Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Ini 8 Fakta Unik Perburuan Paus Sperma di Lembata NTT yang Mesti Diketahui
Oleh : Redaksi
Kamis | 10-05-2018 | 10:04 WIB
berburu-paus.jpg Honda-Batam
Perburuan ikan paus di Lamalera (Sumber foto: TEMPO)

BATAMTODAY.COM, Lembata - Pemburuan paus sperma (sperm whale) di Lembata, Nusa Tenggara Timur, sudah dikenal masyarakat dunia dan menjadi tontonan. Sebanyak 1.723 wisatawan mancanegara atau wisman pada 2017 mengunjungi Lembata, salah satunya, untuk menyaksikan aktivitas pemburuan hewan laut tersebut.

Pemburuan dilakukan oleh masyarakat pesisir di Desa Lamalera, Kecamatan Wulandoni, saat musim migrasi paus, dan telah menjadi ritus tahunan. Orang lokal memercayainya sebagai sebuah ritual.

Bila Anda ingin mengunjungi Lembata untuk menyaksikannya, berikut ini fakta-fakta menarik yang sebaiknya diketahui. Fakta-fakta tersebut diungkapkan oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lembata Apolonaris Mayan saat temu wartawan di kantor Kementerian Pariwisata.

1. Jumlah paus yang diburu

Sejumlah pihak, seperti World Wide Fund of Nature (WWF) serta Kementerian Kelautan dan Perikanan, pernah menyoriti aktivitas ini lantaran dianggap berpotensi menyebabkan kepunahan. Namun Kadisbudpar Lembata Apolo mengatakan tak semua paus menjadi perburuan.

Masyarakat hanya akan menangkap paus sperma dengan jumlah terbatas. "Kami hanya menangkap 1-2 paus setiap kali pemburuan," katanya.

2. Jenis yang diburu

Selain membatasi jumlah pemburuan paus, masyarakat juga menangkap jenis tertentu, yakni paus sperma. Mereka tak memburu paus biru atau blue whale yang ikut bermigrasi bersama paus sperma. Sebab, jumlah paus biru terbatas.

Masyarakat juga tak menangkap paus yang sedang hamil. "Mereka tahu mana paus yang sebaiknya diburu dan tidak," ujar Kadispar.

3. Masa pemburuan

Pemburuan paus dilakukan pada masa-masa tertentu. Biasanya dimulai pada Mei dan diakhiri pada Oktober. Masa ini diyakini sebagai periode paus bermigrasi dari Kutub Utara menuju Kutub Selatan, melewati laut Lembata.

Masyarakat pun akan memburu paus saat itu. Namun, hanya pada saat bulan "tenggelam", bukan saat purnama. Pada keadaan bulan gelap, keadaan air laut lebih tenang dan minim gelombang."Masyarakat bisa menandai kalau ada paus lewat. Mereka akan peka dengan semburan paus," kata Apolonaris.

Paus sperma tidur berdiri. Kredit: Stephane Granzotto/National Geographic

4. Dimulai dengan ritual

Pemburuan paus akan dimulai dengan upacara khusus yang melibatkan batu paus. Batu paus ini terdapat di pesisir Lembata. Pada ritual tersebut, masyarakat akan meminta restu pada leluhur.

Masyarakat yang mayoritas beragama Katolik juga akan menggelar misa atau ibadah untuk mengawali pemburuan. Misa dilakukan guna meminta keselamatan pada Sang Pencipta. Upacara adat itu dilakukan pada 29 April sampai 1 Mei.

5. Cara berburu

Warga menggunakan perahu tradisional untuk berburu. Mereka menggunakan peralatan sangat tradisional, seperti tombak kayu dan tali. Penduduk setempat juga menghindari penggunaan jala. Cara berburu ini diadaptasi secara turun-temurun dari para pendulu untuk menghindari dampak kerusakan biota laut.

6. Wisatawan harus menunggu

Pemburuan paus tidak dilakukan setiap hari. Untuk menyaksikannya, wisatawan harus sabar menunggu. Sebab, tak ada patokan khusus, semisal tanggal pemburuan. Namun wisatawan bisa menandainya dengan periode bulan gelap. Selagi menunggu, pelancong bisa menikmati wisata Lembata lainnya, misalnya wisata pantai atau gunung yang tak jauh dari pusat kota.

7. Alasan memburu

Masyarakat Lembata memburu paus karena alasan ekonomi. "Pada dasarnya di Lembata, masyarakat tak punya kekayaan lain selain laut. Mereka tidak bisa bertahan hidup dengan bertani," kata Apolonaris. Sebab, keadaan tanah yang kurang subur tak memungkinkan penduduk bercocok tanam.

Salah satu kekayaannya adalah bahari. Mereka menyebut laut sebagai pemberian. Adapun paus, yang termasuk di dalamnya, juga dianggap sebagai rezeki. Meski disebut pemberian, mereka tak semerta-merta mengeksploitasinya. Penduduk lokal tetap mempertimbangkan aspek keseimbangan ekosistem.

8. Dibagi rata

Hasil buruan paus akan dipotong-potong dan dibagi rata untuk warga setempat. Khususnya untuk janda dan yatim-piatu. "Juga untuk mereka yang menikam atau yang berburu," katanya. Daging paus akan dibarterkan ke pasar-pasar tradisional.

Sumber: Tempo.co
Editor: Udin