Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Bersenjatakan Tombak, Penduduk Asli Serang Permukiman Karyawan Perusahaan Minyak Asing
Oleh : Redaksi
Selasa | 11-08-2020 | 14:36 WIB
A-JORGE-MONTOYA.jpg Honda-Batam
Mendagri Jorge Montoya saat kunjungan ke Bandara Internasional Jorge Chavez Lima untuk memverifikasi kepatuhan protokoler kesehatan pada Juni 2020. (Foto: Ist)

BATAMTODAY.COM, Amazon - Marah akibat pandemik Covid-19 yang semakin menjadi serta frustasi akibat tumpahan minyak yang merusak tanah mereka, penduduk asli Peru dengan bersenjatakan tombak menyerang sebuah permukiman pekerja minyak di pedalaman Amazon.

Sabtu (8/8/2020) tengah malam waktu setempat, sekitar 70 penduduk asli mencoba menyerbu pemukiman perusahaan minyak milik perusahaan Kanada PetroTal di kota terpencil Bretana di wilayah Loreto.

Tiga orang penduduk asli dinyatakan tewas dalam insiden tersebut, sementara lainnya luka-luka termasuk petugas polisi. Penduduk asli mengeluh bahwa sumur yang dikenal sebagai Lot 95 itu telah menyebabkan polusi di tanah mereka melalui serangkaian tumpahan minyak.

Sebagai respon atas bentrokan yang terjadi, perusahaan tersebut mengatakan mereka telah menangguhkan pekerjaan di lokasi yang mempekerjakan sekitar 100 orang karyawan itu.

Menteri Dalam Negeri Peru, Jorge Montoya, mengatakan bentrokan itu menewaskan tiga orang penduduk asli. Sementara enam petugas polisi dan 11 orang pribumi terluka.

"Delegasi pemerintah telah dikirim ke Loreto untuk mencoba menenangkan keadaan," kata Montoya seperti dikutip dari AFP, Minggu (9/8/2020).

ORPIO, sebuah organisasi payung yang mewakili masyarakat adat Peru di Amazon, mengatakan serangan itu terjadi karena pengabaian dan penelantaran orang yang mereka cintai karena kurangnya perawatan dan obat-obatan dalam pandemik.

Ada beberapa laporan berbeda tentang bagaimana kekerasan itu dimulai. Kementerian mengatakan bahwa selain tombak, penduduk asli memiliki senapan dan bentrokan dimulai ketika mereka melepaskan tembakan dengan tembakan dan melukai seorang petugas polisi.

Tetapi ORPIO mengatakan bahwa polisi yang menembak lebih dulu dan dalam kekacauan yang terjadi kemudian, di tengah malam, beberapa petugas akhirnya saling menembak. "Saudara pribumi kami tidak memiliki senjata api. Mereka hanya membawa tombak sebagai alat pertahanan leluhur," kata ORPIO dalam sebuah pernyataan.

Pemerintah mengatakan seorang jaksa penuntut bersama polisi yang mencoba untuk mengusir serangan masyarakat adat. Pandemik ini telah menimbulkan korban jiwa yang sangat besar bagi puluhan masyarakat adat yang hidup dalam kemiskinan di Amazon Peru.

Pihak berwenang memperkirakan bahwa di Iquitos, misalnya, kota utama di Amazon Peru, tujuh dari setiap 10 orang telah terinfeksi virus tersebut. Pada bulan Mei, kamar mayatnya meluap dan rumah sakit sangat kekurangan tangki oksigen.

Wilayah Loreto adalah salah satu yang paling luas dan paling sedikit penduduknya di Peru, dan salah satu yang paling terpukul oleh pandemik. Di Amazon, hanya ada sedikit jalan yang bisa dilalui menggunakan kendaraan darat, jadi pemerintah telah mengangkut persediaan medis melalui udara.

Saat ini Peru telah menderita lebih dari 20 ribu kematian akibat virus corona, menempatkannya di belakang hanya Brasil dan Meksiko.

Sumber: RMOL
Editor: Dardani