Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kisah Mahasiswi Indonesia di Australia Saat Lock Down

Ujian Kehidupan Pertama Nisya di Australia
Oleh : Irwan Hirzal
Sabtu | 02-05-2020 | 19:52 WIB
nisya-diwisudah-di-ui.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Nisya usai wisuda di Universitas Indonesia Jakarta. (Foto: Ist)

MULANYA, semua berjalan mulus. Wisuda di Universitas Indonesia Jakarta, setelah kuliah double degree selama 3,5 tahun. Lalu, melanjutkan studi di University of Queensland Australia. Sampai wabah corona mendera, Nisya pun menghadapi ujian pertamanya. Apakah itu?

Tanggal 11 Desember 2019 menjadi hari bersejarah dalam perjalanan hidup Nisya Yalkivia. Saat itu, Nisya diwisuda, setelah kuliah selama 3,5 tahun di program double degree Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia (UI) yang bekerjasama dengan University of Queensland (UQ) Australia.

Itu adalah wisuda pertamanya, karena pada tanggal 1 Februari 2020, perempuan kelahiran Jakarta, Maret 1998 itu diwisuda kembali di Kampus UI Depok Jawa Barat. Sampai di sini, semuanya berjalan mulus dan menyenangkan. Semuanya begitu dimudahkan Tuhan untuknya.

"Selama masa libur, Nisya gunakan waktu untuk mengurus perpanjangan student visa, lamaran kerja, dan permohonan kuliah lanjutan program S2, studi Digital Security di
University of Queensland Australia," tutur Nisya mengisahkan perjalanannya melanjutkan studi masternya.

Saat itu, tutur Nisya, waktu di Jakarta begitu cepat. Apalagi, saat dirinya menerima kabar bahwa ia diterima bekerja di sebuah perusahaan berbasis tehnik informatika (IT) di Brisbane Australia.

Di saat yang sama, Nisya juga dinyatakan lulus untuk melanjutkan S2-nya dan mulai menjalani masa orientasi mahasiswa baru pada tanggal 17 Februari 2020.

"Jadi, dalam waktu yang singkat itu, Nisya memanfaatkan waktu untuk mengurus segala kelengkapan administrasi calon mahasiswa asing, sekalian ngurus SIM Internasional," lanjut Nisya.

Setelah semua prosedur mahasiswa asing terpenuhi, sulung dari empat bersaudara itu pun terbang ke Brisbane Austraia. Terus melanjutkan kegiatan orientasi sebagai mahasiswa baru.

Minggu kedua, Nisya sudah mulai bekerja di perusahaan berbasis IT sambil kuliah. Sungguh pengalaman yang begitu diidam-idamkan ribuan anak muda di dunia, bisa studi di Australia sambil bekerja di sela-sela waktu kuliah.

"Perusahaan tempat Nisya bekerja masih baru tiga bulan, total pegawainya sepuluh orang, semuanya orang Australia, suasanya begitu menyenangkan," tutur Nisya lagi.

Sungguh, menjalani dua kegiatan sekaligus di usianya yang masih belia, lagi jauh dari keluarganya, menjadi tantangan tersendiri bagi Nisya. Bagaimana menjaga nilai studi tetap tinggi, tapi kinerja di perusahaannya juga terjaga. Harus bisa mengatur waktu dengan baik. Inilah yang menjadi konsen Nisya.

Tapi ternyata, belum lagi bilangan satu bulan putaran kalender Nisya bekerja, wabah virus corona melanda. Pandemi Covid-19 itu pun masuk dari Wuhan China ke Australia. Dampaknya langsung terasa ke mana-mana.

Sejalan dengan kembalinya para mahasiswa asal Cina ke Australia, setelah berlibur tahun baru Imlek. Pemerintah Australia sempat galau menghadapi hal terebut. Bahkan, kabarnya sempat juga berencana memulangkan kembali para mahasiswa asal Cina dan Singapura. Apalagi, terjadi lonjakan pasien yang dinyatakan positif Covid-19 yang semula 4 orang menjadi 200-an orang dalam waktu singkat.

