Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Budi Waseso Tegaskan Tak Tolelir Spekulan Komoditas Beras
Oleh : Redaksi
Senin | 24-09-2018 | 14:52 WIB
buwas11.jpg Honda-Batam
Direktur Utama Perum Badan Usaha Logistik (Bulog) Budi Waseso alias Buwas. (Foto: iNews.id)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Direktur Utama Perum Badan Usaha Logistik (Bulog) Budi Waseso alias Buwas menegaskan bahwa ia tak akan menolerir siapapun yang hendak mempermainkan komoditas beras sehingga mengganggu harga di pasaran. Terlebih dia mengklaim punya jaringan kuat di lapangan selama sebelumnya menjadi Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri.

"Saya ini mantan Kabareskrim (Kepala Badan Reserse Kriminal), saya punya jaringan. Jangan main-main sama saya," kata Buwas dalam acara Roundtable Ketahanan Pangan Nasional yang diadakan Komite Tetap Ketahanan Pangan Kadin di Menara Kadin, Jakarta Selatan, Senin (24/9/2018).

Sebelum menjadi Dirut Perum Bulog, Buwas memang sebelumnya menjadi Kabareskrim dari 16 Januari 2015 hingga 7 September 2015. Di tengah masa jabatan, lulusan Akademi Kepolisian 1984 ini diangkat menjadi Kepala Badan Narkotika Nasional hingga hingga akhirnya pensiun dari Polri pada Februari 2018 dengan jabatan terakhir Komisaris Jenderal.

Buwas mengatakan dirinya sudah mengerti permainan beras di pasaran berdasarkan pengalamannya menangani kasus serupa saat menjadi aparat kepolisian. Hanya saja saat ini, dirinya tidak ingin menimbulkan kegaduhan dengan mengungkapnya terang-terangan. "Saya kan gak mau bikin rame. Tapi kalau saya ditantang, saya buka benar-benar," ujarnya.

Ancaman ini disampaikan Buwas di tengah polemik impor beras yang terjadi beberapa hari terakhir. Pemerintah memutuskan kuota impor tahun ini mencapai 2 juta ton pada April 2018 untuk menjaga stok dan mengendalikan harga di pasaran hingga akhir tahun. Akan tetapi, Buwas mengatakan stok beras cukup sampai Juli 2019 dan tak akan ada penambahan lagi.

Sebabnya, kata Buwas, persoalan harga beras di pasar tidak melulu disebabkan oleh berkurangnya suplai atau meningkatkan permintaan. "Memang berpengaruh tapi gak mutlak, begitu lo."

Menurut dia, penyebab lain juga muncul dari adanya permainan dari para pelaku distribusi beras. Salah satu contoh permainan yang terjadi yaitu adanya praktik merubah beras jenis medium menjadi premium dengan zat pemutih tertentu. Praktik ini tentunya bisa membuat terjadinya perubahan harga akhir di pasaran.

"Jadi bongkar jaringan narkotika saja saya berhasil, apalagi bongkar ini yang sudah telanjang mata," kata Budi Waseso.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman sebelumnya menegaskan bahwa saat ini cadangan pangan Indonesia aman. Bahkan, kata Amran, investasi dari bidang pertanian meningkat dari Rp23 triliun menjadi Rp40 triliun per tahun.

"Sekarang ketahanan pangan aman, masyarakat Indonesia tenang, posisi aman," ucap Amran saat membuka Spektahorti 2018 di Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Kamis (20/9/2018).

Selain itu, Kementerian Pertanian mendata ada 2 juta hektare lahan sawah yang belum panen. Sayangnya Amran tak merinci data produksi panen serta cadangan yang dimiliki Kementerian Pertanian. "Kami sekarang fokus ekspor agar petani sejahtera, devisa meningkat, negara kuat," ujarnya menanggapi kirsuh soal impor beras antara bos Bulog Budi Waseso dan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita.

Sumber: Tempo.com
Editor: Yudha