Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Mari Mencontoh Managemen Air Singapura
Oleh : Redaksi/Bank Pembangunan Asia/Mg
Sabtu | 02-06-2012 | 11:01 WIB
Instalasi_Air_di_SIngapura.jpg Honda-Batam

Salah satu lokasi pengolahan air bersih di Singapura. Foto:PUB Water Plan

BATAM, batamtoday - Singapura adalah negara yang tiap tahun dihadapkan dengan persoalan polusi dan kelangkaan air. Kondisi yang membuat negeri Pulau itu memikirkan rancangan strategis untuk mengusahakan bagaimana Sumber Daya Air tetap bisa dinikmati. 

Bagi negara atau Kota yang kini berjuang untuk mengatasi persoalan yang sama, sepertinya perlu sejenak melongok ke Singapura. Melihat kebijakan strategis yang mereka buat selama ini.

Batamtoday merekam jejak Singapura dari laporan bank Pembangunan Asia berjudul Every drop counts: Learning from good practices in eight Asian cities, terlihat bagaimana kecerdasan Singapura dalam mengatur berbagai lini. Mereka mendiversifikasi keperluan air dan meminimalkan jumlah air yang hilang sebelum sampai di Konsumen (Non-revenue water). Hal ini juga yang menasbihkan Singapura menjadi salah satu negara yang memiliki tata kelola air terbaik di dunia. 

"Kunci sukses Singapura adalah bagaimana mereka terus melakukan analisis terhadap permintaan dan pasokan," tulis laporan tersebut. 

Dari sisi permintaan, Singapura menerapkan tarif air progresif sesuai tingkat konsumsinya. Singapura juga menetapkan pajak konservasi air, standar pemasangan air untuk rumah tangga serta melakukan kampanye dan edukasi pemakaian air yang efisien.

"Langkah-langkah ini sagat strategis, dan jarang diperhitungkan negara-negara lain di Asia yang menganggap Sumber Daya Air masih sangat melimpah," tulis laporan itu lagi. 

Sementara itu, persoalan harga air, otoritas pengelolaan Air Singapura menerapkan hitungan yang realistis. Harga air bersih dihitung berdasarkan biaya untuk memproduksi dan memasoknya, sekaligus untuk mengantisipasi kelangkaan air di negara tersebut dan biaya untuk mengatasinya.  Dengan mengenakan tarif yang sesuai dengan biaya-biaya tersebut, Singapura mampu membiayai penelitian dan pengembangan serta membangun fasilitas baru yang lebih inovatif dan efisien guna memenuhi keperluan air pada masa datang.

"Jadi bukan berbicara apa yang terjadi hari ini, tapi mereka (Singapura.red) sudah memikirkan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang," kata laporan yang dipublikasikan di Manila tersebut.

Kunci sukses lain adalah efektifitas pemerintah, komitmen politik yang kuat, kejelasan peraturan dan hukum, serta pekerja yang rajin dan berpengalaman.  Semua upaya ini membawa hasil positif. Konsumsi air per kapita Singapura turun secara bertahap dari tingkat tertinggi sepanjang sejarah yaitu 175 liter/hari pada 1994 menjadi 156 liter/hari pada 2008. Pada 2030, PUB menargetkan konsumsi air per kapita Singapura bisa mencapai 140 liter/hari.

Dengan langkah-langah tersebut, Singapura tumbuh menjadi negara yang mulai mandiri. Kebutuhan air yang sebelumnya didominasi pasokan dari Johor Malaysia, kini mulai berkurang. Sumber-sumber baru digali, peraturan diperketat, penelitian terus dilakukan dan penghematan terus dikampanyekan. Negeri Singa itu kini siap menyongosong masa depan ketersediaan air bersih. Jadi, tidak salah jika kita melirik bagaimana kunci sukses mereka.