Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Strategi Jokowi Modernisasi Peralatan Pertanian
Oleh : Redaksi
Kamis | 11-04-2019 | 19:16 WIB
perlatan-pertanian.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Peralatan pertanian modern. (Foto; Ist)

Oleh Adi Ginanjar

PERTANIAN merupakan salah satu sektor penting demi terwujudnya swasembada pangan, di era serba modern ini. Peralatan pertanian tentu perlu dimodernisasi agar dapat meningkatkan kualitas produksinya.

Dalam kesempatan berkunjung ke Sragen dalam rangka silaturahmi dengan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dan perkumpulan penggilingan padi dan pengusaha beras Indonesia (Perpadi), Capres nomor urut 01 mengingatkan kepada para pemilik penggilingan padi agar memodernisasi alat pertanian agar kualitas produksi meningkat.

Jokowi tiba di GOR pukul 09.50 WIB dengan mengenakan baju putih lengan panjang dan tampak ditemani Ibu Negara Iriana Jokowi. Ia juga didampingi Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Kapolda Jatang Condro Kirono, dan Pangdam IV Diponegoro Mohammad Efendi.

Dalam kunjungan tersebut, Jokowi bersilaturahmi dengan para pelaku usaha di bidang pertanian asal Jawa Tengah. Mereka juga berdialog mengenai pupuk hingga mesin-mesin produksi.

Jokowi menginginkan agar para pemilik penggilingan padi memiliki mesin pengering atau dryer. “Dari saya kecil di desa sampai sekarang saya lihat kalau habis panen pasti dijereng di jalan – jalan,” terang Jokowi.

Mantan Walikota Solo tersebut menilai bahwa cara tradisional itu sudah dilakukan berpuluh-puluh tahun. Kini saatnya para pelaku usaha di sektor pertaniian mengubah pola menjadi modern.

“Kalau kita tidak mengikuti, tidak mengubah diri dari yang pola – pola lama menjadi pola-pola yang baru, akan ditinggal negara lain,” ujar Jokowi.

Jokowi juga meminta agar Perpadi melengkapi penggilingan padi anggotanya dengan alat pengering yang bisa digunakan baik untuk gabah maupun jagung. Karena jika hanya mangandalkan cara manual akan menurunkan kualitas padi maupun jagung dan mengganggu produksi.

Dalam silaturahmi tersebut, salah satu warga mengaku dihadapan Jokowi terkait kendala masalah pembiayaan untuk membeli mesin baru. Jokowi lalu menjanjikan akan mengumpulkan para pelaku usaha pertanian di istana setelah Pilpres nanti.

Jokowi berencana mempertemukan mereka dengan pihak perbankan agar diberi kemudahan dalam memperbarui mesin produksi. “Ini bukan hanya untuk urusan padi, tetapi juga jagung bermasalah, kulitas turun gara-gara tidak masuk ke dryer,” ujarnya.

Selain dryer, Jokowi juga ingin setiap tempat penggilingan padi memiliki alat pengemasan. “Nanti setiap kecamatan bisa membuat merek sendiri dan dikual dengan harga lebih baik,” Tukasnya.

Joko Widodo turut memberikan penjelasan bahwa kemasan yang baik, akan membuat produk pertanian memiliki merek yang bisa mengangkat nama daerah masing-masing.

Dalam kesempatan tersebut, Jokowi juga sempat mengatakan bahwa dirinya tidak ingin Indonesia kalah dengan negara yang ada di Asia Tenggara. “Kalau kita diam tidak mau mengubah, kita bisa kalah dengan Laos, kalah dengan Kamboja,” Imbuhnya.

“Kita ini ke depan menghadapi sebuah perubahan dunia, perubahan global yang sangat cepat sekali. Kalau kita tidak bisa mengikuti, tidak mengubah diri dari pola lama ke pola yang baru ya akan ditinggal negara – negara lain. “

Mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut juga meminta agar Perpadi memiliki alat packaging agar produk beras petani memiliki harga jual tinggi.

“Jadi begitu selesai digiling bisa langsung dijual. Dikemas yang bagus dikasih merk biar konsumen bisa mengenali,” ujar Jokowi diiringi tepuk tangan para hadirin.

Pada era kepemimpinan Jokowi, pembangunan infrastruktur untuk menunjang sektor pertanian telah dilakukan dari tahun 2014 hingga saat ini, seperti pembangunan irigasi, bendungan serta embung. Pengucuran dana desa telah dipakai untuk membuat 1.971 unit embung. Modernisasi alat – alat pertanian juga menjadi concern bagi pemerintahan di bawah naungan Jokowi.

Jokowi menegaskan bahwa untuk memajukan sektor pertanian Indonesia. Dibutuhkan pola pikir dari para pelaku pertanian. Oleh karena itu dirinya juga meminta kepada para pelaku untuk mulai mengalihkan perhatiannya pada nilai tambah yang bisa didapatkan pasca panen.

Modernisasi pertanian juga memiliki dampak terhadap peningkatan ekspor pertanian. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), selama periode 2015 – 2018, tercatat total nilai ekspor pertanian mencapai Rp 1,764 triliun. Bahkan pada tahun 2018, nilai ekspor meningkat 29,7 persen hingga mencapai Rp 499,3 triliun.

Hal ini tentu menunjukkan bahwa Indonesia sebagai negara agraris, tentu memerlukan modernisasi pertanian agar dapat menghasilkan hasil pertanian yang mampu bersaing dengan produk lain.*

Kontributor Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia (LSISI)