Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Catatan Film Hayya, The Power of Love 2

Hayya Pulang ke Rumah...
Oleh : Saibansah
Sabtu | 21-09-2019 | 15:04 WIB
nobar-hayya-bersama-keluarga.jpg Honda-Batam
Antusiasme masyarakat Indonesia menonton Hayya, diprediksi akan tembus satu juta penonton. (Foto: Ist)

HARI pertama pemutaran Film Hayya: The Power of Love 2, pada 19 September 2019, berhasil menyedot 93.276 penonton di Indonesia. Wow! Ditemani istri, saya nonton Hayya, hari kedua di XXI Mega Mall Batam Center. Bagaimana antusiasme penontonnya? Berikut catatan wartawan BATAMTODAY.COM, Saibansah.

HAYYA, gadis Palestina, lima tahun, diperankan sangat baik oleh Amna Hasanah Sahab. Actingnya natural, termasuk saat mempraktikkan dirinya masuk ke dalam koper Rahmat, yang diperankan Fauzi Baadila. Koper Rahmat itulah yang membawa Hayya sampai ke Indonesia.

Lalu, kisah petualangan Hayya di Indonesia pun mulai mengalir. Sampai dengan masuknya sejumlah tokoh ke dalam alur cerita. Mereka dimasukkan oleh sang sutradara dengan cara casting. Ya, casting menjadi babby sitter, pengasuh Hayya. Karena Rahmat harus tetap bekerja sebagai wartawan, berangkat pagi pulang malam. Sedangkan Rahmat tinggal sendirian.

Beberapa kandidat muncul, semua mirip-mirip dengan nama tokoh populer di Indonesia. Mulai dari yang mirip Inces Syahrini, namanya Inces Rini, mirip muballighoh kondang, Mama Dede, namanya Mama Adeh, bahkan ada yang mirip dengan suster ngesot.

Tapi, dari semua yang mirip-mirip itu, ada satu kandidat yang asli, original. Ria Ricis. Adik kandung Oki Setiana Dewi, selebriti yang kini memilih jalan hidup sebagai ustadzah dan produser Film Hayya: The Power of Love 2.

Film berdurasi 101 menit ini mengambil latar belakang di Indonesia dan Palestina. Film ini mengangkat tema kemanusiaan dan menceritakan cinta terhadap sesama manusia, terutama di negeri Palestina yang terus menerus didera konfik berkepanjangan.

Rahmat, wartawan idealis, memutuskan untuk menjadi relawan kemanusiaan di camp pengungsian perbatasan Palestina-Israel. Saat bertugas menjadi relawan kemanusiaan itulah, Rahmat menemukan Hayya tergeletak di antara desingan peluru dan bom tentara Israel.

Rahmat menyelamatkannya, menggendong Hayya lari ke camp pengungsi. Sampai di situ, adegan di Palestina. Rahmat pun berpaminan dengan Hayya, besok akan pulang kembali ke Indonesia. Karena bapaknya, menelpon, memintanya pulang untuk segera menikahi Yasnah.

Satu-satunya dialog Rahmat dalam bahasa Arab, disampaikannya saat berpamitan dengan Hayya. "Besok paman akan pulang kembali ke Indonesia." Lalu, dijawab Hayya dengan fasih dalam bahasa ibunya. Selebihnya, dialog dalam bahasa Arab dilakukan oleh tokoh "stuntman".

Film ini mencoba mengaduk-aduk emosi penonton, melalui acting Amna Hasanah Sahab sebagai Hayya. Agar film tak mengalir bak film 'kejamnya ibu tiri', kehadiran Ria Ricis, dengan dealek Melayu khasnya, mencairkan suasana, sekaligus memancing marah. Karena ulah teledor Ricis, Hayya hampir hilang.

Secara keseluruhan, Hayya telah berhasil mengisi kekosongan ruang pecinta film Indonesia akan pesan-pesan kemanusiaan. Ya, nasib rakyat Palestina yang terus menerus didera perang, sepanjang tahun. Berangkat dari kecintaan pada film Indonesia dan rasa empati pada nasib saudara-saudara di Palestina, masyarakat Indonesia antusias menonton Hayya: The Power of Love 2.

Di Batam, penonton Hayya juga sama seperti di kota lain di Indonesia, antusias. "Kemarin penuh penontonnya pak," ujar Noviana, penjaga pintu Studio 1 XXI Mega Mall, saat pemutaran Hayya pada hari kedua.

Di Batam, Film Hayya seperti pulang ke rumah. Karena sang sutradara, Oki Setiana Dewi dan Ria Ricis adalah budak (anak) Batam. Dan Hayya dalam film yang berakhir sad ending itu pun, harus pulang ke negerinya, Palestina. Bye Hayya.

Editor: Dardani