Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Masyarakat Tak Perlu Panik Sikapi Teror Bom di Makassar
Oleh : Opini
Rabu | 31-03-2021 | 15:20 WIB
A-LOKASI-BOM-MAKASSAR.jpg Honda-Batam
Polisi menyisir tempat kejadian perkara bom bunuh diri di gereja di Makassar. (Foto: Ist)

Oleh Denis Septembedino

PENGEBOMAN di sebuah rumah ibadah di Makassar mengguncang banyak orang. Mereka jadi takut saat akan pergi ke tempat publik. Kapolri meminta masyarakat untuk tidak paranoid, karena aparat makin siaga dalam mengamankan setiap tempat umum. Juga ada razia yang lebih intensif untuk mencegah terorisme dan pengeboman kembali.

Pubik dikejutkan dengan peristiwa pengeboman di Makassar. Tragedi ini menjadi perhatian banyak orang, karena dilakukan di sebuah rumah ibadah. Pengeboman mengisyaratkan bahwa teroris masih menancap di Indonesia dan selalu menggunakan tindak kekerasan untuk menakuti masyarakat dan mendapatkan keinginannya.

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyatakan bahwa masyarakat tidak perlu panik setelah ada pengeboman di Makassar. Karena kepolisian sudah menjamin keamanan dan ketertiban masyarakat. Polisi masih melakukan olah TKP dan mendalami siapa pelaku sebenarnya. Sehingga masyarakat diminta untuk tenang dan tidak paranoid.

Jenderal Listyo melanjutkan, Densus 88 antiteror akan terus melakukan penindakan terhadap kelompok teroris. Hal ini termasuk komitmen dari Korps Bhayangkara untuk memberangus jaringannya.

Dalam artian, kepolisian selalu serius dalam menangkap tiap pelaku terorisme, sehingga ada pencegahan bagi mereka untuk melakukan radikalisme dan tindakan ekstrim lainnya.

Dalam peristiwa pengeboman kemarin memang kedua pelaku langsung tewas di tempat, karena mereka membawa bom untuk diledakkan, bukan melemparkan. Akan tetapi penelusuran tetap dilakukan dan diduga pelakunya adalah salah satu kelompok teroris yang markasnya ada di Filipina. Jaringannya masuk sampai ke Indonesia dan masih diselidiki siapa saja anggotanya.

Pasca pengeboman di Makassar, tiap rumah ibadah baik di sana maupun wilayah lain makin dijaga dengan ketat oleh aparat. Begitu juga dengan tempat umum lain. Penjagaan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya pengeboman kembali. Tempat-tempat itu rawan dijadikan sasaran pengeboman, karena bisa menampung banyak orang.

Pengamanan ini membuat masyarakat lega karena mereka tak lagi waswas untuk pergi ke rumah ibadah. Saat akan berdoa, mereka tenang karena di luar sudah ada aparat yang menjaga dengan siap siaga. Keamanan masyarakat memang jadi prioritas, karena polisi adalah sahabat rakyat. Dalam artian, warga sipil selalu dilindungi agar mereka bisa tenang saat menjalankan aktivitas, termasuk beribadah.

Sementara itu, Kepala Divisi Humas Polri Irjen Argo Yuwono menyatakan bahwa Kepala Densus 88 langsung terbang ke Makassar untuk melakukan penyelidikan intensif terhadap kasus ini.

Di sana, Kepala Densus 88 dibantu oleh Korwil Densus, dan dibantu oleh Serse Polda dan Polrestabes. Sementara di TKP sudah dipasang police line dan dilakukan penyisiran untuk mendapatkan bukti-bukti yang otentik.

Langkah cepat kepolisian ini membuat masyarakat merasa aman karena mereka dengan sigap menyelidiki kasus pengeboman di Makassar. Memang kasus ini agak susah untuk diselidiki pada awalnya, karena tersangka langsung tewas di tempat (dengan kondisi yang mengenaskan). Namun Densus dan segenap aparat lain bekerja sama untuk menyelidikinya sampai benar-benar tuntas.

Diduga, pengeboman dilakukan karena di Sulawesi pernah ada penyisiran terhadap kelompok teroris. Mereka jadi membalas dendam dan melakukan pengeboman. Apapun alasannya, kekejian seperti ini tak diperbolehkan. Apalagi dilakukan di tempat ibadah yang suci. Kekejaman teroris sungguh membuat masyarakat sedih, karena mereka sudah kehilangan hati nurani.

Masyarakat diharap tidak terpancing dan tetap tenang setelah ada pengeboman di Makassar. Mereka bisa melakukan ibadah dengan khusyuk tanpa dibayang-bayangi kekejaman teroris, karena polisi dengan sigap menjaga di depan rumah ibadah. Terorisme tidak bisa dibenarkan, dan kelompok teroris harus diusut sampai ke akarnya, agar tidak membuat kekacauan di Indonesia.*

Penulis adalah kontributor Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia (LSISI) Jakarta