Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Skuad Timnas Indonesia U-16 Mulai Kena Sindrom Bintang
Oleh : Redaksi
Jumat | 28-09-2018 | 16:16 WIB
timnas-u16-1.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Timnas Indonesia U-16. (Foto: CNN Indonesia)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Beberapa pemain Timnas Indonesia U-16 diakui pelatih Fakhri Husaini sudah terjangkit star syndrome atau merasa menjadi bintang lantaran puja-puji dari media dan media sosial.

Keberhasilan Timnas Indonesia U-16 meraih gelar juara dan terpaan media baik siaran langsung maupun beragam berita serta pengaruh media sosial juga mengerek popularitas para pemain Garuda Asia.

Jumlah pengikut para pemain Timnas Indonesia U-16 di Instagram sudah amat banyak, beberapa pemain tertentu bahkan sudah memiliki followers sebanyak ratusan ribu.

Fakhri menyadari ketenaran anak asuhnya tidak bisa dihindari karena keberadaan media konvensional maupun media sosial yang sudah menjangkau anak-anak seumuran Andre Oktaviansyah dan kawan-kawan.

Pelatih yang sudah menekuni dunia lapangan hijau sejak tahun 1980-an itu bahkan sudah mencium ada pemain-pemainnya yang mulai terjangkit sindrom kebintangan lantaran merasa terkenal dan merasa hebat di lapangan.

"Kami punya cara [untuk menanggulangi star syndrome], mulai cara tanpa ada tekanan termasuk cara yang lebih tegas jika tidak bisa diatasi dengan cara yang lebih lembut. Saya sudah beberapa kali mendapati beberapa pemain di tim ini yang star syndrome," kata Fakhri usai memimpin latihan Jumat (28/9/2018) di lapangan Persada Plus.

"Berkali-kali saya sampaikan, Indonesia sudah terlalu banyak kehilangan pemain muda, pemain bola berbakat. Karena apa? Tulisan di media lebih hebat daripada penampilannya. Kalau mau memuji anak-anak ini jangan terlalu berlebihan. Mereka calon bintang tapi belum jadi bintang," sambungnya.

Hal yang kerap dilakukan oleh Fakhri dan ofisial tim untuk menggugurkan rasa diri yang menonjol adalah mengingatkan kebersamaan dan kekompakan. Salah satu cara yang dipilih adalah pembatasan penggunaan telepon genggam dalam durasi setengah jam hingga dua jam per hari tergantung situasi dan kondisi.

Fakhri juga menyadari menjadi pelatih untuk usia belia memiliki tanggung jawab yang besar karena harus membimbing bakat-bakat muda di dalam lapangan sembari membentuk perilaku yang santun di luar lapangan.

Pelatih berlisensi A AFC itu menegaskan pendidikan sepak bola usia muda tidak hanya melulu membicarakan aspek teknis di dalam lapangan lantaran ada pembentukan batin dan watak manusia.

"Saya tidak melarang mereka jadi bintang, tapi mereka saat ini belum jadi bintang, tak ada satu pun yang jadi bintang di sini. Ini mereka [pemain Timnas Indonesia U-16], kalau kami salah urus di sini, ke atasnya [di tim yang senior] juga makin salah."

"Dasarnya harus kuat di sini, bukan hanya dasar fisik, teknik, dan taktik tapi aspek mental juga. Saya enggak kebayang kalau mereka itu kami kelola tanpa kontrol yang kuat, saya enggak kebayang akan jadi apa mereka. Tugas saya bukan hanya menjadikan mereka pemain bola yang hebat dari aspek teknik, taktik, fisik. Kalau mentalnya berengsek ya saya anggap diri saya gagal," ujar Fakhri.

Sumber: CNN Indonesia
Editor: Yudha