Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Inspirasi Energi Terbarukan dan Wahana Edukasi Alam di 'Kebun Kita' Wonosobo
Oleh : Redaksi
Senin | 10-02-2020 | 12:40 WIB
20200210_kebun-kita-1.jpg Honda-Batam
Ogeh saat merawat instalasi panel surya di rumahnya. Foto: Aninda Putri

BATAMTODAY.COM, Wonosoba - Suasana terang menghinggapi sekeliling rumah Pak Ogeh (38) di Dukuh Sruni, Dusun Jaraksari, Kecamatan Wonosobo, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Sebanyak 14 lampu yang bersinar terang ternyata bukan berasal dari energi fosil, melainkan berasal dari pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) sinar matahari berupa panel surya.

Bermodalkan dua lempeng pembangkit listrik tenaga surya yang dipasang diatas atap gudang sekaligus kandang kelinci milik 'Kebun Kita' itulah, solar panel tersebut telah lebih dari 6 tahun difungsikan, yakni sejak 2013.

Sinar terang lampunya, mampu menerangi tempat tinggal Ogeh yang juga menjadi kantor dari 'Kebun Kita'. Kebun Kita sendiri merupakan wahana bermain berbasis alam yang bertujuan mengedukasi masyarakat soal lingkungan.

Kesehariannya, Ogeh menggunakan rangkaian 2 lembar panel surya dengan daya 100 watt. Dari panel surya tersebut, kemudian dikonversi masuk ke pengontrol isi daya energi surya yang kemudian disalurkan ke inverter yang mengubah aliran listrik.

Untuk inverter, Ogeh menggunakan daya 900 watt. Baterai atau ACCU menggunakan ACCU mesin truk berdaya 75 mAh atau setara 75 Watt per ACCU, dengan total 4 accu yakni 600 Watt. Sedangkan kebutuhan listrik di rumahnya rata-rata membutuhkan daya berkisar antara 600 watt. Jaringan listrik panel surya tersebut saat ini sudah bisa mencukupi semua kebutuhan listrik di rumahnya.

Keindahan alam sekitar yang tak kalah menarik juga hadir menyeru di telinga. Deru air sungai terdengar jelas dari sepetak kebun dan bangunan rumah bertembok beton itu. Jarak sungai dengan rumah tersebut tak sampai 50 meter. Lokasinya hanya terpisah jalan raya yang lebarnya cukup untuk kendaraan roda 4 melintas berpapasan, serta sebidang sawah terasering.

Di sepetak kebun tersebut, pria yang memiliki nama asli Sugeng Sedulur itu kerap menggelar beragam kegiatan. Aktifitas bermain yang dilakukan berbasis alam, bersama anak-anak hingga orang dewasa di Kebun Kita. Istimewanya, sejak tahun 2013 lalu ia sudah menggunakan pembangkit listrik energi surya atau solar panel untuk menemani aktifitas berkemah, berkebun atau pun beternak setiap harinya.

Pria yang aktif mengajar Pramuka tersebut mengaplikasikan ilmunya untuk lebih optimal memelihara alam.

Itu berawal sejak dirinya ikut serta dalam kegiatan pecinta alam dan kerelawanan yang kerap bersinggungan langsung dengan alam bebas. Ogeh pun tergugah untuk menciptakan ruang bermain dan juga tempat tinggal yang ramah dengan lingkungan.

Saat listrik sulit masuk ke daerah yang kini ia tinggali. Dirinya memilih jalur alternatif dan memanfaatkan energi alam yakni energi matahari untuk dijadikan listrik.

"Dulu saya itu aktif jadi relawan sama teman-teman pecinta alam, terus jadi pembina pramuka. Nah kebetulan punya lahan kenapa enggak dimanfaatkan buat arena latihan kita. Waktu itu susah listrik masuk sini, akhirnya diakali milih pakai solar panel," ungkapnya.

Kebun dengan total luas lebih dari 2.000 meter persegi itu berada di areal perbukitan. Lahan tersebut lalu digunakan untuk arena bermain berbasis alam seperti berkebun, beternak, ditambah dengan fasilitas flying fox, jembatan tali, serta arena berkemah.

Didukung keadaan alam dengan rimbunnya pepohonan dan juga suhu udara sekitar kebun yang tak lebih dari 25 derajat celcius membuat suasana lebih segar dan sejuk.