Menghadapi lonjakan itu, pemerintah Austraslia pun membuat aturan 3 stage lockdown. Tahap pertama masih lunak. Yaitu, mulai dari tanggal 23 Maret 2020, ketika itu yang positif Covid-19 mencapai 1.315 dan 7 meninggal.

Saat itulah hampir semua sektor bisnis di Australia merasakan dampaknya. Termasuk, perusahaan Nisya yang baru saja mengepakkan sayap bisnisnya. Kapal pun oleng. Perusahaan tempat Nisya bekerja gulung tikar dan semua karyawan diberhentikan, karena tidak bisa lagi mencari klien.

Ujian hidup pertama Nisya sebagai mahasiswa asing di Australia akibat corona dimulai. Tapi dengan semangat dan inteligensia yang tinggi, membuat perempuan muda ini tetap tegar mengarungi hidupnya di Australia.

Saat itu, orang-orang mulai memborong bahan pokok di swalayan, termasuk kertas tisue. Sampai-sampai pernah viral dua orang ibu berkelahi karena rebutan tisue.

"Dua hari pertama, Nisya cuma sempat beli beberapa mie instan dan sedikit beras. Tiap pagi Nisya harus standby di depan swalayan untuk belanja saat pasokan baru di drop," kata Nisya mengisahkan perjuangannya bertahan hidup.

Kalau daging sapi dan ayam, lanjut Nisya, sudah pasti kehabisan. Semua orang berebut memborongnya. "Terpaksa Nisya harus berlatih untuk makan daging kangguru dan ayam kalkun yang tersisa di rak-rak swalayan," tutur Nisya mengungkapkan kiat-kiatnya.

Lalu, pemerintah pun memberlakukan lock down meluas, termasuk pantai, bar dan cafe
harus ditutup, dan jalanan pun semakin sepi. Untung, stok makanan di apartemen Nisya sudah aman untuk bertahan hidup.

Saat kondisi bertahan itulah, Nisya selalu teringat dengan adiknya, Alya Shena yang saat ini juga menghadapi kondisi yang sama, hanya tempat dan istilahnya yang beda. Alya menghadapi PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di Denpasar Bali dan harus tinggal di kamar kos-nya.

Kegiatan kuliah Alya di Universitas Udayana pun praktis hanya dilakukan melalui online. "Tapi sempat di awal corona, ada ricuh, karena ada dosen yang tetap mau menyelenggarakan kuliah praktikum tatap muka di kampus, tapi akhirnya karena ada keberatan dari orang tua mahasiswa, akhirnya semua kegiatan kampus dilakukan secara online," kata Nisya menceritakan adiknya, Alya.

Kini, setelah pemerintah Australia berhasil menerapkan lock down secara ketat dan efektif, tingkat penyebaran Covid-19 pun mulai terkendali. Maka, pada awal Mei 2020 ini, pemerintah mulai membuka karantina wilayah tersebut.

"Kampus juga sudah mengirim email, bahwa kuliah on line yang selama ini dilakukan, akan segera dijadwal kembali," kata Nisya gembira.

Ternyata, ada juga hikmah pandemi corona ini bagi Nisya, yaitu lamaran kerja yang dikirimnya saat lockdown, sesuai harapan. Karena setelah dinyatakan lulus, dia pun akan mulai menjalani probationary training tanggal 5 Mei 2020 mendatang di perusahaan berbasis IT lainnya yang lebih menjanjikan masa depannya.

Hikmah lainnya, selama lock down perempuan kelahiran Jakarta ini pun lebih banyak membaca dan menelaah ayat-ayat suci al Quran dan belajar bahasa Spanyol secara online.

"Tapi, lebaran Idul Fitri tahun ini, Nisya tidak bisa balik kampung berkumpul bersama keluarga di Sekupang Batam, seperti tahun-tahun lalu," kata Nisya, lirih.

Editor: Dardani