Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Ganti Rugi Rp 8 Juta Hanya Janji Semata

Roy Dianiaya 5 OTK, Rumah Pun Sekejap Langsung Rata dengan Tanah
Oleh : Irwan Hirzal
Kamis | 03-05-2018 | 09:28 WIB
penggusuran-batuaji12.gif Honda-Batam
Penggusuran di kawasan Pasir Putih Batuaji, Kota Batam (Foto: dok.batamtoday.com)

BATAMTODAY.COM, Batam - Roy Martin Sipahutar(38), salah satu korban penggusuran di Kampung Sei Binti, Sagulung, ternyata belum menerima ganti rugi pihak pengembang PT Anugerah Sentosa Abadis yang sudah disepakati sebesar Rp8 juta. Namun, rumah yang sekaligus bengkel motor sebagai sumber menghidupi keluarganya seketika rata dengan tanah.

Tidak hanya itu, Roy juga mengalami kekerasan dari puluhan orang tidak dikenal (OTK) bersama anak dan istrinya pada saat kejadian. Keluarganya pun trauma. Diketahui, dalam penggusuran tersebut juga memakan korban luka bakar, Marianus, yang kini dirawat di RSUD Embung Fatimah.

"Kejadiannya itu tepat pukul 06.30 WIB, ada sekitar 20 orang mendekati tempat saya dan Marianus. 20 orang itu mengenakan penutup wajah dan helm, langsung menghampiri Marianus, saya melihat betul itu. Saat itu sekelompok orang bertanya-tanya kepada istri Marianus. Saya sempat ke luar rumah sebentar, kemudian masuk lagi dan buat kopi di rumah," kata Roy Selasa (02/05/2018) di Batam Center.

Meski demikian, Roy tak mengiraukan sekelompok orang tersebut. Pasalnya kesepakatan ganti rugi tersebut sudah disepakati perusahaan yang akan memnjanjikan akan dibayar pada Senin pagi.

Namun suara gaduh terdengar, saat Marianus tiba dikediamanya usai mengantar anaknya sekolah. Roy mengatakan saat itu ia melihat Marianus menuangkan bensin dari jerigen ke botol eceran yang akan dijualnya.

"Saya tidak tau percis apa yang diobrolkan Marianus dengan sejumlah kelompok itu. Tapi dengan seketika saya mendengar terikan api. Saya menduga Marianus panik dan melawan, terjadilah bensin tersebut tertumpah. Dan apinya menyambar tubuhnya. Kompor itu tepat berada di depan kios, belakangnya ada meja, ada etalase rokok," ujarnya.

Namun saat Marianus terbakar api, sejumlah kelompok itu makin memegang istri korban yang teriak histris. Setelah api membakar Marianus, tiba-tiba alat berat yang sebelumnya standby, mulai bergerak menuju kedua rumah korban tersebut.

"Saya langsung lari ke belakang rumah mencegah alat berat. Tapi tiba-tiba saya langsung dihadang sekitar 5 OTK tersebut. Saya malah dicegah, dipegang dan dibanting ke tanah. Saat dikeroyok sekelompak orang itu, mereka mengatakan 'kamu kok tidak mau terima', saya bilang saya sudah terima. Leher saya sambil dicekik," ungkapnya.

Roy mengakui tidak bisa bergerak dan menghadang lagi, alat berat langsung masuk dan menghancurkan rumah keduanya. Istri Roy, Nur Cahaya Silitonga, langsung panik ketakutan menjerit dan anaknya yang masih berusia 5 tahun menangis ketakutan.

"Akhirnya saya tak bisa menyelamatkan barang-barang semuanya. Peralatan bengkel hancur. Hanya sebagian saja yang bisa diangkat. Sehingga menimbulkan kerugian Rp50 juta. Sementara Marianus rugi sebanyak Rp30 juta," papar Roy.

Roy menjelaskan, ia sudah tinggal di situ selama 9 tahun. Warga yang berada di kampung tersebut sebanyak 129 KK dan sudah direlokasi sebanyak 127 KK dengan pembayaran senilai Rp4.2 Juta beserta Kaveling di Sungai Aleng.

"Kami berdua tak didata oleh RT 01 yang bernama Zaidi dan RT 02 bernama Agus, RW-nya bernama Sabarna, karena persoalan dengan pemilik lahan yang sebelumnya. Sehingga kami tidak ada ganti rugi. Kami tidak dianggap di situ, makanya mendaftar ke RT sebelah yang bernama pak Lukas," tuturnya.

Ia mengaku sudah berusaha memperjuangkan haknya dengan mengurusnya ke Lurah dan Camat setempat. Yang didampingi oleh seorang Pendeta, Elinson Sihaloho.

"Camat Sagulung, Reza, mengatakan 'saya usahakan'. Sementara Lurah Sei Binti, Jonle, tidak mau tahu," ujar Elinson.

Di tempat yang sama, saksi lainnya, Salmon, mengatakan adanya oknum TNI berpakaian TNI di lokasi tersebut dan tidak bisa menghindari pembakaran itu. Ia sangat menyesalkan adanya petugas keamanan tapi tak bisa membantu. Begitu sampai di lokasi kondisi rumah sudah rata.

"Tidak ada pembakaran diri. Jangan pula dibilang bakar diri padahal ada intimidasi di situ," tegas Salmon.

Sementara itu selaku Forum Batak Batam, Wirya Silalahi, mengatakan sangat menyesalkan perusahaan yang bersifat arogansi dan RT/RW yang bersikap diskriminatif. Ia mengharapkan Polisi bersikap profesional untuk menindaklanjuti ini secara sepututnya.

"Jangan ada oknum yang dilindungi. Ini penganiayaan sampai dibakar. Ada anak-anak yang trauma. Kami harap polisi harus bersikap mengusut tuntas ini," pungkasnya.

Editor: Udin