Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Saham LQ 45 Terkoreksi

Kondisi IHSG di Jeda Sesi Siang Rontok 1,63% ke 3.403,68
Oleh : Sumantri
Rabu | 09-02-2011 | 15:23 WIB
IDX_Logo.jpg Honda-Batam

Logo Indonesia Stock Exchange (PT Bursa Efek Indonesia)

Batam, batamtoday - Sentimen pasar yang kurang signifikan dan banykanya aksi profit taking (Ambil untung=jual-red), dari para pelaku bisnis sejak kemarin sore membuat IHSG didera raport merah. beberapa emiten yang merumput di bursa terkapar dengan mengalami penurunan variatif. IHSG semakin terpuruk 56,26 poin atau 1,63% dari level penutupan kemarin sore di 3.459,93, akibat aksi ambil untung tersebut.

"Aksi profit taking juga dipengaruhi oleh penantian pengumuman 424 emiten yang merumput dilantai bursa, hingga saat ini IHSG masih tertekan," ungkap Marco Poetra Kawet, Head of Capital Market Information Center (Pusat Informasi Pasar Modal PIPM, PT.Bursa Efek Indonesia-red.), dikantor nya Rabu, 09 Februari 2011.

Masih Lanjut Marco, Dari 421 saham perusahaan yang menopang indeks, sebanyak 24 di antaranya masih bertahan perkasa di percaturan bursa, 175 tertekan alias kocar-kacir dan 222 sisanya melempem dan mandeg alias jalan ditempat. Naasnya aksi profit taking beberapa pelaku usaha, juga membuat saham LQ 45 (Saham-saham yang memiliki liquiditas baik dan kapitalisasi besar), ikut terkoreksi.

Terkait kenaikkan BI Rate yang ditetapkan oleh Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia, Marco menegaskan, substansi untuk saat ini investor lebih menunggu pengumuman laporan tahunan 424 emiten yang tercatat di bursa dan IPO (Initial Public Offering/Penawaran Umum Perdana saham sebuah perusahaan-red) PT Garuda Indonesia.

"Masih lebih berpengaruh penantian pengumuman laporan tahunan 424 emiten dan IPO Garuda, krtimbang kenaikkan BI Rate, karena beberapa penggiat perbankan belum berencana akan menaikkan suku bunga kredit," ungkap Marco.

Sementara itu ketika ditanya mengenai imbas kisrus sosial yang terjadi di beberapa daerah di indonesia, Marco menegaskan situasi dan kondisi ekonomi suatu negara sangat berkaitan dengan faktor keamanan dan situasi sosial politik, jika pemerintah tidak melakukan aksi untuk meredam kisruh tersebut, dikhawatirkan akan berdampak negatif pada pergerakkan ekonomi.