Pusat Belajar Siswa

Lokasi 'Kebun Kita' tak jauh dari pusat Kabupaten Wonosobo. Yakni hanya 15 menit ke arah Kabupaten Banjarnegara jika ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua. Sekelompok anak Pramuka dari tingkat sekolah dasar hingga menengah atas kerap menyambangi arena out bond 'Kebun Kita' untuk belajar lebih dekat dengan alam.

Disela-sela kegiatan anak-anak juga mendapatkan ilmu baru dengan ada adanya penjelasan dan pemanfaatan energi surya. Dari solar panel itulah, Ogeh bisa menerangi sekeliling rumah dan arena bermain.

Ia tak segan untuk berbagi cerita dan ilmu kepada siapa pun yang singgah ke arena bermain miliknya. Ia menceritakan soal penggunaan energi surya. Selain ramah lingkungan tanpa menggantungkan listrik dari energi fosil dari PLN, dirinya mampu membuktikan pemanfaatan energi alam dinilai lebih ekonomis.

Ia mengaku awal mula membeli solar panel pada tahun 2013 silam dengan hanya merogoh kocek sebesar Rp4 juta. Sejak itu ia tak perlu lagi mengeluarkan uang untuk membayar listrik setiap bulannya hingga sekarang.

Dari segi perawatan, solar panel menurut Ogeh tidak membutuhkan penanganan khusus. Perawatan hanya dilakukan dengan cara membersihkan lapisan panel dengan cara dilap agar tidak ada debu yang menumpuk. Debu dibersihkan supaya tidak menghalangi sinar matahari yang masuk kedalam solar panel.

"Aku ceritakan ya, kalau energi alam pun bisa dimanfaatkan apalagi harganya lebih murah dibandingkan dengan listrik PLN," tuturnya.

Ia menilai pemanfaatan energi terbarukan yaitu surya solar panel tidak hanya murah dan ramah lingkungan. Namun, ia juga menganggap bahwa solar panel mampu memperindah pemandangan langit biru tanpa adanya kabel listrik yang membentang.

Tidak hanya memanfaatkan energi alam seperti matahari saja, Ogeh juga memiliki cita-cita memaksimalkan kekayaan alam yang ada di sekitar 'Kebun Kita' seperti sungai yang berada tepat di depan rumah. Mimpinya, ia ingin membangun kincir air untuk menghasilkan listrik dengan kapasitas daya yang lebih besar.

"Jadi ada cita-cita juga untuk memanfaatkan sungai depan itu untuk membuat kincir air, semoga saja bisa terwujud," harapnya.

Menggugah Pertanyaan

Pemanfaatan surya solar panel yang digunakan Ogeh selama hampir 6 tahun mampu menggelitik warga sekitar. Epik Cahyo (50) yang rumahnya berjarak hampir 3 kilometer dari 'Kebun Kita' mengaku takjub dan bertanya-bertanya dari mana listrik yang menerangi sekitar rumah milik sang empunya arena bermain tersebut.

Dirinya mengaku rumah tanpa kabel listrik tersebut yang dikelilingi oleh puluhan pepohonan dinilai cukup istimewa. Dia ingin meniru, namun, terkendala dengan modal untuk membeli solar panel dan minimnya pengetahuan mengoperasikan solar panel yang dianggap tidak praktis.

"Ingin menggunakan solar panel, tapi karena listrik PLN lebih praktis ya sudah pakai ini saja dulu," ungkapnya.

Provinsi Jawa Tengah sendiri memiliki potensi energi baru terbarukan (EBT) yang sangat melimpah dimulai dari energi matahari yang tersebar di seluruh wilayah Jawa Tengah. Energi panas bumi di sejumlah wilayah seperti di Pegunungan Dieng, Baturaden, Purwokerto dan Ungaran, kemudian pemanfaatan energi angin di wilayah pantai selatan dan juga air untuk dijadikan mikrohidro di daerah pedesaan.

Sementara itu target bauran energi dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) mencapai 17 persen pada 2025.

Sesuai arahan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), bauran Energi Baru dan Terbarukan (EBT) pada 2025 mencapai 23 persen untuk Indonesia dan Jawa Tengah ditargetkan mampu menyumbang 17 persen mengingat tingginya potensi EBT yang ada. Untuk mencapai target itu, Pemprov Jateng mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2018 tentang Rencana Umum Energi Daerah (RUED).

Editor: Yudha
Sumber: mongabay.co.id