Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pembangkit Listrik Tenaga Air

Kemenlu Sarankan RI Manfaatkan Pasar LN
Oleh : ocep
Senin | 19-03-2012 | 19:18 WIB

BATAM, batamtoday - Kementerian Luar Negeri Indonesia menilai Indonesia harus membuat langkah memanfaatkan peluang pasar luar negeri di bidang energi di kawasan ASEAN atau Asia Pasifik.

Siswo Pramono, Kapus Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Asia Pasifik (Aspasaf), Kementerian Luar Negeri mengatakan langkah membuka pintu masuk pasar luar negeri itu sudah dilakukan oleh Papua Nuigini yang berhasil menggaet pasar Queensland di Australia.

"Indonesia harus memanfaatkan pasar luar negeri, contohnya PNG-Queensland sudah berhasil, 2019 sudah commissioning, ini sudah dijalankan " ujarnya di Batam, Senin (19/3/2012).

PNG dan Queensland, kata dia, bekerjasama membuat energi listrik dari Hydropower dengan kapasitas 1.800 MW dari 11.000 potensi maksimal.

Dari hydropower itu, 600 MW diberikan untuk pasar PNG dan 1.200 MW untuk pasar Queensland dengan menggunakan kabel transmisi kabel bawah laut. Rencana ini dilakukan sejak 2011 lalu dan 2019 akan direalisasikan.

"Kerjasama itu perpaduan yang indah, mereka saling membutuhkan," katanya.

Ia menambahkan Kemenlu sudah mempelajari peluang Hydropower di Asia Tenggara yang bisa mendukung konektifitas ASEAN yang sedang disusun untuk membantu ASEAN Community pada 2015.

Kemenlu mempelajari peluang Hydropower di Sarawak, Bakun, Cekungan Mekong, Borneo, Memberamo dan Urmuka untuk mengantisipasi kebutuhan energi di ASEAN yang ditakutkan tumbuh lebih cepat daripada pergerakan pasarnya dan juga sebagai salah satu pilar penting dalam membentuk Konektifitas ASEAN sekaligus mendukung industri.

"Ekonomi akan juga semakin membaik jika ini bisa dilakukan," ujarnya.

Direktur ASEAN Connectivity pada ASEAN Secretariat Lim Chze Cheen mengatakan berdasarkan Asia Development Bank Institute mulai 2006 hingga 2015 proyek infrastruktur kelistrikan di ASEAN membutuhkan dana total sekitar US$216 billion.

Dana itu termasuk untuk menambah daya listrik baru sebesar US$170,3 bilyar dan untuk biaya pemeliharan sebesar US$46 bilyar.