Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pengembangan SDM Berkualitas Industri Aviasi, Harapan Pemerintah Pusat Terwujud di Batam
Oleh : Nando Sirait
Kamis | 15-08-2019 | 09:16 WIB
kerjasama-lion-dan-garuda.jpg Honda-Batam
Joint Venture yang dilakukan dua maskapai raksasa di Indonesia, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, dengan Lion Air Group. (Nando)

BATAMTODAY.COM, Batam - Mimpi dan harapan pemerintah pusat dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) berkualitas bagi industri aviasi atau penerbangan, akhirnya terwujud sejalan dengan joint venture yang dilakukan dua maskapai raksasa di Indonesia, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dengan Lion Air Group.

Adapun perjanjian kerjasama yang kedua perusahaan ini, tidak hanya berjalan di bidang pengembangan maintenance, repair, overhaul (MRO) pesawat. Namun juga sektor pengembangan SDM. Kerjasama ini diwujudkan oleh PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMFI) dan Lion Batam Aero Technic (BAT), anak perusahaan dari masing-masing maskapai.

Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian RI, Darmin Nasution, menyambut baik kerjasama yang terjalin antara Lion Air Group dan Garuda Indonesia Group di Batam. Pengembangan industri ini, sebenarnya mereka sudah mulai dibahas 3 atau 4 tahun lalu.

Kala itu, pemerintah menantang perusahaan penerbangan di Indonesia supaya bermain di skala regional Asia untuk industri perawatan pesawat. "Kalau kelas nasional saja, nggak usah. Kalau berani, kelasnya regional," ujar Darmin menjelaskan tantangan yang diberikan, Rabu (15/8/2019).

Darmin menambahkan, untuk dapat masuk ke skala regional, memang membutuhkan kerjasama dari masing-masing maskapai dalam negeri.

"Dan hari ini adalah perwujudan dari yang kita harapkan sejak beberapa tahun lalu," ujarnya.

Menurutnya, MRO juga sebagai suatu keniscayaan dalam pengembangan industri aviasi. Karena biaya paling besar dari pengembangan maskapai pesawat, hampir 60 persen berasal dari biaya operasional. Diantaranya biaya avtur, sewa pesawat dan lain sebagainya. Baru kedua, biaya perawatan atau maintenance.

Darmin bilang dari capaian saat ini, Garuda hanya mampu menangani 30-35 persen saja untuk perawatan pesawat di Indonesia. Selebihnya, beralih ke luar negeri, paling dekat ke Singapura.

"Kita tidak ingin itu berkelanjutan. Makanya sangat penting dan kita sambut gembira atas kesepakatan yang ditandatangani hari ini. Kita percaya itu akan segera terwujud," kata Darmin.

Di sisi lain, Darmin juga mengingatkan di MRO ini juga perlu tenaga terdidik. Ia mendukung dibentuknya sekolah vokasi di bidang perawatan pesawat di Batam yakni Kirana Angkasa Politeknik. Kirana Angkasa Politeknik sendiri pada Rabu itu juga telah menjalin kerjasama. Setidaknya dengan 17 sekolah tinggi dan politeknik di Indonesia, terkait tenaga pendidik.

"Tak bisa sekolah saja, pengajarnya juga harus ada dulu. Karena dia yang akan mengajarkan ke peserta didik. Kalau pendidikannya D3, kita minta yang bisa dibangun bukan hanya di D-I, DII, SMK juga bisa dibangun," ujarnya.

Dengan begitu harapannya, anak-anak Batam dan sekitarnya, termasuk generasi muda Indonesia yang kini menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia, bisa dididik di sekolah itu, dan dijadikan SDM yang handal di bidang industri aviasi.

"Ini adalah industri yang high tech. Kita apresiasi pak Rusdi Kirana dengan Lion Air Group dan Garuda, sehingga pendidikan vokasi bisa terwujud di bidang ini di Batam," kata Darmin.

Tentunya, dari pemerintah tak berdiam diri begitu saja. Darmin bilang, pemerintah juga akan berkorban dari sisi regulasi. Supaya terjamin kelangsungan industri pesawat di Indonesia, dan industri ini juga bisa bersaing dengan negara-negara lainnya, khususnya di regional Asia.

"Untuk kebijakannya, kita sedang selesaikan untuk jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang," ujarnya.

Hal serupa disampaikan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi. Ia mengatakan pemerintah tentu menyambut baik dan akan mendukung penuh kerjasama yang dijalin antara Lion Air Group dan Garuda Indonesia Group.

Ditambakan, dalam industri aviasi ada tiga hal yang memang menjadi cost utama. Pertama adalah avtur, kedua sewa pesawat dan ketiga MRO. Karena itu kerjasama yang dibangun ini menjadi langkah yang baik bagi Indonesia, dengan demikan devisa yang selama ini dibuang ke negara-negara tentangga kompetitor bisa lebih dihemat.

"Saya sangat senang sekali, pemerintah sudah pasti akan medukung kerjasama ini. Keduanya memang dua pemain besar yang menguasai industri penerbangan di Indonesia," kata Budi.

Pemerintah lanjutnya, saat ini juga tengah berupa bagaimana bisa menekan harga avtur, salah satunya dengan cara memanfaatkan Crude Palm Oil (CPO) kelapa sawit. Dan hal ini sudah dibahas di dalam ratas di Jakarta. Dimana satu sisi bisa juga menyelesaikan masalah CPO dan sisi lain bisa menekan harga avtur.

"CPO ini ternyata bisa diolah dengan menggunakan teknologi yang menghasilkan avtur dan ini masih kita bahas bersama," pungkasnya.

Editor: Chandra