hari menguasai Amerika Serikat.

Situasi Amerika Serikat saat ini, dalam genggaman kekuasaan jaringan internasional Yahudi. Mereka tidak hanya menguasai politik, ekonomi, tapi juga pers, film, dan memproduksi gaya hidup merusak. Henry Ford sadar atas dominasi Yahudi ini. Menurutnya, situasi ini akan berubah sampai orang-orang Amerika sadar dari tidur panjangnya dan mata mereka memandang bahaya dari perampasan oleh Yahudi itu.

Dan, jaringan internasional Yahudi tidak saja membuat orang-orang Amerika terus terlelap dalam tidur panjangnya, tapi juga kita di sini: terpesona dan terlelap.*

Penulis adalah wartawan senior