Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Rakyat Bersatu Pasca Pemilu 2019, Indonesia Maju!
Oleh : Redaksi
Sabtu | 20-04-2019 | 19:16 WIB
ilusrtasi-persatuan1.jpg Honda-Batam
Ilustrasi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. (Foto: Ist)

Oleh Dwi Kurniawan

PADA Pemilu 2019 ini ada 193 juta orang Indonesia yang telah memilih presiden, wakil presiden, dan anggota legislatif di seluruh negeri. Lima kertas suara yang berbeda yang diberikan kepada para pemilih di Indonesia telah dilaksanakan dengan baik melalui pergi di tempat pemungutan suara dengan riang gembira.

 

Adapun ke lima suara tersebutv adalah : abu-abu untuk presiden dan wakil presiden, kuning untuk Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), merah untuk Dewan Perwakilan Daerah (DPD), biru untuk DPRD provinsi, dan hijau untuk DPRD kabupaten atau kota menjadikan Indonesia sebagai negara dengan salah satu pemilu terbesar dan terumit di dunia.

Maka tak ayal, dalam moment besar Pemilu yang terjadi tahun ini terasa sangat dinamis dan seru, hingga hubungan persaudaraan dan pertemanan yang terjalin puluhan tahun bisa menjadi retak dan hambar karena pertarungan pasangan politik yang didukungnya begitu keras dan masing-masing orang membela kandidatnya dalam pemilihan umum 2019 ini bahkan tanpa rasional sekalipun. Terlebih jika di bumbui dan dikompori dengan berita-berita hoax dan fitnah.

Menjelang digelarnya Pemilu 2019 kemarin, kita melihat banyak kegaduhan, baik di dunia nyata maupun dunia maya. Pemandangan seperti itu membuat beberapa kalangan menjadi muak sehingga mereka memutuskan untuk Golput. Salah satu alasan yang membuat banyak kalangan mengaku golput adalah karena muaknya mereka melihat berbagai pertikaian dan perkelahian di sekeliling mereka. Padahal kemauan dan kemampuan berpartisipasi berasal dari dalam diri sendiri masyarakat tersebut sangatlah dibutuhkan karena satu suara sangtlah berarti.

Namun, untungnya Pemilu 2019 ini telah berlangsung relatif aman. Provokasi Kerusuhan dan intimidasi yang banyak di bayangkan dan menghantui tidak terjadi dikarenakan pihak pennyelenggara Pemilu dan aparat keamanan sigap mengantisipasi kemungkinan tersebut.

Amuk massa hakikatnya bukan karakter bangsa kita yang justru terkenal santun, gotong royong, dan ramah, seperti terpantul dari seluruh sila dalam ideologi negara dalam lambang Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Kenyataan ini membuat kita seharusnya berterimakasih kepada seluruh masyarakat.

Karena, dengan kesadaran tinggi telah memposisikan Pemilu 2019 sebagai jalan demokrasi yang bermartabat guna melanjutkan kepemimpinan nasional serta keberlangsungan pembangunan nasional menuju kemajuan bangsa. Realitas ini merupakan bukti bahwa rakyat semakin dewasa dalam berdemokrasi.

Namun, ada salah satu pekerjaan rumah yang harus benar-benar kita selesaikan setelah sempat terpecah-belah selama masa kampanye, yakni kembali bersatu demi mewujudkan Indonesia yang lebih maju lagi di masa depan agar disegani bangsa lain, sebab negeri ini tidak akan maju jika seluruh rakyat enggan untuk bersatu pasca Pemilu 2019 ini.

Untuk itulah sikap dan tauladan para pemimpin politik di perlukan dan bukan malah membuat situasi yang justru membingungkan rakyat. Semua pihak haruslah berjiwa besar dan siap untuk menang atau kalah. Yang menang jangan jumawa dan yang kalah legowo.

Berdasarkan hasil quick count berbagai lembaga survei yang mengunggulkan pasangan calon nomor urut 01 itu sebagai pemenang pemilihan presiden 2019. Sampai pada waktunya rekapitulasi suara secara resmi diumumkan Komisi Pemilihan Umum. Sementara di kubu 02 sedang melakukan politik membangun persepsi publik, bahwa mereka lah pemenang pilpres.

Mereka membuat manuver agar masyarakat tidak percaya terhadap lembaga survei. Sebelumnya, calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto tiga kali mendeklarasikan kemenangannya dalam pilpres 2019. Untuk itu sebaiknya semua pihak bersabar menunggu keputusan resmi KPU dengan tidak membangun persepsi di publik yang justru akan meprovokasi massa.

Pendekatan hitung cepat quick count merupakan metode pengetahuan yang telah teruji diberbagai penyelenggaraan Pemilu di beberapa negara. Karena apa jadinya jika metode tersebut tidak dilakukan dan justru memberi peluang kepada pihak-pihak tertentu untuk melakukan kecurangan, dan rakyat pemilih di buat gelap sepanjang menunggu hasil resminya.

Namun demikian tetaplah bersabar untuk menunggu hasil keputusan resmi KPU. yang harus dibangun saat ini adalah menyatukan kembali semua elemen masyarakat pasca Pemilu sambil menunggu hasil resmi.*

Penulis adalah Netizen Bogor, Alumni Universitas Ibnu Kholdun